Pendekar Cinta dan Dendam episode 53

Chapter 53

Kehadiran Liang Yi membuat Kaisar Wang Zhu memutuskan untuk menempatkannya kembali di istana. Mengingat jasa orang tuanya yang mengangkat Li Jia sebagai anak dan merawatnya. Tak hanya itu, Kaisar Wang Zhu juga mengangkatnya sebagai penasihat. Walau dia menyadari, dirinya mungkin saja dibenci karena perbuatannya pada Pangeran Wang Li di masa lalu. Untuk menebus kesalahannya itu, dia mengajak Liang Yi untuk bersama-sama menjaga keutuhan istana dan negeri dari para pemberontak yang masih merajalela.

Liang Yi tidak menolak dan mengambil kesempatan itu. Kehadirannya membuat prajurit yang mengenalnya ikut senang. Bahkan, ada yang berniat untuk menjatuhkan Kaisar Wang Zhu karena perbuatannya di masa lalu.

Rupanya, tidak sedikit prajurit yang masih loyal pada Pangeran Wang Li, raja mereka terdahulu. Mereka tidak bisa melakukan apa-apa karena telah dibungkam dengan berbagai ancaman.

Kehebatan dua pemuda yang berhasil membasmi pemberontakan rupanya menjadi buah bibir. Bagaimana tidak, dua pemuda yang masih muda itu dengan gagah berani maju di medan perrempuran untuk membasmi pemberontak.

Kabar itu membuat Ratu Ling terusik. Bagaimana tidak, dia rupanya telah merencanakan pemberontakan. Wilayah Utara akan memberontak dan bergabung dengan Kerajaan Zia. Bahkan, dia telah mempersiapkan putrinya untuk menjadi ratu di kerajaan itu.

“Kamu harus menuruti perintah Ibu. Kamu harus menjadi ratu dari putra mahkota di Kerajaan Zia. Dengan begitu, kita akan bisa menguasai dua kerajaan dan menjaga Wilayah Utara. Apa kamu mengerti?”

“Tidak! Aku tidak akan menikah dengan siapa pun. Aku mencintai orang lain!” bantah Putri Yuri yang tidak terima dengan perintah ibunya. Gadis itu lantas pergi dengan air mata.

“Yuri, kembali!” seru Ratu Ling, tetapi gadis itu tidak peduli. Dia berlari dan bermaksud menemui Li Jia. Saat akan sampai di kediaman Li Jia, tidak sengaja dia menabrak seseorang.

“Maaf,” ujarnya seraya menunduk dengan tangis yang terdengar.

“Kamu? Apa yang kamu lakukan di sini?”

Putri Yuri mengangkat wajahnya dan melihat seorang pemuda yang dikenalnya. “Lian?”

“Yuri, kamu menangis?”

Gadis itu menyeka air matanya. Melihat pemuda itu, dia tersenyum. “Apa yang kamu lakukan di sini?”

“Aku …. ”

“Dia adalah panglima prajurit. Apa kalian saling mengenal?”

Sontak, keduanya melihat ke arah suara yang kini berdiri di depan mereka.

“Ayah, aku …. ”

“Putri Yuri, kemarilah. Apa kamu ingin menemuiku?” tanya Li Jia yang mencoba mengalihkan pembicaraan. Gadis itu mengangguk. Dia lantas mendekati Li Jia dan merangkul lengannya.

“Maaf, dia adalah putri suamiku. Apa dia sudah mengganggumu?” tanya Li Jia pada Pangeran Wang Yi.

“Tidak, Yang Mulia.”

“Ah, syukurlah.”

Pangeran Wang Yi terkejut saat mengetahui kalau gadis yang selama ini dikenalnya ternyata adalah putri dari lelaki yang sangat dibencinya. Ada rasa kecewa saat mengetahui kenyataan yang menyakitkan itu. Akan tetapi, apa yang dirasakannya berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Putri Yuri. Melihat pemuda yang diam-diam dicintainya itu membuat harapannya kian tumbuh. Harapan untuk bisa bersama dalam satu hubungan yang didasari dengan cinta dan kepercayaan.

“Kenapa dia harus menjadi anak dari lelaki itu? Apa perasaanku harus terluka lagi?” gumam Pangeran Wang Yi yang kini terduduk di kamarnya. Dia merasa dipermainkan oleh takdir. Pertemuannya dengan Putri Yuri telah menimbulkan benih cinta di hatinya. Tawa dan air mata gadis itu telah membuatnya jatuh cinta. Namun, cinta itu akhirnya pupus saat mendapatkan kenyataan yang begitu menyakitkan.

“Apa Kakak benar-benar mencintainya?” tanya Liang Yuwen.

Pangeran Wang Yi terdiam. Entah apa yang akan dijawabnya. Rasa cintanya benar-benar hancur dengan kenyataan yang begitu menyakitkan. Liang Yuwen paham dan meninggalkannya sendiri. Dia tidak bisa membantu dengan masalah hati yang dihadapi kakaknya itu.

Sejak saat itu, Pangeran Wang Yi mulai menjaga jarak dari Putri Yuri. Walau gadis itu ingin menemuinya, dia mengelak dengan alasan kalau dirinya tengah sibuk.

“Ada apa dengan Lian? Apa dia menghindariku saat tahu kalau aku adalah seorang putri?” batin Putri Yuri. Namun, dia tidak menyerah. Di setiap kesempatan, dia berusaha untuk menemui pemuda itu.

“Putri Yuri, kenapa kamu datang ke sini?” tanya Pangeran Wang Yi saat gadis itu nekat menemuinya saat sedang latihan bersama para prajurit.

“Aku ingin bicara denganmu,” jawab gadis itu.

“Maaf, sebaiknya kamu kembali. Aku sedang sibuk.” Pangeran Wang Yi lantas meninggalkannya. Namun, gadis itu bergeming.

“Aku tidak akan pergi sebelum kamu menjelaskan kenapa kamu menghindariku. Apa karena aku adalah seorang putri?”

Pangeran Wang Yi tidak peduli. Dia tetap melangkah pergi. Tak peduli dengan air mata gadis itu yang kini menetes.

Putri Yuri terduduk sedih. Melihat pemuda yang dicintainya pergi, dirinya kecewa. Walau tidak dipedulikan, dia masih berada di tempat itu. Berharap, mungkin saja pemuda yang dicintainya itu akan datang mendekat. Namun, hingga menjelang senja, pemuda itu tak kunjung datang.

Tanpa sepengetahun Putri Yuri, Pangeran Wang Yi memerhatikannya dari suatu tempat. Pemuda itu berada dalam dilema antara cinta dan dendam. Dendam yang memaksanya untuk melupakan rasa cintanya. Namun, melihat air mata gadis itu, dia kembali bimbang.

“Apa aku harus membencinya?” batinnya sedih.

Langit mulai menghitam. Putri Yuri lantas pergi meninggalkan tempat itu. Dia pergi dengan kekecewaan. Pangeran Wang Yi mengikutinya dari jauh, hingga langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita mendekati Putri Yuri.

“Ikut aku!” seru wanita itu yang tidak lain adalah Ratu Ling.

“Tidak! Aku tidak ingin mengikuti perintahmu!” Putri Yuri mengelak. Dia tidak ingin mengikuti wanita itu.

“Apa kamu ingin membantahku?”

Putri Yuri berniat pergi, tetapi wanita itu menarik lengannya. Seketika, sebuah tamparan mendarat di pipinya. Melihat itu, Pangeran Wang Yi terkejut.

“Aku tidak ingin menikah dengannya karena aku mencintai pemuda lain. Aku tidak peduli dengan kedudukan karena yang aku butuhkan hanya perhatian dan kasih sayang. Apa Ibu ingin melihatku mati?” Putri Yuri berujar seraya menangis.

Pangeran Wang Yi terkejut saat mendengar ucapannya itu. “Apa dia …?”

“Kamu hanya boleh menikah dengan pilihanku dan jangan pernah berpikir untuk membantahku. Cepat, ikut aku!”

Ratu Ling memerintahkan dua orang prajurit untuk membawa gadis itu. Walau berontak, tetapi dia tidak berdaya. Pangeran Wang Yi hanya bisa melihat tanpa bisa melakukan apa pun.

Di dalam kamar, Putri Yuri dikurung. Dia berteriak meminta untuk keluar, tetapi teriakannya sama sekali tidak digubris. Dia kini menangis tersedu.

“Yuan, apa rencana kita sudah siap?” tanya Ratu Ling.

“Sudah. Bahkan, mereka sudah mulai melakukan rencana itu,” jawab Yuan.

“Bagus, lebih cepat lebih baik. Dengan begitu, aku akan menguasai dua kerajaan.” Wanita itu tersenyum licik. Dia sudah menyiapakan rencana jahat untuk menyingkirkan Kaisar Wang Zhu dan Li Jia.

Beberapa orang dayang datang membawa makanan untuk Kaisar Wang Zhu dan Li Jia di kediaman mereka. Orang suruhan Ratu Ling rupanya mulai melakukan aksi dengan memasukan racun ke dalam makanan untuk mereka. Racun yang tidak bisa terdeteksi dengan sendok perak. Racun serupa dengan racun yang membunuh Pangeran Wang Li. Tanpa curiga, Kaisar Wang Zhu melahap makanan itu. Sementara Li Jia, hanya menyicip separuhnya saja.

“Istriku, tidakkah menurutmu Lian itu sangat cocok untuk menjadi menantu kita?”

Li Jia tersedak saat mendengar penuturan suaminya itu. “Apa maksudmu?”

“Kalau pemuda itu menikahi putri kita, aku akan memberikan takhta padanya. Apa kamu setuju?”

“Tidak! Aku tidak setuju!” seru Li Jia tegas.

“Apa kamu marah? Ini hanya pendapatku saja. Kalau kamu tidak setuju, aku juga tidak akan menerimanya. Istriku, maafkan aku,” ucap Kaisar Wang Zhu yang kini memeluk istrinya itu.

Li Jia melepaskan pelukannya. Dia lantas berdiri dan berniat meninggalkan tempat itu. Kaisar Wang Zhu lantas mengikutinya, tetapi langkahnya terhenti. Tubuhnya seketika limbung. Li Jia terkejut dan berlari ke arahnya.

“Suamiku, apa kamu sakit?” Li Jia tampak cemas. Melihat kecemasan di wajah istrinya, lelaki itu tersenyum.

“Ayo, sebaiknya kita ke kamar.”

Li Jia membantunya untuk berjalan. Seorang tabib datang dan memeriksa keadaannya.

“Sepertinya Kaisar mengalami kelelahan. Hamba akan memberikan ramuan obat untuk memulihkan kondisi tubuhnya,” jelas tabib pada Li Jia.

Tabib itu lantas pergi. Dia sama sekali tidak bisa mendeteksi racun yang perlahan-lahan mulai menggerogoti tubuh rajanya itu. Bahkan, ramuan obat yang dibuatnya semakin mempercepat reaksi racun yang kini sudah menyebar di tubuh Kaisar Wang Zhu.

Sementara Li Jia, mulai merasakan kelelahan. Dia merasa tubuhnya kian melemah. “Ada apa denganku? Kenapa aku selemah ini?” batinnya saat dirinya hampir terjatuh saat berdiri.

Melihat Li Jia yang tampak lemah, Liang Yi lantas memeriksanya. Lelaki itu memiliki kemampuan untuk mendeteksi penyakit atau racun yang sulit sekalipun. Sejak tinggal di desa, dia mulai belajar ilmu pengobatan yang didapatnya dari beberapa tabib yang dikenalnya.

“Sejak kapan kamu seperti ini?” tanya Liang Yi.

“Sudah dari beberapa hari yang lalu. Aku merasa gejalanya sama seperti waktu itu.”

“Apa maksudmu?”

Li Jia lantas menceritakan tentang racun yang membunuh suaminya. Bahkan, racun itu juga hampir membunuhnya.

“Lalu, siapa yang kamu curigai?”

“Hanya ada dua orang yang melakukannya pada Wang Li. Mereka adalah Kaisar dan Ratu Ling,” jawab Li Jia seraya terbatuk-batuk. “Racun itu tidak bisa diobati kecuali dengan obat penawar yang ada di Wilayah Utara,” lanjut Li Jia.

Liang Yi terkejut. “Kalau benar dugaanmu, maka aku sendiri yang akan mencari obat penawarnya.”

“Liang Yi …. ”

Lelaki itu menatap Li Jia.

“Sepertinya, Kaisar telah diracuni,” ucap Li Jia.

“Apa?”

“Aku curiga pada Ratu Ling. Sepertinya, dia punya rencana untuk membunuhku dan Kaisar.”

“Aku tidak akan membiarkanmu dilukai olehnya lagi. Aku akan …. ”

“Tenanglah, jangan gegabah. Mungkin ini waktunya bagi kita untuk membalas dendam. Aku akan bertahan. Cepat atau lambat, Kaisar akan mengalami hal yang sama seperti yang dialami Wang Li. Jika saat itu tiba, aku akan membujuknya untuk memberikan kekuasaan padamu sama seperti yang dilakukannya saat Wang Li sekarat dulu.” Li Jia menitikkan air mata saat mengingat kejadian itu. “Aku sudah tidak sabar untuk bisa memeluk putraku. Aku hanya bisa menahan rinduku walau dia berdiri di depanku. Aku mohon, bantu aku.” Li Jia menangis menanggung rindu akan putranya. Dia ingin segera memeluk putranya itu.

“Jangan khawatir, kamu pasti bisa memeluknya lagi. Aku janji. Sebaiknya aku bergegas. Aku tidak ingin melihatmu tersiksa dengan racun itu. Aku pasti akan membawakan obat penawar padamu.”

Sejak mengetahui kalau dia telah diracuni, Li Jia memilih menyiapkan makanannya sendiri secara diam-diam. Walau makanan yang dibawa dayang dapur diterimanya, tetapi dia dan Kaisar Wang Zhu tidak memakannya.

Kondisi Kaisar Wang Zhu mulai memburuk. Dia sudah menyadari kalau dirinya telah diracuni. Namun, melihat Li Jia yang selalu menemaninya, membuat dia menerima keadaannya tanpa menuntut pembalasan pada orang yang sudah dicurigainya.

Kaisar Wang Zhu berbaring di tempat tidur dengan kondisi yang lemah. Sementara Li Jia dan putri mereka dengan setia menjaga dan merawatnya. Melihat dua wanita yang sangat dicintainya itu, dia tersenyum.

“Putriku, Ibu keluar sebentar. Tolong jaga ayahmu,” pinta Li Jia pasa putrinya itu.

“Baik, Ibu.”

Li Jia lantas keluar dari kamarnya. Dia merasa kalau tubuhnya semakin lemah. Namun, di depan putri dan suaminya, dia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Li Jia mulai limbung. Keringat dingin membasahi dahinya. Dia bersandar di dinding agar tidak terjatuh.

Pangeran Wang Yi yang kebetulan melintas di tempat itu lantas berlari saat melihat ibunya hampir terjatuh. “Ibu,” ucapnya sambil merangkul bahu ibunya. Dia tampak cemas saat melihat peluh di dahi ibunya itu. “Apa Ibu baik-baik saja?” tanya Pangeran Wang Yi dengan mata yang kini berembun.

Li Jia memegang lengan pemuda itu. Dia mengangguk seraya menyeka air mata yang jatuh di pipi putranya itu. “Ibu baik-baik saja, Nak.”

“Tidak! Ibu tidak baik-baik saja. Ayo, aku akan membawa Ibu ke tabib.” Pangeran Wang Yi berjongkok membelakangi ibunya. “Ibu, naiklah!” seru Pangeran Wang Yi.

Li Jia tersenyum. Dia memegang pundak putranya yang kekar. “Bangkitlah, Nak. Ibu baik-baik saja. Jangan melakukan ini karena orang-orang akan curiga padamu. Ibu tahu kamu mencemaskan Ibu, tapi belum saatnya bagi kita untuk bersama.” Li Jia menahan tangis. Walau dia ingin memeluk putranya, tetapi dia hanya bisa menahan keinginannya itu.

Pangeran Wang Yi lantas bangkit. Dia menunduk dengan air mata yang jatuh. Li Jia membelai puncak kepalanya lembut. “Ibu sangat menyayangimu. Ibu mohon, jangan membenci adikmu dan Putri Yuri. Mereka tidak bersalah.”

Tanpa mereka sadari, Putri Yuri mendengar perbincangan mereka. Dia terkejut saat mendengar sebutan ibu keluar dari mulut pemuda yang dicintainya itu pada wanita yang sudah dianggap seperti ibunya sendiri. “Tidak mungkin! Bagaimana bisa Lian adalah putranya? Apa aku yang salah dengar atau …. ” Gadis itu terpaku. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya.

Putri Yuri lantas pergi. Namun, langkahnya terhenti saat Pangeran Wang Yi sudah berdiri di depannya. “Apa kamu mendengarnya?” tanya pemuda itu dengan tatapan yang berbeda. Putri Yuri tampak terkejut saat melihat sorot matanya yang tak seperti biasa.

“Apa kamu ingin tahu siapa aku?” Pangeran Wang Yi menatap Putri Yuri tajam. Dia berjalan perlahan ke arah gadis itu. Putri Yuri melangkah mundur, hingga dia tidak bisa mengelak saat tubuhnya telah bersandar di dinding istana.

“Ayah dan ibumu telah membunuh ayahku dan menguasai istana ini. Ayahmu telah merebut ibuku dari ayahku dan membiarkanku hidup tanpa kasih sayang mereka. Lalu, apa pantas aku mencintai putri dari orang yang telah menghancurkan keluargaku?”

Putri Yuri menatap Pangeran Wang Yi yang menahan amarah. Pemuda itu menatapnya dengan air mata yang kini membasahi pipinya. Putri Yuri hanya diam dengan derai air mata. Keduanya dihadapkan pada kenyataan yang begitu menyakitkan. Kenyataan yang membuat cinta mereka harus terhalang.


Pendekar Cinta dan Dendam

Pendekar Cinta dan Dendam

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Kepulan asap hitam tampak mengepul di atas sebuah bukit. Bukit yang ditinggali beberapa kepala keluarga itu tampak diselimuti kepulan asap dengan kobaran api yang mulai membakar satu per satu rumah penduduk yang terbuat dari bambu. Warga desa tampak berlarian untuk berlindung, tapi rupanya penyebab dari kekacauan itu enggan membiarkan mereka meninggalkan tempat itu. "Cepat bunuh mereka! Jangan biarkan satu pun yang lolos!" perintah salah satu lelaki. Lelaki yang menutupi setengah wajahnya itu menatap beringas siapa pun yang ada di depannya. Tanpa belas kasih, dia membantai setiap warga yang dijumpainya. Tak peduli anak-anak ataupun orang dewasa, dengan tega dia membantai tanpa ampun. penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset