Pelet Hitam Pembantu episode 53

Chapter 53

“Kresek, kresek!”

Perlahan dilepaskannya sesuatu berwarna hitam, licin, panjang dan sedikit berlendir dari kantong kain hitam yang dipikulnya.

“Ssssss…..ssssss…..”

Terlihat sepasang mahluk melata terdengar mendesis dan menjulurkan lidahnya yang merah dan bercabang. Meliuk-liuk menunggu perintah tuannya.

“Masuklah kalian. Nanti aku menyusul lewat belakang.” bisiknya lagi disambut desisan dan juluran lidah, dan sesaat kemudian sudah menghilang dibalik pagar. Merayap mencari sasarannya.

“Hmmmm…. Kali ini kau pasti mampus dokter! Huahahahaha…..” tawanya dengan suara serak kering terdengar lirih dan menyeramkan.

“Srek, srek….”

Hanya suara batu dan rerumputan yang terdengar akibat rayapan mahluk melata itu. Berjalan meliuk-liuk melewati rerumputan dan kerikil, hingga akhirnya sampai didepan sebuah pintu yang cukup tinggi.

“Ssss….. Sssssss…….” ujarnya menunggu perintah.

“Masuklah! …masuklah!” bisik Wisnu dari kegelapan di ujung sana.

Kembali terdengar desisannya, sebelum memutuskan untuk kembali masuk melalui sela kecil dibawah pintu.

Sementara itu, si tuan kedua ular itu, Wisnu tampak diam membisu dibawah pagar rumah dokter Andri.

Matanya menatap tajam, sesekali dikirimkannya pesan rahasia pada sahabat-sahabatnya itu menginstruksikan apa yang harus diperbuat.

“Cari orang ini kawan. Patuk dia. Jangan sampai lolos!” ujar Wisnu membriefing kedua ular itu, yang sepertinya memahami bahasanya.

Memang, sejak keberadaan mahluk itu dalam tubuh Wisnu, kemampuannya berbahasa meningkat pesat. Ia bisa berbicara dengan berbagai macam mahluk hidup, baik binatang maupun mahluk non materi.

Awalnya ia juga tidak memahami itu, namun demi dilihatnya pada suatu malam ia tiba-tiba mendengar obrolan dua ekor anjing yang kebetulan melintas didepannya, maka ia sadar bahwa ia bisa berbicara bahasa hewan. Dan saat dicobanya kemampuan itu, semakin yakinlah dirinya akan kemampuan barunya itu.

Mula-mula, hanya bahasa sederhana yang dipakainya berkomunikasi dengan binatang-binatang itu, seperti perintah duduk, makan, tidur, berguling, dan lain-lain. Namun saat kemampuan komunikasinya berkembang semakin baik, maka terbersitlah niatnya untuk memanfaatkan kelebihan itu untuk mengorganisir binatang-binatang itu untuk memenuhi keinginannya.

Jahat? Entahlah.

Tak hanya itu, kemampuan untuk melihat dan berkomunikasi dengan mahluk gaib pun tampak semakin bagus. Tak heran jika ia terbiasa terlihat berbicara seorang diri. Namun sebenarnya bukanlah ia menjadi gila karena berbicara sendiri, tapi ada mahluk lain yang kala itu sedang bersamanya. Dan hanya orang dengan kemampuan yang samalah yang bisa memahaminya.

Wisnu tampak memejamkan mata. Dihubungkan nya netranya pada mata kedua ular yang diperintahkan menyusup. Dan tak lama kemudian, tampaklah di depan matanya bayangan seseorang yang tampaknya sedang beristirahat.

“Sssrrrrr….ssssrrrrrt….”

Suara dengkuran halus terdengar. Ada seseorang yang tampaknya pulas tertidur diatas dipan berkasur putih. Seorang pria. Dengan beberapa balutan perban di tangan, kaki dan tangannya.

Sementara di sisi lain, tampak seorang wanita muda tampak tertidur di sofa panjang dengan tubuh meringkuk di balik selimut tebal warna coklat bergambar beruang. Nafasnya terlihat tenang.

Sesaat tampak kedua ular kebingungan. Ia tak tahu yang mana mangsanya. Memang diketahui bahwa daya ingat ular sangatlah lemah. Mereka tak bisa mengingat orang ataupun tempat. Mereka hewan defensif, yang hanya akan bereaksi pada ancaman saja. Artinya, jika sesuatu itu tidak dirasakannya sebagai ancaman, maka ular tetap tenang dan tidak akan menunjukkan agresifitas.

“Apakah dia Tuan?” ujar si ular dalam pikiran Wisnu.

“Coba kau naik dan tengok wajahnya. Apakah benar atau tidak dia.” ujar Wisnu berbisik dengan telepati pada ular.

Sesaat tampak ular itu perlahan naik ke tempat yang lebih tinggi, untuk memastikan bahwa orang yang mereka cari sudah tepat.

Pelan dipanjatnya ujung seprei untuk memastikan sasarannya tepat. Langkahnya waspada dan penuh perhitungan. Ditahannya juluran lidahnya untuk memastikan orang itu tak terganggu dengan kedatangannya.

Namun, baru saja ular itu berhasil merangsek naik ke atas dipan, tanpa sengaja ujung ekornya mengenai lengan dokter Andri, yang seketika refleks bergerak cepat dan melemparkan ular itu menjauh.

“Wuttts!”

“Brakkkk!”

Ular itu terlempar beberapa tombak hingga menimpa foto yang terpajang diatas meja, menyebabkan foto itu jatuh berantakan.

Mendengar keributan itu, sontak Laras yang tertidur tak jauh dari dipan kakaknya terbangun dan langsung waspada.

“Ada apa Kak?” ujar Laras dengan cemas. Wajahnya dipalingkan pada dokter Andri yang juga langsung terbangun.

Namun alangkah terkejutnya, karena saat diedarkannya pandang, didapatinya dua ekor ular kobra dewasa tampak bergelung di lantai dengan kepala tegak waspada. Mulutnya mendesis-desis garang. Lidahnya terjulur panjang, siap melabrak siapapun yang menghalangi jalannya.

“Astaga….ular. Ular Kak!” pekik Laras takut.

Segera diangkatnya kaki tinggi-tinggi dan naik ke atas dipan. Sementara dokter Andri hanya bisa pasrah saja di atas dipan nya.

“Ular? Darimana datangnya ular ini? Selama ini tak pernah muncul ular kobra. Apalagi berukuran besar begini?” gumam dokter Andri pelan.

Mendapati mangsanya ketakutan, kedua ular merasa diatas angin. Nyalinya semakin kuat. Kepalanya ditegakkan semakin tinggi. Siap untuk mematuk salah satu yang bermaksud menyakitinya.

“Kak, aku takut Kak!” ujar Laras seraya bersembunyi dibalik punggung kakaknya.

“Laras. Coba telpon Mbok Minah atau Yati. Barangkali mereka punya solusi.” ujar dokter Andri pada Laras.

Laras menuruti kakaknya. Dipanggilnya kedua orang itu melalui telepon, hingga tak lama kemudian tampak Mbok Minah tergopoh-gopoh datang seraya membawa sapu.

“Mana ular itu?” ujar Mbok Minah mengayun-ayunkan sapunya untuk mengusir.

Namun, mendapati Mbok Minah yang mengayunkan sapu, bukannya mundur dan lari, justru ular itu makin mendekat. Beberapa kali diluncurkannya kepalanya ke depan siap menyemburkan racun. Untung saat itu Yati segera menarik tubuh wanita tua itu, hingga semburannya urung mengenai tubuh Mbok Minah.

Ular itu terus memburu Mbok Minah dan Yati, menjadikan mereka berdua ketakutan dan berteriak-teriak histeris.

Sengaja mereka lari berkelok-kelok untuk menghindari kejaran ular. Namun rupanya ular itu terlalu lihai untuk mengejar, hingga akhirnya mereka berdua terpojok di satu sudut ruangan kamar mandi yang sempit. Sementara kedua ular tampak menghalangi mereka. Berdiri tegak tepat di pintu kamar mandi.

“Mbok, bagaimana ini?” ujar Yati pada Mbok Minah yang juga ketakutan. Air matanya menetes bersamaan dengan peluh yang terus mengalir. Dia mulai naik ke atas bak beton berlapis keramik itu.

“Apakah kita akan mati disini Mbak?” ujar Mbok Minah pula. Pikirannya buntu. Ia tak tahu harus lari kemana lagi.

Ular itu makin mendekat. Desisannya makin terasa. Begitu juga juluran lidahnya yang seakan siap menghabisi keduanya.

Mbaaaak!” ujar Mbok Minah pasrah. Jaraknya semakin dekat saja.

“Naik Mbok! Cepat!” ujar Yati seraya tangannya menarik tangan Mbok Minah ikutan naik.

Namun nahas, tangannya terlalu ringkih untuk bisa naik. Tepat saat tangan Yati menarik tangannya, dan badannya hendak dinaikkan ke atas bak, sekonyong-konyong kaki kirinya terantuk botol cairan pel kamar mandi, menyebabkan cairan itu tumpah kemana-mana. Bahkan mengalir deras mengenai kedua ular yang tampak berjaga-jaga dibawahnya.

“Astaga Mbak!?” jerit Mbok Minah ngeri. Ia tahu cairan itu sedikit lengket dan panas.

“Sssssss…. Sssssss…”

Kedua ular menjerit bersamaan, dan seketika saling menggelung saat kulit tubuhnya menyentuh air pembersih yang mengalir di lantai.

“Ada apa Mbok?” tanya Yati yang saling berpandangan dengan Mbok Minah.

“Sepertinya mereka takut cairan itu.” ujar Mbok Minah seraya menuangkan kembali cairan pembersih itu tepat ke atas tubuh kedua ular.

“Kricik Kricik Kricik!”

Tampak kedua ular itu semakin mengejang dan menggeliat-geliat kepanasan. Mereka terus saja menggeliat hingga akhirnya memutuskan kabur dari tempat itu. Namun siraman cairan itu terlalu banyak, mengakibatkan ular itu gagal kabur dan memilih tergolek lemas di lantai. Nafasnya terlihat lemah dan lunglai. Tak lagi garang dan kejam.

“Bagaimana kondisinya Mbok?” ujar Yati mendapati kedua ular tergolekk lemas.

“Kita tangkap saja Mbak. Nanti saya ambil karung sebentar.”

” I-iya Mbok. Hati-hati!” bisik Yati pada Mbok Minah, yang memutuskan pergi dari ruangan itu untuk mengambil karung.

“Arghghgh! Kurang ajar!” hentak Wisnu seraya meninju pohon waru didepan rumah, hibgga tampak beberapa daun luruh menyelimuti tanah berbalut rumput tipis.

“Mereka malah menangkap ular-ular itu. Kacau kalau begini jadinya. Kurang ajar!” hentak Wisnu lagi dengan keras.

“Arghghgh!”


Pelet Hitam Pembantu

Pelet Hitam Pembantu

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekonyong-konyong sebuah tas pakaian besar sarat isi menimpa tubuh mungil wanita berambut sebahu itu. Tak dikancingkannya retsleting dengan benar, hingga sebagian isinya berhamburan keluar."Aduh!"Wanita itu urung menutup wajah dan tubuhnya dari lemparan tas besar, hingga sempat mengenainya dan membuat tubuhnya tampak sesaat limbung, dan kemudian terjatuh duduk dengan lutut menghantam aspal jalanan.Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset