Pendekar Cinta dan Dendam episode 38

Chapter 38

Setelah Putri Ling dan Jenderal Wang Zhu selesai melakukan kesepakatan, wanita itu lantas menemui Li Jia untuk memberikan jawaban. Dia akhirnya bersedia menikah dengan Jenderal Wang Zhu dengan syarat kalau Pangeran Wang Li harus menjaga Wilayah Utara. Li Jia menerima syarat itu. Kabar bahagia itu lantas diberitahukan pada kepada suaminya.

“Benarkah? Apa Putri Ling setuju?”

“Benar, Suamiku. Ah, aku bahagia karena Kakak Zhu akhirnya bisa menikah,” ucap Li Jia sembari tersenyum lepas.

Saat itu juga, Pangeran Wang Li memanggil Jenderal Wang Zhu dan memberitahukan jawaban Putri Ling. Mereka akhirnya bertemu di halaman paviliun.

“Jadi, dia sudah menyetujuinya?” tanya Jenderal Wang Zhu pura-pura terkejut.

“Iya, Kak. Aku bahagia karena Kakak akan segera menikah,” ucap Li Jia seraya tersenyum.

Lelaki itu menatapnya lekat. “Ah, apa kamu sebahagia itu saat melihatku akan menikah? Walau begitu, aku tetap akan menikahinya demi mendapatkan dirimu,” batin Jenderal Wang Zhu.

“Kakak, aku tahu ini terlalu terburu-buru, tapi aku yakin seiring berjalan waktu Kakak pasti akan bahagia bersama Putri Ling. Dia itu gadis yang cantik dan dia pasti bisa membuat Kakak bahagia,” ucap Li Jia.

Jenderal Wang Zhu hanya tersenyum. Dia lantas meneguk secangkir teh untuk menutupi kegalauan di hatinya.

Melihat istrinya yang tampak bahagia, Pangeran Wang Li tersenyum. Baginya, Li Jia adalah kehidupannya. Cintanya terlampau luar biasa. Cinta yang penuh suka duka, pengorbanan, dan air mata.

Terlihat raut kebahagiaan dari wajah keduanya. Mereka tampak bahagia dengan senyum yang mengembang dan genggaman yang enggan untuk dilepaskan.

Melihat Li Jia dan Pangeran Wang Li saling tersenyum mesra, membuat Jenderal Wang Zhu menahan cemburu yang membuncah. Akhirnya, dia memutuskan untuk pergi. Namun, dia sempat melihat ke arah mereka. Tatapan matanya penuh amarah saat melihat Pangeran Wang Li memeluk tubuh wanita yang sudah membuatnya jatuh cinta. Dadanya terasa sesak saat melihat wanita itu melayangkan senyuman untuk lelaki itu.

Dia akhirnya pergi dengan kecemburuan. Dia Dergi menemui Putri Ling di kediamannya. “Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terlihat marah seperti itu?” tanya Putri Ling saat melihat wajah lelaki itu yang terlihat kesal dan marah.

Lelaki itu tidak menjawab. Dia berjalan mendekati Putri Ling dan menatapnya tajam. “Lihat aku! Apa aku sama sekali tidak menarik bagimu? Apa wajahku tidak setampan wajahnya hingga kamu dan dia begitu menyukainya?”

Jenderal Wang Zhu menatap lekat. Putri Ling terdiam saat melihat wajah lelaki itu yang begitu dekat dengan wajahnya. Dia tidak mampu berkata dan hanya bisa mengagumi ketampanan lelaki yang tidak lama lagi akan menjadi suaminya. Sungguh, wajah lelaki itu begitu sempurna. Ketampanan wajahnya dan kegagahan tubuhnya menjadi daya pikat tersendiri hingga membuat wanita akan takluk padanya.

“Ada apa denganmu? Apa sekarang kamu sedang cemburu?” tanya Putri Ling. Jenderal Wang Zhu lantas mengalihkan pandangannya.

“Kenapa kamu harus tersiksa karena wanita itu? Lihatlah di sekelilingmu dan carilah wanita yang lebih baik darinya. Aku akui dia memang cantik, tapi di antara semua wanita yang ada di negeri ini kenapa kamu harus jatuh cinta padanya?”

“Aku tidak butuh dengan wanita mana pun karena di mataku dia adalah wanita yang sempurna. Aku menginginkan kasih sayang dan cintanya. Aku mendambakan menjadi lelaki yang dia cintai. Dan aku mengharapkan hidup bersamanya karena dia wanita pertama yang berhasil meraih hatiku. Dia telah menaklukkan hatiku dan dia yang pantas untuk menjadi pendamping hidupku.”

Putri Ling menatapnya heran. Sejenak, ada rasa iri pada Li Jia karena dia mampu menaklukkan dua hati yang begitu mencintainya. Dia iri karena Li Jia mampu mengubah seorang lelaki dingin dan kejam menjadi seseorang yang begitu menyayanginya.

“Walau dia tidak mencintaimu, apa kamu tetap akan memaksanya untuk tetap ada di sampingmu? Apa kamu yakin, dia akan menerimamu setelah apa yang akan kita lakukan untuk mereka nantinya?” tanya Putri Ling yang membuat Jenderal Wang Zhu menatapnya sinis.

“Aku tidak peduli walau dia tidak mencintaiku, asalkan dia tetap ada di sampingku. Aku tidak peduli walau dia membenciku, asalkan hanya aku satu-satunya lelaki untuknya dan tidak ada lelaki mana pun yang akan memilikinya kecuali aku,” ucap Jenderal Wang Zhu yang begitu terobsesi pada Li Jia.

“Ingatlah, pernikahan kita ini hanya pura-pura dan jangan berharap lebih dariku. Kamu tahu siapa yang aku cintai. Karena itu, jangan sekali-kali mengeluh di depanku. Bukankah, kamu sendiri yang menawarkan pernikahan ini? Jadi, biarkan aku melakukan apa saja padanya tanpa perlu kamu bertanya,” lanjut Jenderal Wang Zhu.

Putri Ling tersenyum kecut mendengar ucapannya itu. “Baiklah, aku tidak akan meminta apa pun darimu, asalkan tepati janjimu padaku. Selebihnya, aku tidak akan ikut campur dengan urusanmu. Sebaiknya, kita harus bersiap-siap karena aku sudah mempunyai rencana agar kamu bisa segera naik takhta.”

“Baiklah, lakukan saja rencanamu, tapi ingat jangan pernah menyentuhnya karena aku sendiri yang akan menghabisimu jika dia sampai terluka,” ancam Jenderal Wang Zhu. Lelaki itu kemudian pergi.

“Apakah dia seberharga itu bagimu? Ah, kenapa aku dihadapkan dengan dua lelaki yang begitu tergila-gila padanya? Apakah nasibku hanya sebagai wanita yang tanpa harga di depan mereka?” Putri Ling mendengus kesal mengingat perlakuan dua lelaki yang sama sekali tidak tertarik dengannya.

Di halaman istana, suasana tampak ramai dengan aneka hiasan dan lampion warna merah yang menggantung di jalan utama. Tak hanya itu, suara alunan musik terdengar menambah meriah suasana.

Di dalam kamar, Putri Ling tampak cantik dengan gaun pengantin berwarna merah dengan kain tipis yang menutupi wajahnya.

Yuan yang selama ini menemani Putri Ling hanya bisa menatap pasrah ke arah wanita itu. Cinta yang dirasakannya sejak dulu kini telah pupus. “Ketua, apakah pernikahan ini adalah jalan untuk meraih keinginan Ketua?”

“Yuan, aku akan meraih apa yang diinginkan ayah. Karena itu, tetaplah percaya padaku dan bantu aku agar keinginan ayah bisa tercapai. Aku akan lakukan apa pun agar keinginan ayah bisa terwujud. Karena itu, aku harap kamu tetap ada di sisiku.”

“Aku akan selalu ada di samping Ketua. Aku akan membantu agar keinginan Ketua bisa terwujud.”

Iring-iringan pengantin wanita keluar dari kamar. Sementara pengantin pria tampak gagah dengan jubah pengantin berwarna merah. Lelaki itu menunggu kedatangan pengantin wanita.

Di atas mimbar, Pangeran Wang Li terlihat tampan dan gagah dengan balutan jubah berwarna putih yang disulam benang emas. Li Jia yang duduk di sampingnya tampak cantik dengan balutan hanfu berwarna putih dengan motif sulaman yang sama dengan suaminya.

Kecantikan Li Jia rupanya mampu menarik perhatian seseorang. Ya, Jenderal Wang Zhu berusaha menjaga pandangannya. Dia begitu tergoda hingga tidak ingin berpaling dari kecantikan wajah itu. Namun, dia berusaha untuk menundukkan pandangannya.

Pengantin wanita tiba dan berdiri di samping pengantin pria. Setelah melakukan ritual pernikahan, mereka dinyatakan resmi menjadi suami istri. Kedua pengantin berdiri berhadapan dan saling memberi hormat. Setelah itu, mereka menghadap di depan raja dan ratu seraya memberi penghormatan.

“Bahagialah, doa kami akan selalu menyertai kalian,” ucap Pangeran Wang Li.

“Jadilah istri yang baik bagi suamimu dan cintailah dia,” ucap Li Jia yang membuat Jenderal Wang Zhu menatapnya tanpa kedip. Di depannya, tampak wajah yang begitu cantik dan memesona. Pipinya yang merona, bibirnya yang ranum dan merekah indah dengan tatapan bola mata sebiru lautan. Wajah itu bagaikan magnet yang membuatnya enggan untuk berpaling.

“Sadarlah, jaga pandanganmu,” bisik Putri Ling yang membuat Jenderal Wang Zhu menundukkan pandangannya.

Sementara di desa, Liang Yi juga mendengar tentang pernikahan itu. “Ah, syukurlah kalau lelaki itu telah menikah,” ucapnya lega.

Pasangan pengantin baru itu tampak tersenyum saat satu per satu tamu undangan menyalami mereka. Tawa dan senyum keduanya terlihat begitu tulus. Namun, semua itu hanyalah kepura-puraan. “Jagalah pandanganmu, apa kamu ingin mereka curiga padamu?” bisik Putri Ling saat mereka tengah duduk.

“Baiklah, tapi aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Ah, aku harap semua ini cepat berakhir,” keluh lelaki itu kesal.

Akhirnya, acara pernikahan itu pun selesai. Pangeran Wang Li lantas menjamu pengantin baru di paviliun.

Di halaman, para penari yang dibawa Nyonya Yi Wei tengah menari. Melihat mereka menari, Li Jia tersenyum.

“Istriku, apa kamu ingin menari?”

Li Jia mengangguk.

“Menarilah karena hari ini hari bahagia. Menarilah.”

Li Jia tersenyum dan mengecup pipi suaminya. Dia kemudian menari bersama para penari itu.

Di saat yang sama, tangan Jenderal Wang Zhu mengepal karena melihat kemesraan mereka. Dia cemburu, tetapi rasa sesak itu menyurut saat melihat Li Jia menari.

Li Jia bagaikan sekuntum bunga di antara kupu-kupu yang mengelilinginya. Gerakan tariannya yang lincah membuat semua mata menatapnya penuh takjub.

Gerakan tubuhnya begitu gemulai dengan tatapan mata yang menggoda. Senyumannya merekah indah. Semua yang ada pada diri wanita itu terlihat sempurna. Itulah yang dirasakan Jenderal Wang Zhu. Rasa ingin memiliki wanita itu semakin kuat. Rasanya, dia sudah tidak sabar untuk memiliki wanita itu hanya untuknya. Dia sudah tidak sabar untuk menikmati tarian indah itu hanya untuk dirinya. “Aku akan memilikimu hanya untukku. Aku pastikan kalian tidak akan bisa bersama lagi,” batin lelaki itu.

Li Jia tampak tersenyum puas saat tariannya berhenti. Wajah cantiknya terlihat merah merona dengan peluh yang menempel di dahinya. Pangeran Wang Li lantas bangkit dan mendekati istrinya itu. Tangan kekarnya menghapus peluh di dahi Li Jia diiring senyuman penuh makna. “Apa kamu bahagia?”

Li Jia mengangguk dengan napas yang turun naik. Pangeran Wang Li tersenyum dan mengecup mesra keningnya.

Melihat kemesraan mereka, semua mata menunduk. Tak terkecuali Jenderal Wang Zhu yang mengalihkan pandangannya. Putri Ling menyadari itu dan melirik ke arahnya. Sontak, dia terkejut melihat tatapan mata penuh amarah. Mulutnya menyeringai dengan suara gemeretak giginya yang kokoh.

Di dalam kamar yang dihiasi aneka bunga berwarna merah, Jenderal Wang Zhu duduk sambil menuang arak. Wajahnya memerah karena marah dan pengaruh arak yang sudah beberapa kali diteguknya.

“Jangan menyiksa dirimu seperti ini. Bersabarlah, aku akan membantumu untuk mendapatkannya,” ucap Putri Ling yang mencoba menenangkan lelaki yang sudah menjadi suaminya itu.

Jenderal Wang Zhu tidak memedulikan ucapannya. Dia masih saja meneguk arak. “Aku akan memilikinya. Aku akan membunuh lelaki itu agar rasa cemburu ini tidak lagi menyiksaku!”

Dua botol arak yang ada di atas meja telah dihabiskannya. Tubuhnya sempoyongan. Matanya memerah dan menatap liar.

“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Putri Ling. Lelaki itu menatapnya.

“Li Jia,” ucapnya seraya mendekati Putri Ling.

“Apa yang kamu lakukan?”

“Adik Jia, aku sangat mencintaimu,” ucap Jenderal Wang Zhu sambil mendekap tubuh Putri Ling dalam pelukannya.

“Lepaskan aku!”

Putri Ling berusaha berontak, tetapi Jenderal Wang Zhu tidak peduli. Kain tipis yang masih menutupi wajah gadis itu perlahan terbuka. Jari-jemari yang kekar membelai lembut wajahnya. Di mata Jenderal Wang Zhu, dia melihat Li Jia. “Aku mencintaimu,” ucapnya sambil mengecup bibir Putri Ling lembut. Sontak, wanita itu terkejut tanpa bisa melakukan apa pun. Dia terdiam saat bibirnya dipermainkan lelaki itu.

“Apa yang sudah aku lakukan? Kenapa aku membiarkannya melakukan ini padaku?” batin Putri Ling yang masih terdiam. Tangannya meremas gaun pengantinnya.

Walau mabuk dan terlihat kasar, tetapi Jenderal Wang Zhu memperlakukan Putri Ling dengan lembut. Di matanya, saat ini wanita itu terlihat seperti Li Jia. Dia melepaskan kecupannya dan menatap wajah yang kini terpejam. Sontak, dia terkejut dengan langkah mundur ke belakang. “Maafkan aku,” ucapnya seraya meninggalkan Putri Ling.

Putri Ling membuka matanya dan mendapati Jenderal Wang Zhu sudah kembali duduk sambil memegang botol arak.

“Apa kamu benar-benar sangat mencintainya?”

Lelaki itu terdiam.

“Apa kamu melakukan semua itu karena berpikir aku adalah dirinya dan kamu membelakangiku setelah sadar kalau ternyata aku bukanlah dia?”

“Maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya …. ”

“Aku tahu di hatimu hanya ada dirinya. Ternyata, cintamu padanya sangatlah besar. Baiklah, aku akan membantumu. Ayo, kita nikmati malam pertama kita dengan minum arak hingga mabuk,” ucap Putri Ling sambil menuangkan arak ke dalam gelas. “Ayolah, jangan khawatir. Aku tidak akan membiarkanmu memperlakukanku seperti tadi lagi,” lanjutnya dengan sedikit tertawa.

Malam itu, mereka menghabiskan malam dengan mabuk bersama. Putri Ling meneguk arak, hingga membuatnya terkapar tak sadarkan diri. Sementara, Jenderal Wang Zhu masih bisa mengontrol dirinya. Dengan kedua tangannya, dia mengangkat wanita itu dan meletakkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Jenderal Wang Zhu kemudian keluar dari kamar dan pergi ke paviliun. Setibanya di sana, dia melihat seseorang sedang duduk sambil menatap langit malam. Malam itu, langit terlihat begitu terang dengan cahaya bulan yang membentuk sempurna.

Jenderal Wang Zhu masih memerhatikan sosok itu hingga matanya melebar ketika sosok itu tiba-tiba menari di bawah sinar cahaya bulan.

Sosok itu adalah Li Jia. Malam itu adalah malam kematian Lian dan dia ingin menari untuk kekasih sekaligus cinta pertamanya itu. Dia tidak ingin melupakan lelaki yang sudah membuatnya mengenal arti cinta. Lelaki yang rela mati untuk melindunginya.

Li Jia menari dengan air mata. Tarian itu mengingatkannya pada Lian. Li Jia menghentikan tariannya. Dia menunduk dengan tangis terisak.

Dari tempatnya berdiri, Jenderal Wang Zhu bisa mendengar suara isakan tangisnya. Suara tangis yang membuatnya luluh. Rasanya, dia ingin berlari dan memeluk wanita itu. “Apa yang membuatmu menangis seperti itu? Ah, andai aku mampu, aku akan berlari dan memelukmu.”

Tangisan Li Jia adalah tangisan seorang wanita yang harus merasakan kehilangan dan juga kebahagiaan. Kehilangan karena cinta pertamanya telah pergi dan kebahagiaan karena telah menemukan seseorang yang mencintainya tanpa syarat.

Malam itu, Li Jia dikejutkan dengan sebuah mimpi yang membangunkannya. Mimpi yang membuatnya gusar.

Dia melihat dua orang lelaki yang tersenyum padanya. Tatapan mata keduanya begitu penuh cinta. Namun, kedua lelaki itu tiba-tiba menghilang. Li Jia tersentak karena kedua lelaki itu adalah orang yang sangat dicintainya. Mereka berdua mempunyai tempat yang istimewa di hatinya.

Li Jia menatap suaminya yang tertidur pulas di sampingnya. Wajah lelaki itu begitu damai hingga membuatnya tersenyum. Namun, mimpi itu kembali mengganggunya hingga membuatnya keluar dari kamar dan duduk menatap langit malam yang bertabur cahaya bintang dengan cahaya bulan yang terlihat sempurna.

“Lian, aku mohon jangan membuatku takut. Apa kamu ingin melihatku kehilangan lagi? Tidak cukupkah aku kehilanganmu dan kini kamu juga ingin mengambil Wang Li dariku?” ucap Li Jia dengan tangis terisak.

Mimpi itu telah menggoyahkan hatinya. Selama ini, dia tidak pernah memimpikan Lian. Karena itu, dia begitu takut saat memimpikannya yang datang dan membawa Pangeran Wang Li bersamanya. Mimpi itu terasa begitu nyata.


Pendekar Cinta dan Dendam

Pendekar Cinta dan Dendam

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Kepulan asap hitam tampak mengepul di atas sebuah bukit. Bukit yang ditinggali beberapa kepala keluarga itu tampak diselimuti kepulan asap dengan kobaran api yang mulai membakar satu per satu rumah penduduk yang terbuat dari bambu. Warga desa tampak berlarian untuk berlindung, tapi rupanya penyebab dari kekacauan itu enggan membiarkan mereka meninggalkan tempat itu. "Cepat bunuh mereka! Jangan biarkan satu pun yang lolos!" perintah salah satu lelaki. Lelaki yang menutupi setengah wajahnya itu menatap beringas siapa pun yang ada di depannya. Tanpa belas kasih, dia membantai setiap warga yang dijumpainya. Tak peduli anak-anak ataupun orang dewasa, dengan tega dia membantai tanpa ampun. penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset