Aula istana gempar saat Pangeran Wang Li dengan tegas menyatakan untuk menikahi Li Jia. Semua pejabat istana dibuat terkejut dengan keputusan yang tiba-tiba itu.
“Yang Mulia, bagaimana bisa Yang Mulia mengatakan hal itu? Baru kemarin Yang Mulia menikahi Putri Liu Yen. Dan hari ini Yang Mulia akan menikahi wanita penari itu. Apa itu tidak berlebihan?”
“Apa aku perlu meminta izin pada kalian? Apa aku tidak berhak dengan hidupku sendiri?”
“Tapi, Yang Mulia …. ”
“Siapkan pernikahan sekarang juga!” perintah Pangeran Wang Li pada kepala kasim. Lelaki paruh baya itu lantas menunduk.
“Baik, Yang Mulia!”
Lelaki paruh baya itu kemudian pergi dan memerintahkan para dayang untuk menyiapkan acara pernikahan.
Dayang Lin lantas memberitahukan pada Li Jia tentang hal itu. Li Jia terkejut saat beberapa dayang mendatanginya dan memintanya untuk segera bersiap.
“Apa maksud kalian? Apa saat ini juga Yang Mulia akan menikahiku?” tanya Li Jia keheranan.
“Benar, Nyonya. Kami sudah diperintahkan untuk menyiapkan semuanya. Saat ini, Yang Mulia tengah bersiap untuk segera melangsungkan pernikahan dengan Nyonya.”
Li Jia sama sekali tidak menyangka kalau Pangeran Wang Li begitu serius dengan dirinya. Bahkan, pemuda itu berani menentang semua pejabat istana yang tidak menyetujui perintahnya. Li Jia kembali dibuat tak berdaya dengan sikap pangeran yang ternyata begitu mencintainya.
Li Jia tampak bingung. Sebuah pernikahan bukankah hal yang main-main. Dia tidak pernah berpikir sampai sejauh itu. Keseriusan Pangeran Wang Li membuat dirinya merasa sangat bersalah.
“Apa aku harus berterus terang padanya tentang siapa diriku sebenarnya? Apa dia masih akan menikahiku jika dia tahu kalau aku hanya ingin mendekatinya untuk mencari pembunuh orang tuaku?” batin Li Jia risau.
Li Jia kini bimbang. Dia tidak ingin menipu Pangeran Wang Li karena dia tahu seperti apa pemuda itu. Pangeran Wang Li adalah pemuda yang sangat baik. Pemuda yang menghargai persahabatan dan juga menjunjung cintanya. Li Jia merasa kalau dirinya tidak pantas untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari pemuda itu.
“Dayang Lin, antarkan aku ke ruangan raja. Aku ingin menemuinya,” pinta Li Jia pada dayangnya itu.
“Baik, Nyonya!”
Li Jia lantas bergegas untuk pergi. Dayang Lin membukakan pintu untuknya. Namun, di depan pintu Putri Liu Yen sudah berdiri dan menatapnya tajam.
“Dasar perempuan tidak tahu malu!” Putri Liu Yen menampar Li Jia dengan cukup keras. Li Jia tersungkur dan jatuh di lantai.
“Kenapa kamu tidak mati saja sama seperti kekasihmu itu? Kenapa kamu datang lagi dan menghancurkan hidupku?”
Ucapan Putri Liu Yen membuat Li Jia terkejut. Tangannya mengepal karena gadis itu menyebut tentang pembunuhan Lian. Li Jia lantas bangkit dengan air mata yang tidak mampu ditahan.
“Apa kamu yang memerintahkan orang-orang itu untuk membunuhku?” tanya Li Jia geram.
Putri Liu Yen tersentak seakan menyadari kesalahannya. Karena marah dan rasa cemburu, dia dengan lantang mengatakan tentang upaya pembunuhan terhadap Li Jia.
“Katakan! Apa kamu yang menyuruh orang-orang itu untuk membunuhku?” Li Jia meraih lengan Putri Liu Yen dan menariknya. Rasa marah seketika memuncak saat mengetahui kalau kekasihnya dibunuh hanya karena rasa cemburu.
“Katakan padaku! Kamu cemburu karena kedekatanku dengan pangeran. Karena itu, kamu ingin menyingkirkanku, kan? Hanya karena cemburu, kamu telah membunuh kekasihku. Itu benar, kan?” Li Jia menarik lengan Putri Liu Yen, tetapi dia tersungkur saat gadis itu mendorongnya.
“Itu semua karena salahmu. Kalau kamu tidak dekat dengan pangeran, aku tidak akan mungkin melakukannya. Aku tidak akan membagi milikku dengan orang lain, apalagi dengan gadis rendahan sepertimu. Jadi, pergi kamu dari sisi pangeran jika tidak ingin mati sama seperti kekasih bodohmu itu!”
Li Jia bangkit saat mendengar kata umpatan yang ditujukan pada Lian. Dadanya bergemuruh menahan amarah. Dia lantas menampar wajah Putri Liu Yen, tak peduli jika dia harus mati.
“Aku tidak akan pernah meninggalkan tempat ini selama pangeran tidak mengusirku. Aku akan mengambil apa yang menjadi milikmu. Aku akan membuatmu merasakan sakit karena kehilangan orang yang kamu cintai. Aku akan membalas perbuatanmu padaku!” seru Li Jia dengan air mata.
Putri Liu Yen memegang pipinya yang berdenyut. Tatapan matanya tajam dan memerah. Dia tidak terima dengan ancaman yang dilontarkan Li Jia padanya. Dia lantas ingin membalas tamparan Li Jia, tetapi aksinya tertahan karena Pangeran Wang Li tiba-tiba datang dan menahan tangannya.
Putri Liu Yen terkejut saat tangannya diempaskan oleh pemuda itu. “Jika tanganmu mengenai wajahnya, aku tidak akan segan-segan untuk membalas tamparanmu!”
Putri Liu Yen tersentak. “Yang Mulia, dia …. ”
“Cukup!” Putri Liu Yen tidak berkutik saat dibentak oleh Pangeran Wang Li.
“Aku sudah mendengar semuanya. Ternyata, kamu adalah seorang pembunuh. Prajurit, tangkap Putri Liu Yen dan bawa ke penjara sekarang juga!” perintah Pangeran Wang Li. Sontak, gadis itu terkejut.
“Yang Mulia, apa maksudmu dengan menyuruh mereka untuk memenjarakanku? Apa Yang Mulia percaya pada ucapannya itu?” Putri Liu Yen berusaha untuk mengelak. Namun, Pangeran Wang Li bergeming.
“Cepat bawa dia ke penjara!”
Para prajurit lantas membawanya ke penjara. Putri Liu Yen berusaha untuk melepaskan diri. Dia berontak dan menangis saat dibawa dengan paksa. Namun, perintah seorang raja tetap harus dipatuhi.
Li Jia terduduk dengan memegang dadanya. Rasanya begitu sakit saat mengetahui kalau kekasihnya mati hanya karena kecemburuan. Pangeran Wang Li lantas mendekatinya.
“Maafkan aku,” ucapnya sambil menyentuh bahu gadis itu. Li Jia mengelak seiring suara tangis yang terdengar.
Pangeran Wang Li tidak lagi menyentuhnya. Dia membiarkan Li Jia menangis dan hanya menatapnya tanpa bersuara.
Melihat Pangeran Wang Li yang masih menunggunya, Li Jia menatapnya. “Apa kamu masih ingin menikahiku setelah tahu tentang kisah hidupku? Apa kamu mau tahu siapa aku?”
“Aku tidak peduli siapa dirimu. Yang aku tahu hanya tentang perasaanku padamu. Walau, aku merasa berdosa karena kedekatan kita telah membuat kekasihmu itu dibunuh. Andai aku yang menjadi dirinya, aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku rela melindungimu dengan nyawaku karena aku sungguh mencintaimu.”
“Apa aku bisa memegang kata-katamu itu? Apa kamu akan melindungiku?”
“Aku akan melakukan apa pun untukmu. Katakan! Apa yang harus aku lakukan. Aku pasti akan melakukannya untukmu.” Pangeran Wang Li terlihat bersungguh-sungguh. Dia menatap Li Jia tak berkedip.
Li Jia kini menunduk. Entah apa yang membuatnya kembali ragu. Kesungguhan Pangeran Wang Li sudah menggugah hatinya. Dia lantas membuka penutup wajahnya. Matanya terpejam. Air mata sudah membasahi wajahnya itu.
Pangeran Wang Li tersentak saat Li Jia melepaskan penutup wajahnya. Dia tidak menyangka kalau gadis yang selama ini dicintainya ternyata memilki wajah yang sempurna. Wajah yang memiliki kecantikan bak seorang dewi.
“Inilah wajahku dan aku punya alasan untuk menutupinya. Itu semua karena aku dari desa yang telah diramalkan itu.”
Li Jia lantas membuka matanya. Pangeran Wang Li menatapnya tak percaya saat melihat binar mata yang begitu teduh. Binar mata yang membuatnya semakin mencintai gadis itu.
“Apa karena ramalan itu orang tua dan penduduk desaku harus mati? Apa kamu tahu penderitaan yang selama ini aku alami?”
Air bening membendung di pelupuk mata Li Jia. Tatapan matanya penuh kesedihan. Tatapan mata yang membuat siapa pun enggan untuk melepaskan pandangan darinya.
Pangeran Wang Li menyentuh sudut wajah Li Jia dengan lembut. Dia lantas meraih tubuh gadis itu dalam pelukannya. Li Jia menangis di dada bidang pemuda itu. Pangeran Wang Li membelai puncak kepala Li Jia dan memeluknya erat.
“Maafkan aku. Aku sadar tidak bisa mengembalikan orang tua dan penduduk desamu kembali seperti dulu, tetapi aku bisa pastikan kalau aku akan melindungimu dengan sekuat kemampuanku. Aku akan membenarkan ramalan itu.”
Li Jia melepaskan pelukannya dan menatap pemuda itu lekat. “Pangeran, apa kamu masih ingin menikahiku? Apa kamu tahu alasanku datang padamu?”
Pangeran Wang Li tersenyum. “Aku tak peduli dengan apa pun alasanmu. Aku tak peduli walau kamu tidak mencintaiku karena aku yakin aku pasti bisa membuatmu mencintaiku. Li Jia, biarkan aku mengobati luka di hatimu. Aku berjanji akan mencari orang-orang yang sudah membuatmu menderita seperti ini. Aku janji,” jawab Pangeran Wang Li tegas.
“Apa kamu begitu mencintaiku hingga nekat berbuat seperti ini? Pangeran, aku ini wanita pembawa sial. Karena diriku, keluargaku dan penduduk desaku mati. Karena diriku, Lian mati dan Liang Yi …. ” Li Jia menghentikan kalimatnya. Kembali, air matanya jatuh.
“Ada apa dengan Liang Yi? Li Jia, apa kamu tahu apa yang terjadi pada mereka?” tanya Pangeran Wang Li penasaran.
Dengan air mata, Li Jia lantas menceritakan perihal kejadian yang menimpa dirinya. Kejadian sedari masa kecil hingga kejadian saat berada di rumah Liang Yi. Namun, dia tidak menceritakan tentang hubungannya dengan pemuda itu. Dia tidak ingin Pangeran Wang Li merasa bersalah karena kedekatan dirinya dan Liang Yi yang hampir saja menikah.
Pangeran Wang Li mendengar cerita Li Jia dengan menahan air mata. Dia tidak menyangka kalau kisah gadis itu begitu menyakitkan. Terlebih saat mendengar tentang pembantaian di keluarga Liang Yi yang menyebabkan semua anggota keluarga dari sahabat baiknya itu tewas mengenaskan.
“Jadi, Liang Yi mati karena dipanah dan dia menerjunkan diri ke dalam jurang. Begitu maksudmu?” tanya Pangeran Wang Li tidak percaya. Dia berusaha untuk menahan air mata.
Li Jia lantas mengangguk membenarkan. “Aku hanya bisa menyelamatkan Liang Zia. Saat ini dia berada di Rumah Pelangi. Aku meminta Nyonya Yi Wei untuk menjaganya. Pangeran, maafkan aku karena datang ke sini untuk mendekatimu. Aku benar-benar putus asa, hingga tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak bisa membiarkan para pembunuh itu bebas berkeliaran. Karena itu, aku …. ”
“Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan. Aku akan membantumu. Aku akan menjadikanmu sebagai ratuku dan kita akan sama-sama mencari tahu tentang para pembunuh itu. Aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja.”
Pangeran Wang Li lantas memeluk Li Jia. Gadis itu tidak lagi mengelak. Dia bersandar pasrah saat Pangeran Wang Li mendekap tubuhnya.
Saat itu juga, Pangeran Wang Li memerintahkan anak buah kepercayaannya untuk mencari tahu tentang pembunuhan yang terjadi di rumah Liang Yi. Dia tidak akan main-main dalam mengusut tuntas kejadian di malam itu.
“Bersiaplah, kita akan segera menikah,” ucap Pangeran Wang Li pada Li Jia.
“Lalu, bagaimana dengan Putri Liu Yen? Dia itu masih menjadi ratu negeri ini. Dan aku …. ”
“Aku akan melengserkannya. Dia tidak pantas menjadi ratu negeri ini. Bersiaplah!”
Pangeran Wang Li tidak ragu sedikit pun. Dia sudah bulat dengan keputusannya itu. Walau di luar sana, Perdana Menteri Liu tidak terima dengan keputusannya. Dia lantas ingin bertemu dengan Pangeran Wang Li, tetapi pemuda itu tidak ingin menemuinya.
“Katakan padanya kalau aku tidak ingin menemuinya. Setelah ini, siapkan pengadilan untuk mengadili Putri Liu Yen!” perintah Pangeran Wang Li.
Pangeran Wang Li kini tengah bersiap untuk menikah dengan Li Jia. Tak peduli dengan penolakan yang mulai terjadi. Dia tetap akan menikahi gadis itu walau beberapa pejabat istana melancarkan aksi protes yang berujung pada kekacauan di istana.
Tidak terima keputusannya dipermasalahkan, Pangeran Wang Li lantas melaksanakan pernikahannya di dalam aula istana. Dia mengundang seluruh pejabat istana untuk hadir. Tak terkecuali Perdana Menteri Liu. Lelaki paruh baya itu enggan untuk menghadiri. Namun, ancaman hukuman bagi putrinya, membuat dirinya hadir dan menyaksikan pernikahan itu.
Di aula istana, Pangeran Wang Li sudah mengenakan baju pengantin. Dia duduk di singgasana dengan gagahnya. Semua pejabat istana tidak berkutik saat pemuda itu duduk di depan mereka.
“Bawa masuk calon pengantinku!” perintah Pangeran Wang Li pada beberapa dayang yang sudah bersiap bersama Li Jia. Gadis itu lantas dipapah menuju ke atas singgsana. Li Jia menutupi wajahnya dengan penutup wajah berwarna merah khas baju pengantin. Dia sengaja merias wajahnya sendiri tanpa bantuan dari para dayang. Dia tidak ingin ada yang tahu tentang dirinya.
Li Jia kini berdiri di samping Pangeran Wang Li. Pemuda itu lantas menggenggam tangannya. Sontak, semua pejabat istana melihat ke arah mereka.
“Siapkan semuanya!” Kembali Pangeran Wang Li memberi perintah.
Para kasim lantas menyiapkan altar untuk pernikahan. Pangeran Wang Li dan Li Jia akhirnya melangsungkan pernikahan di depan semua orang. Keduanya kini telah resmi menikah. Li Jia diperkenankan untuk duduk di samping Pangeran Wang Li. Keputusan pemuda itu semakin membuat pejabat istana yang tidak menyukainya semakin tersulut amarah.
“Sekarang, bawa dia masuk!” seru Pangeran Wang Li pada parajuritnya.
Tak lama kemudian, dua orang prajurit membawa masuk Putri Liu Yen yang mengenakan baju tahanan dengan tangan yang terikat. Wajahnya tampak memucat dengan beberapa luka di bagian tubuhnya. Gadis itu lantas dipaksa duduk dan bersimpuh di depan Pangeran dan Li Jia.
Putri Liu Yen menatap ke arah Pangeran Wang Li dan Li Jia dengan mata yang memerah. Rasa dendam dan amarah merasuk di hatinya. Li Jia hanya menatapnya tanpa rasa iba sedikit pun. Bahkan, rasa sakit dari hukuman itu tidak sebanding dengan rasa sakit saat melihat kekasihnya terluka dan mati.
“Hari ini, aku, Raja Wang Li, akan menarik posisi ratu dari Putri Liu Yen. Dia bukan lagi istriku dan ratu di negeri ini!”
Seketika, suara riuh terdengar. Para pejabat istana seakan tidak terima saat Pangeran Wang Li mengatakan hal itu. Namun, pemuda itu bergeming.
“Aku tahu kalian pasti akan menentang keputusanku ini, tetapi kejahatan Putri Liu Yen tidak bisa aku ampuni.”
“Yang Mulia, kejahatan apa yang sudah Putri Liu Yen lakukan?” tanya salah satu pejabat istana.
“Dia telah membunuh!”
“Apa!”
Suara riuh kembali terdengar. Para pejabat istana saling menatap heran.
“Apa buktinya kalau putriku membunuh? Yang Mulia, dia itu masih istrimu. Apa Yang Mulia tega menghukum istrimu sendiri?” Perdana Menteri Liu berusaha untuk membela, tetapi Pangeran Wang Li tidak menggubrisnya.
“Dia bukan istriku lagi dan aku sama sekali tidak mencintainya. Ah, apa aku perlu menunjukkan bukti kejahatannya pada kalian?”
Pangeran Wang Li lantas memanggil beberapa dayang yang kebetulan mendengar pengakuan Putri Liu Yen. Dayang-dayang itu membenarkan apa yang mereka dengar dari mulut gadis itu
“Memangnya, siapa yang telah dia bunuh? Yang Mulia, putriku tidak mungkin berani membunuh.”
“Dia telah memerintahkan pembunuh untuk membunuh orang yang aku kenal. Karena perintahnya itu, seseorang telah mati!” tegas Pangeran Wang Li.
“Memangnya, siapa yang akan dibunuh oleh putriku?”
Li Jia lantas membuka penutup wajahnya. “Aku.”