Sarju menikahi Lilis wanita berkulit hitam manis merupakan suatu keberuntungan, wanita yang rajin bekerja membantu suami di sawah mengirim makanan dan minuman lalu ikut menanam padi dan pulang bersama-sama, sementara kedua anaknya Fadilah dan Sunarsih sudah bisa memasak dan bersih-bersih, Fadilah yeng lebih tua berkulit hitam seperti ibunya sedang dilamar Fathur pemuda desa tetangga yang berkecukupan bahkan dimanja orang tuanya karena dia anak tunggal . Setiap permintaan Fathur pasti diberikan meskipun Fathur sudah berkeluarga membuat Fathur malas bekerja sampai Fathur memiliki anak dua masih menadah orang tuanya. Fadilah malu dengan tabiat Fathur tapi orang tua Fathur mengatakan tidak apa-apa dan dilarang Fadilah memarahinya. Ibu Fathur meninggal karena sakit, dan Fathur menangis meraung-raung…Fadilah amat malu sekali, tapi bagaimana mau memberitahukan kekeliruannya kalau orang tuanya tidak memperbolehkan, Fadilah harus menabung untuk anak-anaknya kalau suaminya seperti ini terus bisa kacau nanti.
Fadilah sering cerewet gak tahan melihat kelakuan suaminya yang malas bekerja dan selalu meminta pada orang tuanya. Fadilah kini memiliki dua orang anak , perempuan dan laki-laki dan Fadilah harus bekerja karena tak ingin anak laki-lakinya Aminudin memiliki sifat seperti bapaknya. Fadilah membuat Ledre pisang raja makanan khas Bodjonegoro , dengan dibantu kedua anaknya sepulang sekolah harus bisa menjual ledre yang dibuat ibunya habis. Fatimah anak sulungnya pintar membuat ledre dan Aminudin pandai menjualnya dengan dititipkan di warung-warung. Fathur sang ayah amat malas dia hanya suka berdandan dan membersihkan kulitnya seperti wanita tapi Fathur gantheng sehingga banyak wanita-wanita menyukainya yang pandai berbicara seperti bapaknya yang bekerja sebagai carik didesanya Padangan Bojonegoro.
Ketika ayah Fathur meninggal semua kekayaan ayahnya jatuh ke Fathur, dan memang sudah diberikan orang tuanya kalau sertifikat itu segera dibalik namakan Fathur . Setelah seratus hari orang tuanya Fathur mulai berfoya-foya Fatimah meminta uang untuk tambahan modal saja tidak diberi, dan melukai hati Fadilah sungguh laki-laki tak tahu diuntung. Pekerjaan tidak jelas tak memberi nafkah istri cuma Fathur sangat baik kepada anak-anak membelikan baju, buku-buku dan perlengkapan sekolah ia cukupi urusan makan tanggung jawab Fadilah karena amat cerewet dan selalu mencemooh Fathur, ketika Fadilah sakit anaknya yang mengurusinya. Yang lebih membuat hatinya hancur Fathur akan menikahi adiknya Fadilah yaitu Sunarsih, tega amat Sunarsih menjadikan aku madunya tangis Fadilah dalam hati. Sunarsih datang meminta maaf karena mas Fathur sudah menghamilinya . Mau tidak mau Fadilah harus menerima madunya Sunarsih adik kandungnya sendiri.
Rasa sakit hati ia pupus dengan kesabaran sampai Fadilah sembuh dan dapat bekerja lagi membatu membuat ledre. Bapak Sunarsih sakit dan meninggal setelah menikahkan Sunarsih, kini rumah itu ditempati Lilis dan Sunarsih bersama suaminya Fathur di desa Deling Sekar, kadang Fadilah menengok ibunya yang sudah tua sambil menjajakan ledre buatannya. Fadilah bertanya pada adiknya Sunarsih:
” Sih bagaimana kabar mas Fathur apakah masih seperti dulu suka foya-foya..?”
” Walaah yu..podo wae…memang wis sangune …edan wedokan…ngluyur malem ..ngopi-ngopi dan ngecuwis crito sing tak ada selesainya…!”
” Piye kamu…opo yo dikasih duwit…?”
” Kalau duwit sih tetep ngasih..seberapapun aku terima dan aku tak pernah mbantah…kalau aku rewel…dia tambah marah ya…lebih baik aku yang ngalah to yu…!”
” Mak-e gak pernah nesu sama mas Fathur..?” tanya Fadilah pada Sunarsih madunya
” Yo wis ngono kuwi …Mak-e..mending kerja sendiri dari pada minta tolong mas Fathur ”
“Mas Fathur sudah gak mau tinggal sama aku lagi dan milih sama kamu, aku gak apa-apa…asal kamu jujur padaku kalau kamu butuh pekerjaan mending kerja sama aku saja.”
” Yo, Yu…matur nuwun …aku tak akan kerja biar mas Fathur menjuali semua yang ia miliki …biar bisa mikir dia hidup itu gak segampang yang dia maui ”
” Wuuiiii…jempol kamu Sih…ben kapok dia…wedok an terus…tiap malem..ha..ha…ternyata kamu pintar juga adu siasat..kalau perlu apa-apa datang ke Padangan , aku minta bantuanmu mau buka warung Ledre pisang raja di Kalitidu milik Fatimah dan Aminudin agar kamu bisa membuat ledre seperti mereka..piye…? gelep pora…?”
” Aku sih mau-mau saja, tapi takut kalau mas Fathur marah terus ngomong sing nylekit….!!”
” Sih….Sih….mbok lihat tu…rumah kamu…masih gedeg…wis meh ambruk kok mbok pleroki thok….!! eling itu rumah Mak-e …mbok ngerti sithik diperbaiki kasihan Mak-e…omah seprono-seprene ajeg gedeg..Sih…Sih.sadar …ojo nyawang rai ne Fathur sing bagus koyok irus…gantheng koyok klentheng dupeh kulitanku ireng wae yen ngenyek aku seperti itu. Opo yo seperti itu yen ngenyek kamu…? ora kan..? Untung kamu berkulit putih seperti mas Fathur pasti anak-anakmu akan putih, gak seperti aku ireng thuntheng koyong klentheng anakku gak ono sing putih koyok mas Fathur meski gak ireng banget”
” Yo wis Yu …sing sabar…kapan-kapan aku tak ning Padangan karo pisan ning Kalitidu sopo ngerti aku kepincut karo ledremu..he..he…” Sunarsih menghibur kakaknya yang juga madunya.
“Yo..wis tak tunggu tekamu….ini oleh-oleh ledre gaweane Fatimah lan Aminudin mak-e kabari yo yen bali soko Ngalas, iki duwit kanggo kowe jangan bilang mas Fathur ndak nesu sama aku, oh iya kabari aku kalau kamu akan melahirkan nanti aku bantu ”
Sunarsih mengelus-elus perutnya yang mulai membuncit dan menghitung kapan kira-kira bayinya lahir. Dua bulan berlalu dan Sunarsih melahirkan anak perempuan cantik berhidung mancung berkulit putih, Fathur bahagia sekali dengan keadaan bayinya yang cantik seperti Fathur dan Sunarsih berkulit putih . Fathur menyembelih kambing satu ekor dan dibuat gulai dibuat makan teman-temannya dan tetangga. Lilis sudah amat tua cucunya tiga, dari Fadilah dua dari Sunarsih satu, karena kondisi rumah yang sempit di desa Deling kecamatan Sekar rumah Lilis dan Sunarsih Fathur pulang ke rumah Padangan bersama Fadilah. Tiga bulan di Padangan Fadilah hamil lagi adiknya Aminudin yang sudah kelas 3 SMA ya …karena Fadilah masih amat cinta pada Fathur cuma sayang Fadilah memang orangnya cerewet bila melihat Fathur malas, “Kok ya ada orang semalas kamu to maaaasss….gething aku…” tapi suaminya tertawa saja.
Sunarsih jengkel banget sama Fathur ketika mendengar Fadilah hamil lagi ketika datang menjenguk Mak-e Lilis di Deling Sekar dan meminta do’a semoga diberikan kelancaran waktu melahirkan, Sunarsihpun menerima keadaan kakaknya yang hamil muda dengan di antar Aminudin menggunakan mobil hasil Ledre Fadilah pulang ke Kalitidu usaha anaknya. Karena di cereweti Fadilah terus akhirnya Fathur pulang ke Deling Sekar kumpul dengan Sunarsih dan mertuanya tapi kondisi rumah sudah membaik karena dibantu Fadilah yang kasihan pada Lilis Maknya dan anak Sunarsih yang diberi nama Sukeisih. Sejak tinggal lagi di Deling Sekar kumpul dengan Sunarsih Fathur sering sakit, tapi Fathur tak mau tinggal di Padangan tetap bersama Sunarsih sehingga sering Aminudin mengantar ibunya ke Deling sambil menengok Lilis maknya.
Setelah lulus sekolah Aminudin memperkenalkan ceweknya kepada Fathur dan Fadilah yang ingin mengembangkan ledre di Riau. Karena pelanggan ledre sudah banyak dan Sunarsih ikut menjualkan ledre buatan Fatimah maka Aminudin membantu Rizky cewek Aminudin di Riau sambil kuliah disana. Aminudin akhirnya menikah di Riau dengan Rizky dua bulan kemudian Fadilah melahirkan anak ke tiganya perempuan bersamaan Fathur masuk rumah sakit karena terserang penyakit Gula yang sudah akut sehingga terjadi komplikasi.
Sukeisih sudah kelas satu SMP dia kasihan pada bapaknya yang menahan sakit sejak 13 tahun yang lalu, kulitnya keriput, kurus kering…Sukeisih menangis :” Cepat sembuh pak…Keisih ingin sekali bisa jalan-jalan sama bapak…”
” Keisih…bapak sudah capek sakit…ibuk kamu kerja sendirian bapak gak bisa bantu…bapak nyesel banget… kasihan sekali ibuk kamu Sunarsih…” saat itu Fadilah datang…” Masss…maaas… tahan dulu kita ke rumah sakit antar kamu mas…..”
” Gak usah …aku menunggu Sunarsih pulang…. ” suara Fathur mulai lirih.
” Maafkan kesalahanku ya Fadilah istriku…mana Intani anak terkecilku…” nafas Fathur sudah kempis-kempis. Ketika Sunarsih pulang sambil menggandeng Intani tangan Fathur menggapai – gapai Sunarsih dan Intani.
” Maafkan aku Sunarsih istriku… dan Fadilah… Fathur mencari Fadilah yang memeluk Intani .Fadilah dan Sunarsih memeluk Fathur. Sambil membaca Yassin Sukeisih dan Intani memegang kaki bapaknya. ” Maafkan aku Istri-istriku dan anak-anakku semua jika disaat hidup bapak telah menyia-nyiakan kalian, tolong maafkan bapak…Lailahailallah Muhammadur Rosulullah. Nafas Fathur berhenti..Fatimah memanggil tetangga…untuk mengecek bapaknya. Dan modin kampung menyatakan pak Fathur sudah meninggal dunia. Innalillahi wa Innaillaihi Rozikun..
Semua berpelukan menangisi Fathur, Fatimah menelepon adiknya kalau bapak sudah meninggal dunia barusan, Aminudin bersama istri dan anak-anaknya esok paginya pulang menuju Bodjonegoro melihat ayahnya serta kakek yang terakhir kali
Selesai.