Pangeran Wang Li dan Li Jia saling menggenggam tangan erat. Mudah saja bagi Pangeran Wang Li untuk mengalahkan para perampok itu, tetapi dia tidak bisa karena keselamatan Li Jia akan terancam. Dia khawatir jika istrinya itu akan dilukai. “Istriku, tetaplah berdiri di belakangku. Aku akan melindungimu.”
Pangeran Wang Li lantas mengambil pedang yang teronggok di atas tanah. Tiba-tiba, dua orang perampok menyerangnya. Dengan cekatan, lelaki itu menangkis dengan pedangnya. Pedang yang beradu menimbulkan suara dentingan yang cukup keras. Di saat bersamaan, dia menendang perut salah satu perampok hingga terjengkang. Sementara seorang lainnya harus mengalami luka tebasan di punggungnya.
Melihat rekan mereka dikalahkan, para perampok itu semakin geram. Perampok yang berjumlah lebih dari dua puluh orang itu mulai merangsek maju dan mengepung mereka. Pangeran Wang Li tampak mencemaskan keselamatan istrinya.
Li jia tidak tinggal diam. Melihat keadaan mereka yang saat ini terdesak, wanita itu lantas mengambil pedang yang tergeletak di samping salah satu mayat perampok.
“Pergi kalian! Apa kalian tidak tahu siapa kami? Kami adalah raja dan ratu negeri ini. Kalau kalian melepaskan kami, aku berjanji akan memberikan apa pun yang kalian inginkan,” ucap Li Jia sambil mengarahkan pedang ke arah para perampok itu. Melihat tangan istrinya gemetar, Pangeran Wang Li lantas mengambil pedang itu dari tangannya. Dia tampak sedih karena tidak bisa melindungi istrinya itu.
“Apa kalian pikir kami akan percaya dengan ucapanmu itu? Mana ada raja dan ratu yang keluar dari kerajaan tanpa ada pengawalan? Kalian hanya membuat alasan agar kami takut. Iya, kan?” ucap salah satu perampok.
“Kita habisi saja mereka. Rasanya tanganku sudah gatal ingin membunuh mereka. Lihat saja teman-teman kita yang tewas di tangan lelaki itu. Rupanya dia cukup hebat, tapi aku ingin lihat apakah dia mampu melawan jika kita menyerangnya bersama-sama? Teman-teman, jangan bunuh lelaki itu! Cukup lumpuhkan dia karena aku ingin dia melihat bagaimana wanita yang dia cintai kita perkosa di depannya. Aku ingin lihat apa dia masih bisa menjaga wanita itu dengan tangannya sendiri. Aku yang akan lebih dulu menikmati tubuh wanita itu dan …. ” Lelaki itu tiba-tiba terdiam. Matanya melotot menahan sakit saat sebuah anak panah menancap tepat di dadanya. Melihatnya mati, Li Jia ketakutan. Dia menggenggam erat tangan suaminya.
Para perampok terperanjat. Mereka tampak panik saat melihat lelaki itu tersungkur dan mati. Mereka mengedarkan pandangan ke arah semak-semak. “Keluar dan hadapi kami!” seru salah seorang perampok, “Kalau tidak, mereka berdua akan segera mati di tangan kami!”
Karena tidak ditanggapi, perampok-perampok itu kembali ingin menyerang Pangeran Wang Li dan Li Jia, tetapi langkah mereka terhenti saat anak panah melesat di depan mereka dan tertancap di tanah.
“Dasar brengsek! Tunjukkan wujudmu! Kalau ingin melihat mereka selamat, tunjukkan dirimu!” teriak pemimpin perampok yang mulai geram.
Karena kembali tidak ditanggapi, para perampok itu akhirnya menyerang Pangeran Wang Li secara bersamaan. Melihat hal itu, sosok di balik semak bermaksud untuk keluar dan membantu. Namun, dia tertahan saat melihat tiga orang berkuda yang tiba-tiba datang dan membantu Pangeran Wang Li.
“Yang Mulia, cepat pergi dari sini! Biar kami yang akan mengurus mereka!” seru seorang lelaki yang ternyata adalah pengawal pribadinya.
“Pergilah, Adik Li! Bawa Adik Jia kembali ke istana!” seru Jenderal Wang Zhu yang turut datang membantu.
“Ayo, kita pergi dari sini!” Pangeran Wang Li lantas membawa Li Jia meninggalkan tempat itu.
“Kalian berdua pergilah dan lindungi Yang Mulia. Biar aku yang akan menghadapi mereka,” ucap Jenderal Wang Zhu pada dua lelaki yang datang bersamanya.
“Tapi, Jenderal …. ”
“Pergilah! Biar aku yang akan mengurus mereka!” ucapnya tegas.
“Baik, Jenderal.” Kedua orang itu kemudian pergi mengejar Pangeran Wang Li dan Li Jia.
Jenderal Wang Zhu berdiri menatap para perampok itu. Dia menatap mereka dengan tatapan penuh kemarahan.
“Kalian telah membuatku marah. Aku akan menghabisi kalian sekarang juga!”
Jenderal Wang Zhu merangsek maju. Tanpa ampun, dia menebas pedangnya ke arah para perampok. Suara erangan kesakitan tidak membuatnya iba. Dia membunuh tanpa rasa kasihan.
Melihat keganasan lawan di depan mereka membuat para perampok menjadi gentar. Bagaimana tidak, hampir semua perampok tewas di tangannya. Yang tersisa hanya tiga orang yang kini ketakutan. Mereka lantas bersujud di depan Jenderal Wang Zhu dan memohon pengampunan, tetapi usaha mereka sia-sia.
“Apa sekarang kalian ingun memohon ampun padaku? Aku akan mengampuni kalian jika yang kalian ganggu adalah orang lain, tapi aku tidak akan membiarkan kalian hidup karena telah mengganggu orang yang aku cintai. Apa kalian puas setelah membuat wanita yang aku cintai ketakutan?”
Sontak, seseorang yang masih bersembunyi di balik semak terkejut. “Apa aku tidak salah dengar? Apa wanita yang dia cintai adalah Li Jia? Ah, tidak mungkin! Pendengaranku pasti salah, itu tidak mungkin!”
Sosok itu masih menatap Jenderal Wang Zhu. Dia menatap lelaki itu yang menatap tajam ke arah para perampok. Tiba-tiba, ketiga perampok yang semula berlutut lantas bangkit dan menyerangnya, tetapi kegesitan seorang jenderal perang tidak akan mudah tumbang hanya dengan serangan tiga orang berandal.
Jenderal Wang Zhu dengan mudah mengelak dari serangan. Lelaki itu lantas berbalik dan mengayunkan pedangnya ke arah salah satu perampok dan mengenai perutnya. Perampok itu tersungkur dengan tikaman di perutnya. Tak sampai di situ, salah seorang lagi harus meregang nyawa saat pedang Jenderal Wang Zhu menghantam batang lehernya. Darah segar terpancar ke wajah Jenderal Wang Zhu. Wajahnya menyeringai ganas. Dia menatap seorang perampok yang kini sendirian.
“Kenapa? Apa sekarang kamu ketakutan? Aku akan membalas perbuatan kalian karena sudah membuatnya ketakutan. Aku akan membuatmu ketakutan hingga ingin membunuh dirimu sendiri.”
Perampok itu semakin ketakutan saat melihat Jenderal Wang Zhu berjalan ke arahnya sambil menyeret pedangnya. Wajah Jenderal Wang Zhu tampak menyiratkan kebencian.
“Seharusnya dari awal kalian tidak melakukan hal ini. Ah, kalian merampok orang yang salah. Melihatnya ketakutan, aku sangat marah. Aku akan menyingkirkan siapa pun yang menyakitinya. Mengerti!”
Tanpa ampun, pedang di tangannya diayunkan dan bersiap memenggal batang leher perampok itu. Namun, perampok itu masih sempat menghindar dan mencoba melarikan diri.
Melihatnya lari, Jenderal Wang Li hanya menatapnya. Dia tersenyum sinis sambil mengambil sebilah pisau yang tergeletak di atas tanah. “Aku tidak akan membiarkan siapa pun yang menyakitinya hidup bebas. Matilah!”
Pisau itu lantas dilemparkan dan tepat mengenai belakang kepala perampok itu. Pisau itu menancap tepat di belakang kepala. Tubuhnya tersungkur dengan mata terbelalak. Darah hitam meluar dari mulutnya seiring napas yang tidak lagi berembus.
Setelah perampok itu mati, Jenderal Wang Zhu lantas bergegas pergi. Dia tampak menahan kecemasan karena mengingat Li Jia yang ketakutan.
Sosok yang sedari tadi menyaksikan kebengisan Jenderal Wang Zhu keluar dari balik semak. Dia lantas mendekati mayat-mayat itu. “Apa benar dia mencintai Li Jia hingga membuatnya sekejam ini?” ucap orang itu yang tidak lain adalah Liang Yi.
Paman Chow yang baru datang lantas mendekatinya. “Liang Yi, apa yang terjadi?” tanya lelaki itu sambil melihat mayat-mayat itu.
“Mereka telah dibunuh oleh lelaki itu. Dia memiliki wajah yang hampir mirip dengan Pangeran Wang Li. Dia adalah seorang jenderal. Apa Paman tahu siapa dia?”
Paman Chow tampak berpikir. Lelaki yang sudah tidak muda lagi itu mencoba mengingat. “Apa mungkin dia adalah Jenderal Wang Zhu?”
“Jenderal Wang Zhu? Siapa dia?”
“Dia adalah seorang jenderal muda yang sangat hebat. Kamu tidak mengenalnya karena dia telah ditempatkan di medan peperangan sejak masih muda dan tidak pernah diperkenankan kembali ke istana. Dia adalah sepupu dari Pangeran Wang Li,” jelas Paman Chow. “Apa dia yang membunuh semua perampok itu?” tanya Paman Chow.
Liang Yi mengangguk. “Dia sangat tangguh. Namun, aku khawatir kalau dia …. ”
“Jangan khawatir. Jenderal Wang Zhu sangat loyal pada istana. Dia pasti melindungi Pangeran Wang Li dan istrinya. Ayo, sebaiknya kita kembali!”
Kedua lelaki itu akhirnya pergi. Pertemuan yang tidak sengaja membuat Liang Yi mengikuti Pangeran Wang Li dan Li Jia secara diam-diam. Dia ingin melihat mereka dan memastikan mereka dalam keadaan baik-baik saja.
Saat melihat mereka diserang, Liang Yi ingin membantu. Namun, dia mengurungkan niatnya dan hanya bisa membantu dari balik semak.
Kemahiran Liang Yi dalam memanah membuatnya berhasil menakuti para perampok itu. Setidaknya, dia bisa mengulur waktu karena Paman Chow sedang memanggil bala bantuan dari istana. Karena itu, pengawal raja dan Jenderal Wang Zhu bisa mengetahui keberadaan Pangeran Wang Li dan Li Jia.
Jenderal Wang Zhu memacu kudanya yang berlari kian cepat. Lelaki itu tampak cemas. Kecemasan itu bukanlah suatu kepura-puraan. Dia benar-benar cemas karena memikirkan wanita yang sudah membuatnya gila. “Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu. Aku akan membunuh mereka yang mencoba menyakitimu,” batinnya.
Lelaki itu masih membayangkan ketakutan di wajah Li Jia. Tangannya mengepal saat melihat air mata di wajah wanita itu. Air mata yang membuatnya ingin melindungi sang wanita yang sudah membuatnya jatuh cinta dalam diam.
Setibanya di gerbang istana, Jenderal Wang Zhu lantas melompat dari atas punggung kudanya. Dia berlari menuju ke paviliun. Matanya memerah menahan air mata dengan kecemasan yang mengganggu hatinya.
“Adik Li, apa Adik Jia baik-baik saja?” tanya Jenderal Wang Zhu saat masuk ke dalam ruangan di mana Pangeran Wang Li sedang duduk bersama seorang tabib.
“Kakak Zhu, terima kasih karena sudah menolong kami. Saat ini, istriku sedang beristirahat. Sepertinya, dia masih ketakutan hingga membuatnya tidak tenang. Untung tabib sudah memberikan ramuan obat untuknya,” jelas Pangeran Wang Li. Penjelasan itu membuat Jenderal Wang Zhu mengepalkan kedua tangannya.
“Syukurlah kalau begitu.” Lelaki itu mengembuskan napas lega.
“Kakak Zhu, terima kasih,” ucap Pangeran Sang Li
“Sudahlah, aku adalah kakakmu dan aku akan selalu menolong adik-adikku. Bukankah, seorang kakak sepantasnya menjaga adik-adiknya?” Mendengar ucapan Jenderal Wang Zhu, Pangeran Wang Li tersenyum.
Melihat jubahnya penuh cipratan darah, Jenderal Wang Zhu meminta undur diri. Dia tidak ingin jika Li Jia melihatnya dengan percikan darah di wajahnya itu.
Di dalam kamarnya, Jenderal Wang Zhu menatap dirinya di cermin. Noda darah mulai mengering di wajahnya. Tampak senyum kepuasan saat melihat noda darah yang sudah mengering di wajahnya itu. “Kalian pantas untuk mati. Siapa pun yang mengganggunya akan berakhir di tanganku,” ucapnya seraya membuka jubahnya yang penuh dengan darah.
Tubuh polosnya kemudian masuk ke dalam bak mandi yang sudah terisi air hangat. Lelaki itu mencelupkan seluruh tubuhnya ke dalam air. Kekuatan napasnya ternyata cukup hebat, hingga membuatnya sanggup bertahan di dalam air selama hampir sepuluh menit.
Jenderal Wang Zhu kemudian mengangkat kepalanya. Terlihat wajah lelaki itu sangat tampan. Rambut panjangnya terurai basah. Wajahnya yang tegas dan tampan menambah pesona yang kian memancar. Bahkan, kehebatannya dalam bertarung menjadi nilai tambah.
“Li Jia, aku pasti akan memilikimu. Kamu hanya akan tersenyum padaku. Tarianmu yang indah itu hanya akan kamu persembahkan untukku dan tubuhmu akan selamanya ada dalam pelukanku,” ucapnya dengan sebuah senyum yang penuh keyakinan. Keyakinan yang membuatnya tetap bertahan dalam kepura-puraan.
Mengingat Li Jia, lelaki itu selalu tersenyum. Senyuman yang terlihat menawan. Dia begitu mendambakan sosok wanita yang telah berhasil membuka hatinya yang selamanya ini tertutup akan cinta.
Li Jia mampu meraih hatinya yang dingin. Li Jia mampu mengalihkan pandangannya hanya dengan sebuah senyuman. Tatapan mata yang lembut membuatnya terdiam dalam keindahan yang menghipnotisnya. Dia telah jatuh cinta pada sosok wanita yang semakin membuatnya berkeinginan untuk memilikinya.
“Aku mencintaimu walau aku tahu itu adalah sebuah kesalahan. Namun, apa salah jika aku mencintaimu?”
Jenderal Wang Zhu menatap dirinya di depan cermin. Dengan tangannya yang kekar, dia menyentuh wajahnya. “Ah, sudah lama aku tidak memerhatikan wajahku di cermin. Apa aku pantas untuk menjadi raja?”
Jenderal Wang Zhu kini berdebat dengan hati dan pikirannya sendiri. Rasa cinta yang terpendam membuat nuraninya berpaling. Keinginan untuk memiliki Li Jia membuatnya memikirkan hal yang tidak pantas untuk dipikirkan. Keinginan untuk menyingkirkan raja yang sah dan mengambil semua yang dimilikinya.
“Kalau untuk mendapatkanmu aku harus melakukan hal itu, maka akan aku lakukan. Aku akan pastikan kalau dirimu akan menjadi milikku. Dan aku akan menjadi raja di istana ini. Dia tidak pantas untuk memiliki semuanya karena yang pantas untuk memiliki dirimu dan semua ini adalah aku!”
Senyuman sinis terukir di wajahnya yang tampan. Sosok yang dingin kini telah berubah menjadi sosok yang egois. Perubahan karena rasa cinta yang selalu mengganggu hatinya. Cinta yang ingin segera dimilikinya walau dia harus mengorbankan saudaranya sendiri.