Pelet Hitam Pembantu episode 4

Chapter 4

“Mbak…mbak…!”

Satu tepukan membangunkan Yati dari pingsan. Dibukanya mata perlahan. Masih terasa sedikit pening. Mungkin akibat tadi terbentur lantai saat pingsan. Diurutnya kening untuk sedikit mengurangi rasa sakit.

“Aduh…”

Satu sosok tampak disana. Sosok wanita berbadan agak gemuk. Tersenyum lembut keibuan dan berkata,

“Alhamdulillah…. Kamu sudah bangun Nduk.”

Diangsurkannya segelas air minum yang langsung habis diteguknya. Terasa sejuk dan menyegarkan. Memang, sedari tadi tubuhnya hanya terisi segelas minuman saja yang diberikan Mbok Minah.

Yati mengusap mukanya. Masih terasa basah. Begitu juga rambutnya yang panjang terurai. Basah kuyup. Sementara badannya hanya tertutup selembar kain handuk saja.

Mbok Minah tampak mengerti apa yang dipikirkan oleh Yati. Sembari mengusap rambutnya, dikatakannya,

“Tadi mbak Yati pingsan di kamar mandi. Untung saja dokter cepat menemukan. Kalau tidak…?”

“Ja….jadi tadi dokter yang menemukan saya Mbok?”

Yati merasa tak enak hati. Karena tadi dia memang sedang mandi. Dan tentu saja keadaannya….

“Nggak papa Mbak. Dokter pasti sudah biasa melihat tubuh wanita. Dan nyatanya….Mbak Yati sama sekali nggak disentuh kan? Soalnya tadi Mbok yang ngangkat Mbak Yati dari kamar mandi.”

“Dokter itu orangnya baik sekali Mbak. Nggak pernah macem-macem. Bahkan dibanding pria manapun, dokter ini benar-benar berbagi malaikat.”

“Sungguh beruntung yang bisa mendapatkannya…”

Bagaimanapun juga Yati merasa risih. Karena sebagai seorang wanita dewasa, tak pernah sekalipun tubuhnya terlihat pria lain yang bukan suaminya. Yati menekur dalam-dalam.

“Mbok…..”

“Apa mbak?”

Yati diam. Sungkan rasanya menceritakan hal itu. Takut dianggap mengada-ada. Apalagi mereka baru saja berkenalan.

“Ada apa?” ulang Mbok Minah.

“Ah…..nggak jadi Mbok.”

Yati perlahan bangun. Dan mengelap badannya yang masih tampak basah oleh air kamar mandi. Begitu juga rambutnya. Sisa-sisa shampoo masih menempel disana.

“Ya sudah. Mbak Yati teruskan mandi dulu lagi saja. Biar mbok tunggu disini.” ujar Mbok Minah penuh kasih.

Sekonyong-konyong Yati memegang tangan Mbok Minah, dan berkata,

“Makasih ya Mbok. Mbok orang yang sangat baik. Aku merasa beruntung menemukan orang-orang sebaik Mbok Minah dan dokter Andri.”

Mbok Minah hanya tersenyum dan mengangguk.

Dan Yati pun melanjutkan mandinya yang tertunda.

Tak lama kemudian, tampak Yati sudah selesai mandi dan mengenakan piyama yang diambilnya dari lemari. Terlihat cantik dan mempesona. Selain karena memang Yati merupakan sosok yang lumayan cantik, ditambah lagi dengan setelan piyamanya yang pas. Piyama cantik berwarna biru muda berbahan satin yang halus dan lembut. Hiasan bunga-bunga kecil dari pita tampak mempercantik penampilannya.

Mbok Minah tersenyum melihatnya. Tapi dibalik senyumnya, terlihat satu bulir air bening membasahi mata tuanya.

“Ada apa Mbok?” tanya Yati seraya menyisir rambutnya yang masih setengah basah.

“Nggak papa.” ujar Mbok Minah sambil terus tersenyum.

“Tapi kok sepertinya Mbok menangis?” tanya Yati menyelidik.

Tampak Mbok Minah terdiam beberapa saat.

“Mbok teringat anak Mbok.”

“Anak Mbok sekarang dimana?”

Mata Mbok Minah semakin terlibat basah. Air mata tak dapat lagi dibendung. Mengalir membasahi pipinya.

“Anak Mbok sudah…..”

“Sudah apa Mbok?”

“Sudah meninggal. Tiga tahun yang lalu. Karena kecelakaan.” ucap Mbok Minah sambil mengusap matanya dengan punggung tangan. Juga lengan bajunya.

“Innalilahi…. turut berduka cita ya Mbok.” ujar Yati seraya memeluk lembut tubuh wanita setengah tua itu.

“Saya yakin itu semua sudah ketentuanNya Mbok. Jangan disesali.”

“Dia adalah putri semata wayangku Mbak…” ujar Mbok Minah dengan masih terisak.

“Sabar ya Mbok. Saya menyesal sudah membuat Mbok sedih. Maaf ya Mbok.”

“Nggak papa. Memang sudah takdir Mbok begini. Setelah satu tahun kepergian suami Mbok, disusul Putri Mbok. Tapi nggak papa. Mungkin itu yang terbaik bagi kami.”

“Iya Mbok. Perpisahan memang akan selalu ada. Bagaimanapun caranya. Dan memang jika berjodoh, toh nanti nanti pasti bisa bertemu lagi. Entah di dunia atau di akhirat ya Mbok.” balas Yati seraya memeluk tubuh tua itu.

Lalu Mbok Minah bercerita, bahwa pada hari itu, belum genap sebulan setelah putrinya itu mendapatkan hadiah sepeda motor dari sebuah undian di toko baju terbesar di kota itu, mendadak sebuah kecelakaan merenggut nyawa putri satu-satunya. Dan dari desas-desus yang beredar, dicurigai putrinya itu menjadi tumbal oleh toko tersebut. Nyatanya, tak lama setelah kejadian itu, toko tersebut langsung berkembang pesat, bahkan membuka beberapa cabang baru di kota-kota sekitarnya.

“Begitulah ceritanya.” tutup Mbok Minah seraya menyusut air matanya yang terjatuh.

Yati manggut-manggut mendengar cerita Mbok Minah.

“Lalu, ini kamar siapa Mbok?”

“Oh, ini bekas kamar Laras. Adik dari dokter Andri.”

“Lalu, kemana beliau sekarang?”

“Entahlah. Mbok sendiri belum pernah melihatnya.” ujar Mbok Minah seraya menggelengkan kepala.

“Hmmmm….” gumam Yati seraya mengedarkan pandang.

“Tapi katanya…..”

“Apa Mbok?”

“Ah….nggak. Nggak usah didengerin. Hanya kabar burung yang belum tentu kebenarannya.” ujar Mbok Minah seraya mengibaskan tangan.

“Lalu, apa pernah Mbok melihat kejadian-kejadian aneh disini?”

“Maksud Mbak?”

“Jadi gini Mbok. Tadi pas saya mandi, tiba-tiba muncul satu bayangan sosok wanita berdaster putih. Tak tampak mukanya. Namun sepertinya dia memandang tak suka padaku Mbok.”

Setelah terdiam beberapa saat, tiba-tiba terlihat Mbok Minah gelisah. Sepertinya ada hal yang mengganggunya.

“Apa Mbok mengetahui sesuatu?” tanya Yati penasaran.

“Astaga! Jangan-jangan memang dia sudah muncul”, gumam Mbok Minah lirih.

” Dia? Dia siapa Mbok?” tanya Yati penasaran.

“Ah,…enggak. Enggak Mbak. Mungkin itu hanya halusinasi dari Mbak saja. Mbak terlalu capek. Istirahat dulu saja! Nanti juga baikan kok.”

“Tapi Mbok? Sepertinya dia benar-benar nyata kok!” ujar Yati membela diri.

Namun kembali Mbok Minah diam tanpa jawaban. Hanya saja raut mukanya tampak tak tenang. Gelisah. Keringat bercucuran. Sementara tangannya sibuk memilin-milin ujung kain jariknya.

Yati sendiri memilih untuk diam. Ia tak mau jika nantinya akan dianggap membebani mereka. Bagaimanapun ia hanya seorang tamu saja disini. Sudah beruntung mereka mau menampungnya. Jika masih mengorek terlalu banyak hal, takut dianggap tak tahu diri.

“Kenapa Mbok?” tanya Yati yang melihat keanehan pada Mbok Minah.

“Nggak. Nggak papa. Saya pamit dulu ya. Tadi lupa Mbok sedang manasin sayur.” ujar Mbok Minah seraya terburu-buru pergi.

Ada apa dengan Mbok Minah ini? Apa memang ada yang disembunyikan darinya? Aneh.


Pelet Hitam Pembantu

Pelet Hitam Pembantu

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekonyong-konyong sebuah tas pakaian besar sarat isi menimpa tubuh mungil wanita berambut sebahu itu. Tak dikancingkannya retsleting dengan benar, hingga sebagian isinya berhamburan keluar."Aduh!"Wanita itu urung menutup wajah dan tubuhnya dari lemparan tas besar, hingga sempat mengenainya dan membuat tubuhnya tampak sesaat limbung, dan kemudian terjatuh duduk dengan lutut menghantam aspal jalanan.Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset