Pendekar Cinta dan Dendam episode 54

Chapter 54

Ucapan Pangeran Wang Yi masih terngiang di telinga Putri Yuri. Gadis itu kini menangis setelah mengetahui kenyataan yang begitu menyakitkan. “Apa yang sebenarnya terjadi? Memangnya, apa yang sudah dilakukan ayah dan ibuku? Aku harus mencari tahu!”

Putri Yuri menghapus air matanya. Dia bertekad untuk mencari tahu kebenaran di balik ucapan Pangeran Wang Yi. Diam-diam, dia bertanya pada dayang senior tentang peristiwa itu, tetapi mereka menghindar dan tidak ingin mengatakan apa pun padanya.

Walau sudah mencari tahu, tetapi tidak satu pun informasi yang berhasil didapatkan. Mereka semua bungkam.

Tak menyerah, Putri Yuri kemudian bergegas menemui ibunya. Dia akan bertanya langsung pada wanita itu. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar percakapan ibunya dan Yuan.

“Kita harus menyegerakan pemberontakan ini. Kaisar sudah tidak mampu untuk memimpin istana karena racunku sudah berhasil melumpuhkannya. Namun, kita tidak bisa menguasai prajurit karena mereka sangat loyal pada panglima yang baru. Apa kita harus menyingkirkannya?”

Ucapan Yuan membuat Putri Yuri terkejut. Mereka berencana untuk menyingkirkan Pangeran Wang Yi. Pemuda yang dikenalnya dengan nama Lian.

“Tidak! Aku tidak akan membiarkannya!” gumam Putri Yuri.

Gadis itu berniat pergi. Namun, pintu ruangan tiba-tiba terbuka. “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Ratu Ling sambil mendekatinya.

“Aku …. ”

“Apa kamu mendengarnya?”

“Aku tidak mendengar apa pun. Aku harus pergi.” Putri Yuri lantas bergegas lergi, tetapi dua orang prajurit menghadangnya.

“Bawa dia ke kamar dan jangan biarkan dia keluar. Jika dia melarikan diri, aku akan membunuh kalian!” perintah Ratu Ling pada dua prajurit itu. Mereka lantas membawa Putri Yuri. Gadis itu berontak, tetapi percuma.

“Yuan, persiapkan semuanya. Dalam beberapa hari, Putri Yuri harus dibawa ke Wilayah Utara. Bagaimanapun, dia harus menjadi ratu dari Kerajaan Zia,” ucap wanita itu.

“Baik.”

Sementara Liang Yi sudah kembali dengan membawa obat penawar yang didapatnya dari salah satu kenalannya dari Wilayah Utara. Dia lantas menemui Li Jia. Namun, dia terkejut saat melihat kondisi wanita itu yang kini terbaring tak berdaya.

“Ada apa dengan ibumu? Apa dia …?”

“Paman, Ibu dan Ayah telah sakit parah. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada mereka,” jelas Wang Jia sambil menangis.

Liang Yi lantas menemui Li Jia dan Kaisar Wang Zhu. Keduanya tampak lemah. Melihat kedatangan Liang Yi, Kaisar Wang Zhu berusaha bangkit. Namun, dia tidak sanggup.

“Liang Yi, tolong selamatkan istriku,” ucap Kaisar Wang Zhu dengan suara yang lemah. “Aku mohon, jangan biarkan dia disakiti lagi,” lanjutnya.

Liang Yi lantas duduk di samping Li Ji yang melemah. Wajahnya pucat dengan peluh di dahinya.

“Apa kamu masih peduli setelah apa yang kamu lakukan padanya? Apa kamu tidak merasa berdosa padanya?” tanya Liang Yi geram.

“Aku tahu alu salah dan aku akan menebus kesalahanku. Aku rela mati untuk menebus kesalahanku itu. Jadi, bantu aku untuk menyelamatkannya. Aku tahu, kamu membawakan obat penawarnya. Cepat, berikan obat itu untuknya!”

Liang Yi lantas mengeluarkan satu botol kecil yang berisikan obat penawar. Dengan lembut, dia meminumkan obat penawar itu untuk Li Jia. Melihat istrinya sudah diobati, Kaisar Wang Zhu tersenyum lega.

“Terima kasih,” ucap Kaisar Wang Zhu seiring air mata yang jatuh. Dia memejamkan mata saat merasakan sakit yang kian menyiksa.

“Sudah saatnya aku mengembalikan istana ini pada Pangeran Wang Yi. Tolong, bawa dia padaku,” ucap Kaisar Wang Zhu. Liang Yi terkejut mendengar hal itu.

“Apa maksudmu?”

Kaisar Wang Zhu tersenyum. “Bagaimana bisa aku tidak mengenali keponakanku sendiri. Aku tahu ini terlambat, tapi bagaimanapun juga dia harus mewarisi takhta dan menjaga negeri ini. Liang Yi, segera kumpulkan semua pejabat istana agar aku mengungkapkan jati dirinya di depan mereka dan melepaskan takhta-ku padanya. Aku merasa waktuku sudah tidak lama lagi. Karena itu, bergegaslah.”

Liang Yi menatap lelaki itu. Wajahnya yang dulu tegas dengan rahang kokoh sudah tidak lagi tampak. Sorot matanya yang tajam kini terlihat lemah. Tubuhnya yang tegap kini terlihat lelah.

“Aku tahu kamu membenciku karena perbuatanku di masa lalu. Aku juga tahu kalau kamu adalah orang yang membawa Pangeran Wang Yi waktu itu. Walau terlambat, tapi aku yakin cintamu padanya masih sama seperti dulu. Kamu masih mencintainya, kan?”

Liang Yi terkejut. “Apa selama ini kamu sudah tahu semuanya?”

Kaisar Wang Zhu mengangguk pelan. “Aku tahu semuanya. Aku tahu siapa Lian dan juga dirimu. Namun, aku tidak mampu untuk menyakiti kalian karena aku tidak ingin melihat air mata istriku lagi. Semakin dia menangis, hatiku semakin sakit. Karena itu, aku sudah bertekad untuk mati sama seperti yang aku lakukan pada adikku. Aku sekarang tahu bagaimana sakit yang dia rasakan. Aku …. ”

Kaisar Wang Zhu tiba-tiba terbatuk-batuk. Darah segar keluar dari mulutnya yang kini menyunggingkan senyum. “Ini adalah karmaku. Aku akan menerimanya.”

Li Jia yang sudah sadar sedari tadi mendengar penuturan suaminya itu. Dia menangis dalam diam.

“Cepatlah! Aku sudah tidak punya banyak waktu,” ucap Kaisar Wang Zhu dengan suara bergetar.

Liang Yi lantas melakukan apa yang diperintahkan Kaisar Wang Zhu. Dia kemudian mengumpulkan semua pejabat istana di aula, termasuk Pangeran Wang Yi dan Liang Yuwen.

Dua orang kasim memapah Kaisar Wang Zhu menuju aula istana. Melihat kondisinya, semua pejabat istana terkejut.

Sementara Ratu Ling sudah bersiap dengan rencananya. Diam-diam, Yuan sudah menemui raja dari Kerajaan Zia. Tak hanya itu, atas perintahnya pula, seluruh pasukan dari Wilayah Utara sudah bergabung dengan pasukan Kerajaan Zia dan bersiap melakukan penyerangan ke istana. Bahkan, Putri Yuri kini telah dibawa ke Wilayah Utara dan bersiap untuk menikah dengan putra mahkota Kerajaan Zia. Karena itu, mereka berani untuk melakukan pemberontakan.

Di aula istana, Kaisar Wang Zhu duduk di atas singgasananya. Tatapan matanya tak seperti biasa. Namun, tatapannya pada Pangeran Wang Yi membuatnya menitikkan air mata.

“Aku akan memberitahukan sesuatu pada kalian semua.” Kaisar Wang Zhu melepaskan mahkota dari atas kepalanya dan diletakkan di atas meja di depannya. Melihat itu, semua pejabat merasa heran.

“Aku tahu kalian pasti heran. Karena itu, aku akan menjelaskan semuanya. Lian, kemarilah,” panggil Kaisar Wang Zhu.

Liang Yi mengangguk memberi isyarat agar pemuda itu menuruti permintaan Kaisar. Pangeran Wang Yi lantas mendekati lelaki itu.

Kaisar Wang Zhu tersenyum saat menatap wajah Pangeran Wang Yi. Wajah yang tidak asing baginya. “Paman tidak mungkin melupakanmu. Bocah yang dulu sering kugendong kini telah menjadi pemuda yang gagah. Terima kasih karena kamu tetap hidup dan kembali ke istana. Sudah saatnya Paman mengembalikan semuanya padamu.”

Kaisar Wang Zhu lantas mengambil mahkota dari atas meja dan memakaikan mahkota itu di kepala Pangeran Wang Yi. Sontak, suasana di tempat itu mulai ricuh. Semua pejabat istana tampak bingung dan juga terkejut.

“Yang Mulia, apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa Yang Mulia menyerahkan mahkota pada Panglima Prajurit?” tanya salah seorang pejabat istana.

“Dia pantas menerimanya karena dia adalah putra dari adikku, Wang Li. Pemuda ini adalah Pangeran Wang Yi dan dia sekarang telah menjadi raja kalian. Jadi, beri hormatlah padanya!”

Kaisar Wang Zhu tanpa ragu lantas berlutut di depan Pangeran Wang Yi. Melihatnya berlutut, mau tak mau semua pejabat melakukan hal yang sama. Mereka menunduk memberi hormat pada Pangeran Wang Yi yang telah menjadi raja mereka.

Melihat Kaisar Wang Zhu berlutut di depannya, Pangeran Wang Yi lantas mengeluarkan pedangnya. Pedang itu lantas diarahkan ke leher lelaki itu.

“Silakan bunuh aku. Aku siap mati di tanganmu, keponakanku,” ucap Kaisar Wang Zhu yang sudah menyadari kalau dirinya akan segera mati.

“Tidak! Aku tidak akan membunuhmu. Aku tidak akan membuatmu mati semudah itu. Rasakan sakit seperti yang dirasakan ayahku. Kamu pantas untuk menderita.” Pangeran Wang Yi menyarungkan kembali pedangnya. Dia tidak ingin mengotori tangannya dengan darah yang tidak berharga.

“Aku adalah Pangeran Wang Yi, putra dari Raja Wang Li dan Ratu Li Jia. Ayahku mati karena racun yang diberikan oleh Ratu Ling dan dengan terpaksa aku harus melarikan diri dari istana ini. Karena Paman Liang Yi, aku bisa bertahan hidup dan kembali ke istana ini. Untuk menebus kejahatan mereka, aku perintahkan kalian untuk menangkap Ratu Ling dan mengurung Kaisar di kamarnya,” titah Pangeran Wang Yi sambil menatap Kaisar Wang Zhu.

Kaisar Wang Zhu hanya diam dan menerima keputusan Pangeran Wang Yi. Beberapa orang prajurit lantas menggiringnya ke kamar yang berbeda dengan Li Jia. Dia ditempatkan di kamar yang sempit.

“Tolong biarkan aku bertemu istriku,” pinta Kaisar Wang Zhu pada prajurit. Namun, permintaannya ditolak. Kini, dia sendiri di dalam kamar tanpa seorang pun yang menemaninya.

Kaisar Wang Zhu menangis seorang diri. Dia menangis karena begitu merindukan kehadiran Li Jia. Dia begitu merindukan perhatian dan kasih sayang wanita itu. Namun, Li Jia tak kunjung datang menemuinya karena masih terbaring lemah.

Atas perintah Pangeran Wang Yi, prajurit bergegas menangkap Ratu Ling di kediamannya. Namun, wanita itu tidak berada di sana. Begitu pun dengan Yuan. Mereka berdua telah meninggalakan tempat itu.

“Cepat! Cari mereka!” seru Liang Yuwen yang memimpin penangkapan. Namun, mereka tidak menemukannya.

Liang Yuwen memerintahkan untuk menggeledah kediaman Ratu Ling dan Yuan. Setelah mencari, mereka tidak menemukan apa pun. Tidak ada barang bukti atau petunjuk yang berhasil mereka dapatkan.

“Kakak, rupanya mereka telah melarikan diri,” jelas Liang Yuwen pada Pangeran Wang Yi.

“Kalau begitu, segera ke Wilayah Utara dan cari mereka di sana. Aku tidak akan mengampuni orang-orang yang telah menghancurkan keluargaku. Liang Yuwen, cepat bawa mereka padaku!”

Liang Yuwen mengangguk. Dia lantas pergi dengan membawa pasukannya menuju Wilayah Utara.

Pangeran Wang Yi bergegas menemui ibunya. Li Jia tampak berbaring karena kondisinya belum benar-benar pulih.

“Ibu baik-baik saja, kan?” tanya Pangeran Wang Yi sambil menggenggam tangan ibunya.

Li Jia tersenyum seraya mengangguk. Melihat putranya itu telah memakai jubah raja, dia terharu dan memeluk putranya itu.

“Ibu jangan khawatir. Aku akan membalas semua perbuatan mereka pada kita,” ucap Pangeran Wang Yi dengan derai air mata.

Sementara Wang Jia, tidak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui perbuatan ayahnya di masa lalu. Dia merasa malu dan tidak pantas untuk berada di tempat itu. Kini, dia sedang menangis di kamarnya.

“Nona, jangan menangis lagi. Aku yakin Pangeran Wang Yi tidak akan membencimu,” ucap Dayang Lin sambil mengelus punggungnya.

“Itu tidak mungkin. Aku adalah anak dari lelaki yang sudah membunuh ayahnya dan mengambil ibunya. Karena ayahku, dia menderita. Apa pantas aku menjadi adiknya?”

Wang Jia menangis. Dayang Lin berusaha menenangkannya. Namun, rasanya terlalu sulit karena Wang Jia adalah gadis lembut yang mudah terbawa perasaan.

Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka. Wang Jia melihat ibunya yang datang bersama Pangeran Wang Yi. Seketika, dia berlutut seraya menangis.

“Putriku, apa yang kamu lakukan?” Li Jia mempercepat langkahnya dan duduk di depan putrinya itu. Dia menangis sambil memeluk putrinya.

“Maafkan Ibu karena sudah membuatmu seperti ini. Ibu menyayangimu dan juga kakakmu. Karena itu, jangan menyalahkan dirimu atas perbuatan ayahmu di masa lalu.”

Melihat ibunya menangis, Pangeran Wang Yi lantas mendekatinya. “Ibu, bangkitlah. Aku tidak menyalahkan Wang Jia atas perbuatan ayahnya. Aku akan menerimanya sebagai adikku. Jadi, aku mohon kalian jangan menangis lagi.” Pangeran Wang Yi lantas memeluk kedua wanita itu. “Ayo, bangkitlah.”

Kedua wanita itu lantas bangkit. Wang Jia menunduk. Dia masih tidak sanggup menatap Pangeran Wang Yi.

“Apa kamu membenciku?” tanya pemuda itu.

Wang Jia menggeleng. “Aku tidak mampu melihat wajahmu. Aku terlalu malu untuk …. ”

Pangeran Wang Yi lantas mendekatinya. Dia membelai lembut puncak kepala adiknya itu. “Aku senang karena kamu sudah menemani Ibu. Selama aku tidak ada, kamu yang sudah menjaganya dan menyayanginya. Terima kasih karena sudah menggantikan posisiku selama aku tidak ada. Apa mungkin aku bisa membenci adikku sendiri?”

Wang Jia mengangkat wajahnya dan menatap Pangeran Wang Yi. Gadis itu menitikkan air mata.

“Jangan menangis lagi. Temuilah ayahmu dan rawatlah dia. Aku akan membiarkan kalian menjaganya.”

Wang Jia seketika memeluk Pangeran Wang Yi. Dia begitu terharu dengan kebijakan kakaknya itu. “Terima kasih, Kak. Aku menyayangi Kakak,” ucap Wang Jia tulus. Melihat kedua anaknya berpelukan, Li Jia tersenyum dan memeluk keduanya.

Kaisar Wang Zhu lantas dikembalikan ke kediaman Li Jia. Istri dan putrinya sendiri yang akan menemani dan merawatnya. Wang Jia memeluk ayahnya dan menangis.

“Jangan menangis. Maafkan atas perbuatan Ayah di masa lalu. Ayah sangat bahagia karena kehadiranmu di kehidupan Ayah. Ayah sangat menyayangimu dan mencintai ibumu. Maafkan Ayah.”

Wang Jia memeluk ayahnya erat. Lelaki itu menatap Li Jia yang berdiri tak jauh darinya. “Istriku, maafkan aku,” ucapnya dengan tangisan.

“Berterima kasihlah pada putrimu. Karena dirinya, aku masih bertahan di sampingmu. Sekarang, banyaklah meminta pengampunan agar Dewa mengampunimu.”

Tanpa mereka sadari, Ratu Ling dan Yuan telah menyiapkan rencana untuk membunuh mereka. Ratu Ling tidak akan dengan mudah untuk menyerah. Kini, dirinya dan Yuan berada di paviliun yang menjadi area terlarang untuk dimasuki oleh siapa pun. Mereka memilih bersembunyi di tempat itu dan bersiap melakukan rencana yang sudah disiapkan.


Pendekar Cinta dan Dendam

Pendekar Cinta dan Dendam

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Kepulan asap hitam tampak mengepul di atas sebuah bukit. Bukit yang ditinggali beberapa kepala keluarga itu tampak diselimuti kepulan asap dengan kobaran api yang mulai membakar satu per satu rumah penduduk yang terbuat dari bambu. Warga desa tampak berlarian untuk berlindung, tapi rupanya penyebab dari kekacauan itu enggan membiarkan mereka meninggalkan tempat itu."Cepat bunuh mereka! Jangan biarkan satu pun yang lolos!" perintah salah satu lelaki. Lelaki yang menutupi setengah wajahnya itu menatap beringas siapa pun yang ada di depannya. Tanpa belas kasih, dia membantai setiap warga yang dijumpainya. Tak peduli anak-anak ataupun orang dewasa, dengan tega dia membantai tanpa ampun.penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset