Pendekar Cinta dan Dendam episode 26

Chapter 26

Suasana di istana seketika gempar. Raja telah diracuni dan Ratu telah dibawa pergi oleh sekelompok penyusup. Berita itu beredar begitu cepat. Mendengar hal itu, Liang Yi mulai bergerak. Dia bersama beberapa orang kepercayaannya bergegas keluar meninggalkan desa.

Pangeran Wang Li sudah ditangani oleh tabib. Untung saja, racun yang dicampur di dalam minuman anggur tidak bersifat membunuh, tetapi melumpuhkan. Karena itu, Pangeran Wang Li tidak berdaya saat istrinya dibawa pergi.

Pangeran Wang Li tersadar dan mendapati dirinya di atas tempat tidur. Walau masih lemah, dia berusaha untuk bangkit.

“Ambilkan pedangku! Aku harus mencari istriku,” ucapnya pada pengawal pribadinya.

“Yang Mulia, harap Anda istriahat dulu. Jangan khawatir karena pasukan istana sedang melakukan pengejaran pada para penyusup itu.”

“Tidak! Ambilkan pedangku atau kamu juga akan aku bunuh!” Pangeran Wang Li tidak main-main dengan ucapannya. Dia bangkit seraya menarik pedang dari pengawalnya dan bersiap menghunuskan pedang tersebut pada pengawalnya itu.

Lelaki itu akhirnya menuruti perintah Pangeran Wang Li. Dia memberikan pedang pada pemuda itu. Busur dan anak panah tak luput dibawa. Seekor kuda sudah disiapkan untuk rajanya itu.

Pangeran Wang Li memacu kudanya. Dia pergi bersama beberapa prajurit istana. Bagaimanapun, dia harus menemukan istrinya.

Sementara di dalam hutan, Li Jia disekap di dalam sebuah gubuk. Gadis itu terikat dengan mata dan mulut yang ditutupi kain.

“Tuan, apa yang akan kita lakukan padanya?” tanya seorang lelaki sambil melihat ke arah Li Jia.

“Kita akan membunuhnya, tetapi kita harus menunggu perintah. Sebentar lagi, Perdana Menteri Liu akan ke sini. Jadi, berjagalah. Jangan sampai tempat persembunyian kita diketahui prajurit istana.”

“Baik, Tuan!”

Lelaki itu lantas memerintahkan semua anak buahnya untuk berjaga-jaga. Rencana mereka, yaitu menyingkirkan Li Jia. Gadis itu akan dibunuh karena sudah menghalangi rencana Perdana Menteri Liu yang berkeinginan menjadi keluarga kerajaan. Dengan begitu, dia bisa menjalankan bisnis ilegal karena perlindungam dari putrinya yang merupakan seorang ratu.

Liang Yi dan anak buahnya sudah mengetahui perihal orang-orang yang berniat membunuh dirinya dan juga Li Jia di masa lalu. Bahkan, mereka telah menemukan tempat persembunyian para pembunuh itu.

“Aku yakin kalau ratu berada di tempat persembunyian mereka. Karena itu, kita harus bergegas sebelum mereka melakukan sesuatu yang buruk padanya,” ucap Liang Yi. Pemuda itu memacu kudanya dengan cepat. Dia tidak akan memaafkan dirinya kalau tidak bisa melindungi Li Jia.

Atas perintah Pangeran Wang Li, separuh prajurit istana mencari dayang yang memberikannya minuman anggur. Minuman yang sengaja dicampur racun. Namun, dayang itu tidak ditemukan.

Walau begitu, mereka terus mencari, hingga seorang prajurit datang membawa kabar kalau dayang itu telah mati. Dia ditemukan terapung di atas danau tak jauh dari istana.

Sementara Putri Liu Yen, dia tampak tersenyum sinis saat mendengar kalau Li Jia telah dibawa oleh para penyusup.

“Aku tahu ayahku tidak akan tinggal diam. Ayah, bunuh gadis itu. Aku tak peduli walau aku juga harus mati. Asalkan, gadis itu juga mati,” gumam Putri Liu Yen disela senyumnya.

Liang Yi dan pasukannya memasuki hutan di mana menjadi tempat persembunyian para pembunuh itu. Pemuda itu mengedarkan pandangannya. Samar-samar, dia mendengar suara pertarungan. Dia lantas memacu kudanya menuju sumber suara.

Liang Yi melompat turun dari atas punggung kuda saat melihat seorang pemuda yang dikenalnya tengah bertarung. Dia berlari ke arah pemuda itu saat salah satu lelaki melayangkan pedang ke arahnya.

Suara denting pedang yang beradu memecah di kesunyian hutan. Para prajurit istana melawan para penyusup yang membawa Li Jia.

Liang Yi memegang lengan pemuda yang dikenalnya itu. “Pangeran, Anda tidak apa-apa, kan?”

Pemuda itu adalah Pangeran Wang Li. Dia dan para prajuritnya berhasil mengejar para penyusup yang bersembunyi di dalam hutan.

Melihat Liang Yi, Pangeran Wang Li terkejut. Dia menatap sahabatnya itu. “Liang Yi, itu kamu, kan?” Pangeran Wang Li seakan tak percaya. Sahabat yang selama ini telah dianggap tewas kini berdiri di depannya. Liang Yi mengangguk. Pangeran Wang Li yang terlihat pucat lantas memeluknya.

“Pangeran, apa Anda baik-baik saja?” Liang Yi tampal khawatir saat melihat wajah sahabatnya itu telah pucat dengan keringat yang memenuhi wajahnya.

“Aku baik-baik saja. Tidak usah pedulikan diriku dan jangan memintaku untuk kembali. Bagaimanapun, aku harus menemukan istriku. Liang Yi, bantu aku menemukan Li Jia. Jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri.”

Pangeran Wang Li melihat ke sekelilingnya. Para prajuritnya telah berhasil membunuh para penyusup itu. Dia lantas naik ke atas punggung kudanya. “Liang Yi, ayo, kita pergi!”

Melihat Pangeran Wang Li yang tidak peduli pada keselamatan dirinya sendiri, Liang Yi semakin yakin kalau pemuda itu tidak bisa kehilangan Li Jia. Pangeran Wang Li begitu mencintai gadis itu.

Liang Yi lantas mengikuti Pangeran Wang Li. Mereka menerobos hutan dan melihat gubuk yang menjadi tempat persembunyian para penyusup.

Di saat para prajurit istana dan anak buah Liang Yi sedang bertarung melawan para penyusup, Pangeran Wang Li mendekati gubuk itu. Dia membuka pintu dan berharap menemukan Li Jia. Namun, dia tidak menemukan istrinya di sana. Pangeran Wang Li tampak geram. Dia memukul dinding yang terbuat dari kayu hingga hancur.

Pangeran Wang Li terduduk seketika. Napasnya tersengal. Dia berusaha menahan rasa sakit karena pengaruh racun yang ternyata masih ada di dalam tubuhnya.

“Pangeran, jangan paksakan diri. Biar aku yang akan mencari Li Jia. Sebaiknya, Pangeran kembali ke istana. Aku khawatir jika terus dipaksakan, pengaruh dari racun akan membuat tubuhmu semakin lemah,” ucap Liang Yi sambil membantu sahabatnya untuk berdiri.

“Liang Yi, aku tidak bisa. Bagaimana mungkin aku meninggalkannya seperti ini di dalam hutan. Dia pasti ketakutan. Kalau mereka membunuhnya …. ” Pemuda itu terdiam. Tampak air bening di pelupuk matanya. “Aku tidak akan membiarkan dia meninggalkanku.”

Pangeran Wang Li lantas pergi. Liang Yi hanya menatapnya. Melihat ketulusan dan kecemasan Pangeran Wang Li atas diri Li Jia, Liang Yi kembali dibuat gundah. Padahal, dia sempat berpikir untuk berterus terang pada Pangeran Wang Li tentang hubungannya dengan Li Jia. Namun, kini dia akan mengempaskan perasaannya itu. Dia akan mengalah demi sahabatnya walau hatinya terluka.

Liang Yi bergegas mengikuti Pangeran Wang Li yang masih berusaha mengejar para penyusup yang membawa Li Jia. Rupanya, mereka telah meninggalkan gubuk itu sebelum kedatangan Pangeran Wang Li dan prajuritnya.

Sementara Perdana Menteri Liu sedang berusaha untuk melarikan diri. Mendengar kabar kalau anak buahnya telah dikepung dan dikejar, lelaki setengah baya itu ketakutan. Dia berusaha melarikan diri ke daerah yang terpencil dan bersembunyi di sana. Namun, Liang Yi tidak membiarkannya pergi dengan semudah itu.

Liang Yi telah memerintahkan anak buahnya untuk menutupi akses ke arah laut. Perdana Menteri Liu akan menaiki sebuah kapal yang menuju ke sebuah tempat yang jauh.

Tak hanya anak buah Liang Yi, Pangeran Wang Li juga memerintahkan para prajurit untuk menangkap lelaki itu. Dia telah menerima informasi kalau dalang dari semua kejadian yang menimpa Li Jia dan pembunuhan di rumah Jenderal Liang Zhou atas perintah Perdana Menteri Liu. Karena itu, lelaki itu harus ditangkap.

Sementara Li Jia, kini dibawa oleh lelaki yang menjadi tangan kanan Perdana Menteri Liu. Lelaki yang tidak memiliki jari telunjuk itu melajukan kudanya, hingga mereka berhenti saat tiba di tepi jurang.

Lelaki itu menurunkan Li Jia dengan kasar. Dia menarik tubuh gadis itu dengan pedang yang terhunus di lehernya.

“Seharusnya kamu mati waktu itu. Ah, kenapa aku dihadapkan dengan gadis bodoh ini?” Lelaki itu tampak putus asa. Anak buahnya telah habis dibunuh. Sementara Perdana Menteri Liu tidak kunjung menemuinya. Dia pasrah saat berdiri di sisi tebing curam. Di bawah tebing itu hanya terlihat bebatuan dan pepohonan.

Dengan pedang yang diarahkan ke leher Li Jia, dia menatap Pangeran Wang Li yang baru datang dengan kuda. Pemuda itu lantas melompat dari atas kudanya saat melihat lelaki itu menyandera Li Jia.

“Lepaskan dia!” seru Pangeran Wang Li. Dia menatap Li Jia yang melihat ke arahnya. Gadis itu hanya terdiam walau air matanya terjatuh.

“Aku tidak akan melepaskannya. Jika maju selangkah saja, maka dia akan mati bersamaku. Jadi, Yang Mulia lebih baik kembali dan carilah ratu yang baru. Ah, aku seharusnya membunuh gadis ini sejak dulu,” ucap lelaki itu bergerak perlahan. Pedang di leher Li Jia seketika ikut bergerak, hingga leher gadis itu terluka karena sayatan pedang tersebut.

Li Jia memejamkan matanya saat lehernya tergores. Melihatnya menahan sakit, Pangeran Wang Li mengepalkan kedua tangannya. Dia tak berdaya saat melihat istrinya disakiti.

“Lepaskan dia, maka aku akan melepaskanmu. Aku mohon, jangan sakiti istriku,” ucap Pangeran Wang Li memohon.

Sebenarnya, mudah saja bagi Pangeran Wang Li untuk melumpuhkan lelaki itu. Namun, dia tidak bisa bertindak ceroboh karena keselamatan Li Jia dipertaruhkan dan dia tidak ingin istrinya itu terluka. Apalagi, harus ikut jatuh ke dalam jurang yang curam.

Lelaki yang menyandera Li Jia rupanya menyadari kelemahan Pangeran Wang Li. Dia tersenyum kecut saat melihat pemuda itu tidak berkutik. “Rupanya, Raja negeri ini tidak bisa berbuat apa-apa. Raja yang lemah! Hanya karena seorang wanita, kamu tidak berdaya. Aku ingin lihat, apa yang akan kamu lakukan jika wanita ini aku lempar ke sana.” Lelaki itu menunjuk ke bawah jurang. Dia tertawa mengejek. Menertawakan Pangeran Wang Li yang tidak bisa berkutik.

“Yang Mulia, jangan pedulikan aku. Bunuh dia, walau aku harus mati. Aku ikhlas jika harus mati Asalkan, dia juga mati. Aku ikhlas,” ucap Li Jia di antara air mata. Namun, Pangeran Wang Li menolak.

“Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu mati!”

Pangeran Wang Li meletakkan pedangnya di atas tanah. Dia masih berusaha untuk membujuk lelaki itu agar melepaskan Li Jia. Akan tetapi, lelaki itu bergeming.

Li Jia menatap Pangeran Wang Li yang bersikukuh untuk meminta lelaki itu melepaskannya. Pangeran Wang Li seakan tidak rela jika dirinya mati. Li Jia menitikkan air mata karena dia menyadari begitu dalamnya cinta pemuda itu terhadapnya.

“Maafkan aku, tetapi aku harus mengakhiri semuanya,” batin Li Jia diiringi air mata. Gadis itu sempat melirik ke belakang di mana jurang curam yang menganga. Dia sudah bersiap untuk melompat dan menarik lelaki itu bersamanya. Li Jia menatap Pangeran Wang Li dalam. “Maafkan aku, Suamiku,” batinnya. Li Jia kini bersiap untuk mendorong tubuhnya ke belakang. Namun, satu anak panah seketika melesat dan mengenai mata lelaki itu. Darah terciprat saat ujung anak panah menancap tepat di salah satu bola matanya.

Melihat lelaki itu terkena anak panah, Pangeran Wang Li berusaha menarik Li Jia untuk menjauh. Namun, tubuh gadis itu ditarik oleh lelaki tersebut dan ikut terjatuh. Sontak, Pangeran Wang Li segera meraih tangan Li Jia. Pemuda itu tersungkur sambil memegang tangan Li Jia yang kini tergantung di sisi tebing.

“Istriku, jangan lepaskan tanganku!” seru Pangeran Wang Li yang masih menggenggam tangan Li Jia. Dia berusaha menarik istrinya itu. Akan tetapi, lelaki yang terjatuh itu masih memegang kaki Li Jia. Dia bertahan di kaki gadis itu.

Walau mengalami luka yang cukup parah di bagain mata, tidak membuat lelaki itu menyerah. Dia berusaha untuk menarik Li Jia agar terjatuh bersamanya ke dalam jurang.

Pangeran Wang Li berusaha sekuat tenaga untuk tidak melepaskan tangannya. Walau tubuhnya melemah karena pengaruh racun, tidak membuatnya menyerah. Darah hitam tampak mengalir dari mulut dan hidungnya. Namun, dia tidak peduli.

“Suamiku, lepaskan tanganku. Jangan menyiksa dirimu seperti ini. Aku mohon, biarkan aku pergi,” ucap Li Jia sambil menangis. Melihat kondisi Pangeran Wang Li, gadis itu tidak tega.

“Jangan katakan apa pun. Aku akan membawamu kembali ke istana. Istriku, aku mohon jangan pernah tinggalkan aku lagi.” Pangeran Wang Li terus berusaha untuk menarik Li Jia. Semua kemampuannya telah dikerahkan. Tak peduli dengan darah yang keluar dari mulut dan hidungnya.

Di saat dirinya sudah tidak mampu untuk menarik Li Jia, Liang Yi tiba-tiba muncul. Dengan anak panah yang terpasang di busurnya, dia melesatkan anak panah itu ke arah lelaki yang masih bergelantungan di kaki Li Jia. Anak panah yang tepat mengeni lehernya itu seketika menjadi jalan kematiannya. Tangannya terlepas dari kaki Li Jia dan tubuhnya melayang menimpa dahan pepohonan dan jatuh di atas bebatuan kasar.

Liang Yi lantas meraih tangan Li Jia saat tangan gadis itu hampir terlepas dari tangan Pangeran Wang Li. Dia lantas menarik tubuh gadis itu. Seketika, Li Jia mendekati Pangeran Wang Li yang kini terbaring lemah di sisi tebing.

“Suamiku, jangan tinggalkan aku. Aku mohon.” Tangis Li Jia pecah saat melihat Pangeran Wang Li terbaring dengan darah hitam di mulutnya.

Melihat sikap Li Jia terhadap Pangeran Wang Li, Liang Yi menitikkan air mata. Kembali, dia harus merasakan kekecewaan. Kali ini, dia benar-benar harus bisa menerima kenyataan.

Saat melihat para prajurit datang, Liang Yi bergegas pergi. Dia pergi tanpa mengatakan apa pun pada Li Jia. Namun, langkahnya terhenti saat Li Jia memanggil namanya, “Liang Yi!” Seketika, dia menoleh. Li Jia berlari ke arahnya. “Terima kasih untuk semuanya. Maafkan aku karena aku tidak bisa meninggalkannya. Dia …. ”

“Aku tahu. Karena itu, aku akan pergi. Dia sangat mencintaimu. Jadi, cintailah dia. Dia pantas untuk mendapatkan cintamu.” Liang Yi mencoba menahan gejolak hati yang terluka. Luka karena wanita yang dicintanya akan pergi bersama orang lain.

Kereta yang membawa Pangeran Wang Li berhenti di depan mereka. Pemuda itu terbaring, tetapi dia masih bisa merasakan kehadiran sahabatnya itu. “Liang Yi, sahabatku,” ucapnya lirih. Dia berusaha meraih tangan Liang Yi. Liang Yi lantas meraih tangannya.

“Semuanya sudah berakhir. Sekarang, kembalilah ke istana dan obati lukamu. Apa kamu ingin melihat Li Jia menangis karena mencemaskanmu?”

Pangeran Wang Li tersenyum dan melihat Li Jia. Dia lantas mengulurkan tangan pada gadis itu. “Istriku.”

Li Jia mengangguk seiring air mata yang jatuh. Dia lantas meraih tangan Pangeran Wang Li dan menggenggamnya erat.

“Liang Yi, ikutlah dengan kami ke istana,” pinta Li Jia. Namun, pemuda itu menggeleng.

“Pergilah, aku masih ada urusan yang belum diselesaikan,” ucapnya seraya naik ke punggung kudanya. “Aku pergi! Semoga kalian berdua selalu bahagia,” ucapnya di sela pijakan kaki kuda yang berlari meninggalkan kereta. Kini, dia benar-benar menangis karena kehilangan cintanya.

“Aku selalu mencintaimi, Li Jia. Hanya dirimu satu-satunya wanita di hatiku. Kini dan untuk selamanya,” batin Liang Yi yang perlahan menghilang di tengah pepohonan. Li Jia menatapnya dan melepas kepergiannya dengan tangisan.


Pendekar Cinta dan Dendam

Pendekar Cinta dan Dendam

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Kepulan asap hitam tampak mengepul di atas sebuah bukit. Bukit yang ditinggali beberapa kepala keluarga itu tampak diselimuti kepulan asap dengan kobaran api yang mulai membakar satu per satu rumah penduduk yang terbuat dari bambu. Warga desa tampak berlarian untuk berlindung, tapi rupanya penyebab dari kekacauan itu enggan membiarkan mereka meninggalkan tempat itu."Cepat bunuh mereka! Jangan biarkan satu pun yang lolos!" perintah salah satu lelaki. Lelaki yang menutupi setengah wajahnya itu menatap beringas siapa pun yang ada di depannya. Tanpa belas kasih, dia membantai setiap warga yang dijumpainya. Tak peduli anak-anak ataupun orang dewasa, dengan tega dia membantai tanpa ampun.penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset