Li Jia melepaskan pelukan Pangeran Wang Li. Pemuda itu pun terpaksa melepaskannya. “Apa mungkin kamu masih bersama kekasihmu itu?” tanya Pangeran Wang Li saat Li Jia beberapa kali mencoba menghindar darinya. Dia menatap Li Jia lekat dan mengharapkan jawaban yang tidak akan menyakitkan hatinya.
“Apa aku pantas untuk dicintai oleh Pangeran? Aku hanyalah seorang penari. Ah, bukan, tetapi aku adalah seorang wanita penghibur. Dan kekasihku itu telah pergi meninggalkanku,” ucap Li Jia yang mencoba menahan air mata seraya menundukkan wajahnya.
Pangeran Wang Li lantas mendekatinya. Dia memegang kedua pundak Li Jia dan menatapnya dalam. “Itu berarti dia lelaki bodoh karena melepaskan wanita sepertimu. Kamu pantas untuk dicintai dan aku selama ini telah melakukannya. Aku mencintaimu walau aku tidak tahu seperti apa wajahmu. Aku mencintaimu walau aku tahu kamu telah pergi bersama lelaki itu. Dan aku tetap mencintaimu walau dirimu adalah seorang penari dan wanita penghibur sekalipun. Aku tetap mencintaimu.”
Li Jia mengangkat kepalanya dan menatap wajah yang kini tersenyum padanya. Dia seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Li Jia lantas melepaskan tangan Pangeran Wang Li dari pundaknya.
“Apa aku tidak salah dengar? Pangeran, hari ini adalah hari pernikahanmu dan hari ini pula kamu menyatakan cinta pada wanita yang bukan istrimu. Apa Pangeran ingin mengujiku?”
“Apa kamu juga ingin mengujiku?” Li Jia mengernyitkan alisnya saat mendengar ucapan pemuda itu.
“Aku menikahinya bukan karena aku mencintainya, tetapi karena cintaku pada negeri ini. Kalau aku bersikeras untuk tidak menikahinya, maka tahta akan kosong dan itu akan membuat rakyatku gelisah,” jelas Pangeran Wang Li yang masih menatapnya. “Tapi, kalau kamu keberatan dengan hal itu, aku akan meninggalkannya dan hanya akan datang padamu. Asalkan, kamu tetap tinggal di sisiku.”
Mendengar hal itu, Li Jia tersenyum kecut. “Semudah itukah kamu jatuh cinta padaku? Baiklah, aku akan mengikuti kemauanmu dan melihat sejauh mana cintamu padaku. Aku akan membuat siapa pun yang terganggu dengan kahadiranku di sampingmu merasa terusik. Dengan begitu, mereka akan menampakkan diri di depanku,” batin Li Jia yang kini sudah bertekad untuk melanjutkan rencananya itu.
“Lantas, apa aku harus tinggal di sini? Apa ratu tidak keberatan dengan hal itu?” tanya Li Jia.
“Kalau itu maumu, aku tidak keberatan. Mulai malam ini, kamu akan menempati paviliun dan aku akan mengangkatmu menjadi selirku. Aku tahu kamu mungkin tidak menyukai sebutan selir, tetapi aku bisa pastikan kalau kamu hanya satu-satunya wanita yang akan selalu ada di hatiku.”
“Baiklah, aku akan menjadi selirmu, tetapi aku tidak akan melayanimu dengan tubuhku, apalagi membuka penutup wajahku. Aku hanya akan menemanimu dan melakukan apa pun perintahmu. Tapi, jika Pangeran keberatan dengan permintaanku, maka sekarang juga aku akan kembali ke Rumah Pelangi,” ucap Li Jia. Walau dia sadar ucapannya itu akan membuang kesempatannya untuk mendekati pangeran.
“Baiklah, aku setuju.”
Li Jia terkejut saat Pangeran Wang Li dengan mudahnya menyetujui permintaannya itu. “Apa dia sungguh-sungguh akan melakukannya?” batin Li Jia tak percaya.
Malam itu juga, Pangeran Wang Li lantas memerintahkan dayang istana menyiapkan kamar untuk Li Jia di paviliun. Gadis itu akan tinggal di sana.
“Apa?! Wanita penghibur itu masih berada di paviliun bersama suamiku?” Putri Liu Yen tampak geram saat mendengar kabar itu dari salah seorang dayang istana.
“Benar, Yang Mulia Ratu.”
“Seharusnya malam ini dia datang padaku, tetapi dia malah bersama wanita itu. Apa dia pikir aku bisa diperlakukan seperti ini?”
Wanita itu kemudian bangkit. Dia lantas bergegas menuju ke paviliun. Tangannya mengepal. Dia marah dengan perlakukan Pangeran Wang Li pada dirinya. Setibanya di pintu gerbang laviliun, langkahnya tertahan.
“Minggir kalian!” serunya saat dua orang prajurit menahannya untuk masuk.
“Maaf, Yang Mulia Ratu. Raja saat ini tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Sebaikanya, Yang Mulia Ratu kembali ke kamar.”
Satu tamparan menghantam wajah prajurit itu. Putri Liu Yen bersikeras untuk masuk, hingga menimbulkan keributan.
“Ada apa ini?”
Putri Liu Yen melihat Pangeran Wang Li yang berdiri di depan pintu. Dia lantas berjalan mendekatinya. Tak disangka, Li Jia muncul dari balik pintu, hingga membuatnya semakin naik darah.
“Yang Mulia, kenapa penari itu masih ada di sini? Bukankah, malam ini adalah malam pertama kita. Lalu, kenapa Yang Mulia masih ada di sini dan tidak datang menemuiku di kamarku?”
“Pergilah! Bukankah aku sudah bilang kalau aku tidak akan menginjakkan kakiku di kamarmu. Dan mulai malam ini, Li Jia akan tinggal di sini. Aku akan mengangkatnya sebagai selirku.”
Sontak, Putri Liu Yen terkejut. Wajahnya memerah menahan amarah. Dia menatap ke arah Li Jia yang menatapnya dari balik penutup wajah.
“Kenapa Yang Mulia memperlakukanku seperti ini? Aku bisa memberikan segalanya bagimu, tetapi jangan menduakan diriku. Aku tidak akan membagi apa yang aku miliki pada orang lain. Apalagi untuk wanita rendahan seperti dia. Aku tidak akan rela!”
“Prajurit, bawa kembali Putri Liu Yen ke kamarnya dan jangan biarkan siapa pun masuk ke tempat ini. Mengerti!”
“Baik, Yang Mulia!”
Para prajurit lantas membawa Putri Liu Yen kembali ke kamar. Walau dirinya berusaha berontak ingin melepaskan diri, tetapi para prajurit tetap membawanya.
Di dalam kamar, Putri Liu Yen meluapkan amarahnya dengan menghancurkan apa saja yang ada di dalam kamarnya itu. Dia menangis dan berterik hingga membuat dayang istana kebingungan.
“Dasar wanita pelacur! Bukankah seharusnya kamu sudah mati waktu itu. Apa kamu pikir bisa menang dariku? Lihat saja, kali ini kamu pasti akan mati di tanganku!”
Putri Liu Yen melempar gelas ke arah pintu. Pecahan gelas berserakan di atas lantai. Tidak ada satu pun dayang istana yang berani menenangkannya. Mereka membiarkan wanita itu meluapkan emosinya, hingga dia terdiam dengan sendirinya.
Sementara di paviliun, Pangeran Wang Li belum beranjak dari sana. Dia kini duduk berhadapan dengan Li Jia.
“Li Jia, apa malam ini aku boleh menginap di sini? Tenang saja, aku tidak akan melakukan apa pun padamu. Aku hanya ingin menenangkan pikiranku dengan duduk di sampingmu. Aku lelah karena memikirkan Liang Yi dan keluarganya yang telah meninggal dunia. Bahkan, aku merasa putus asa karena mayat Liang Yi dan Liang Zia tidak aku temukan. Ah, aku berharap mereka baik-baik saja di suatu tempat dan akan datang menemuiku lagi.”
Pangeran Wang Li kembali membuat Li Jia bersimpati. Pemuda itu dengan mudah membuat hatinya luluh. Perhatian dan kesetiaannya terhadap sahabat, tak lekang walau sahabatnya itu mungkin saja telah mati.
Tak hanya itu, cinta yang selama ini terpendam dengan lantangnya diungkapkan di depan wanita yang selama ini dicintai dalam diam. Walau seharusnya dia bersama dengan istri yang baru saja dinikahi tanpa rasa cinta, tetapi Pangeran Wang Li memilih mengikuti apa kata hatinya, yaitu bersama seseorang yang belum tentu mencintainya.
“Apa Pangeran sudah tahu siapa yang membunuh orang tua Liang Yi?”
Pemuda itu menggeleng. “Aku tidak mendapatkan petunjuk apa pun. Walau aku sudah berusaha, tetapi aku tidak menemukan apa pun,” jawabnya sedih.
“Apa mungkin karena Liang Yi dan ayahnya sedang mencari tahu tentang pembantaian di desa itu? Mungkin saja ada orang-orang yang tidak ingin kasus itu terungkap.”
“Aku juga sempat berpikiran seperti itu, tetapi siapa mereka. Apa ramalan bodoh itu begitu membuat mereka ketakutan? Lagipula, tidak ada satu pun dari penduduk desa itu yang tersisa. Lalu, apa yang mereka khawatirkan?”
“Seandainya masih ada yang tersisa dari penduduk desa itu dan dia adalah seorang wanita, apa Pangeran akan menikahinya dan menjadikannya sebagai ratu sesuai ramalan itu?”
“Apa kamu pikir karena ramalan itu aku akan menikahinya dan menjadikannya sebagai ratu? Bukankah aku sudah bilang kalau aku hanya akan menjadikanmu satu-satunya wanita dalam hidupku?”
Pangeran Wang Li tidak main-main dengan apa yang diucapkannya. Cintanya pada Li Jia sudah menutupi hatinya pada wanita lain. Dia tidak akan melepaskan Li Jia walau apa pun yang terjadi.
Li Jia tersenyum kecut mendengar hal itu. Entah dia harus bahagia ataukah bersedih. Kekasihnya yang terdahulu juga pernah menagatakan hal yang sama. Namun, mereka kini mati hanya untuk melindunginya.
“Apa Pangeran yakin dengan hal itu? Apa Pangeran bisa melindungiku kalau ada mencoba untuk menyingkirkanku?”
Pangeran Wang Li lantas mendekatinya. Li Jia bergeming saat pemuda itu menatapnya lekat. “Mereka boleh mengambil apa pun dariku, tetapi aku tidak akan membiarkan mereka mengambilmu dariku. Jika mereka menyentuhmu, aku akan menyingkirkan mereka dan membinasakan tanpa ampun. Apa kamu masih meragukan diriku?”
Li Jia tersenyum di antara tatapan matanya yang menatap wajah Pangeran Wang Li. Dia lantas memeluk pemuda itu. Pangeran Wang Li membalas pelukannya.
“Jika aku harus menjadi wanitamu, aku akan rela. Aku akan berlindung dibalik cintamu padaku. Kita lihat, siapa yang akan terusik dengan kehadiranku di sampingmu,” batin Li Jia yang kini dipeluk dengan erat oleh Pangeran Wang Li.
Malam itu, Pangeran Wang Li tidur di paviliun dengan ditemani oleh Li Jia. Pemuda itu tertidur di pangkuan Li Jia yang masih terjaga.
Li Jia memerhatikan wajah yang begitu teduh dalam lelapnya. Wajah yang tampak rupawan. Tangannya kini digenggam erat dan enggan untuk dilepaskan. Pangeran Wang Li menggenggam tangannya sejak meletakkan kepala di pangkuan Li Jia. Dia terlihat begitu nyaman hingga tertidur dengan pulasnya.
Li Jia bersandar di sisi tempat tidur dengan kepala yang terantuk. Rasa kantuk rupanya mulai menghinggapi. Namun, dia tidak ingin membangunkan Pangeran Wang Li dan hanya menyandarkan tubuhnya yang mulai lelah. Dia pun tertidur.
Pangeran Wang Li perlahan membuka matanya. Tangannya masih menggenggam tangan Li Jia erat. Tak hanya itu, dia meletakkan tangan Li Jia di atas dadanya yang kini bergemuruh. Gemuruh akan cinta yang tidak ingin lagi terpisah.
Pangeran Wang Li lantas bangkit. Dia kini duduk di depan Li Jia yang sudah tertidur. Pemuda itu menyunggingkan senyum yang terlihat begitu sempurna. Senyuman saat melihat wanita yang dicintainya kini berada tepat di depan matanya. “Tetaplah ada di sampingku. Hanya bersamamu aku merasa tenang. Ah, kenapa aku begitu mencintaimu walau aku belum pernah melihat wajahmu? Apa aku masih bisa mencintaimu jika melihatmu tanpa penutup kepalamu itu?” ucap Pangeran Wang Li yang masih menggenggam tangan Li Jia.
Pangeran Wang Li kemudian membaringkan tubuh Li Jia dan menutupinya dengan selimut. Kini, dia yang terjaga dengan genggaman tangan yang enggan untuk dilepaskan, hingga Li Jia terbangun saat matahari pagi terbit dari ufuk timur.
Li Jia membuka matanya dan tidak menemukan Pangeran Wang Li di sampingnya. Dia lantas bergegas keluar dari paviliun, tetapi dia disambut oleh seorang dayang yang kini menunduk di depannya.
“Nyonya, aku diperintahkan oleh Yang Mulia untuk melayani Nyonya,” ucapnya dengan kepala yang masih menunduk. Dayang itu terlihat masih muda. Seorang gadis yang berusia tak berbeda jauh dengan dirinya.
“Lalu, di mana Yang Mulia?”
“Saat ini Yang Mulia berada di ruangan raja. Sepertinya, ada masalah karena …. ” Dayang itu terdiam.
“Ada masalah apa? Katakan padaku!”
“Karena semalam Yang Mulia tidak bersama Yang Mulia Ratu. Dan itu menjadi masalah baginya. Para pejabat istana sudah menunggunya di aula istana. Mereka ingin menanyakan hal itu. Terlebih saat Yang Mulia Ratu mengeluh karena Yang Mulia bermalam di sini bersama Nyonya. Mungkin saja mereka akan berencana mengusir Nyonya dari sini.”
Li Jia tersenyum kecut mendengar hal itu. Dia kembali menatap dayang itu. “Siapa namamu?”
“Namaku Lin, Nyonya.”
“Lalu, apa yang diperintahkan Yang Mulia padamu?”
“Aku diperintahkan untuk melayani semua kebutuhan Nyonya dan melindungi Nyonya. Mulai saat ini, aku yang bertanggung jawab dengan semua kebutuhan Nyonya,” jawabnya.
“Apa aku bisa memercayaimu?”
Gadis itu lantas berlutut. “Jika aku melakukan sesuatu yang tidak Nyonya sukai, hukum aku. Jika aku berniat buruk pada Nyonya, aku siap untuk dipenggal,” ucapnya sungguh-sungguh.
“Bangkitlah dan segera masuk ke dalam. Aku harus bersiap-siap.”
“Baik, Nyonya.”
Gadis itu lantas masuk. Tak lupa dia memerintahkan beberapa dayang untuk membawa semua perlengkapan dan kebutuhan untuk Li Jia. Semua itu dilakukan atas perintah Pangeran Wang Li.
Sementara di aula istana, para pejabat istana sudah berkumpul. Rupanya, Putri Liu Yen tidak tinggal diam dengan perlakuan Pangeran Wang Li. Dia melaporkan hal itu pada ayahnya. Merasa tidak terima, dia ingin mencari dukungan untuk mengusir Li Jia.
“Yang Mulia, kenapa Yang Mulia melakukan hal itu? Apa pantas bagi seorang raja meninggalkan istrinya di malam pernikahan dan memilih tidur dengan wanita penghibur?”
Pangeran Wang Li mengepalkan kedua tangannya saat dilontarkan pertanyaan itu. Dia masih menahan amarahnya walau telinganya sudah mulai panas dengan ocehan mereka.
“Yang Mulia, kami mohon untuk usir wanita penghibur itu dari paviliun. Kalau berita ini tersebar keluar istana, apa Yang Mulia tidak khawatir dengan penilaian rakyat pada Yang Mulia?”
“Kenapa kalian begitu mencemaskan hal itu? Bukankah wajar bagi seorang raja untuk memilki seorang selir?”
Sontak, mereka terkejut. “Yang Mulia, bagaimana bisa Yang Mulia memilih selir dari kalangan wanita hina. Apa wanita baik-baik di negeri ini tidak berarti dari pada wanita penari itu?”
“Cukup!”
Pangeran Wang Li seketika berdiri. Dia menatap tajam ke arah semua pejabat istana. “Apa aku harus meminta izin pada kalian untuk memilih selir untuk diriku sendiri? Aku sudah menuruti permintaan kalian untuk menikahi Putri Liu Yen dan apa sekarang aku harus mengikuti permintaan kalian juga?”
Semua pejabat istana terkejut dan saling memandang. Mereka tidak menyangka kalau Pangeran Wang Li memiliki keteguhan yang tidak bisa diubah.
“Aku adalah raja di negeri ini dan apa pun yang aku katakan adalah sebuah titah. Dan hari ini aku akan menikahi Li Jia dan menjadikannya sebagai selirku. Jika ada yang menolak katakan saja padaku!”