Petualang Masa Lalu episode 2

Chapter 2 : Sepasang Bunga

Selesai makan ikan aku merasa kenyang. Haus hilang perut kenyang. Akibat alami yang timbul adalah mengantuk.
Apalagi di bawah semilir angin yang sejuk di bawah pohon rindang…lengkap sudah.
Setelah memakai pakaian lengkap lagi, aku bersandar di pohon dan mulai terserang rasa kantuk yang amat sangat.
Aku sudah lupa dengan suara 2 perempuan tadi.
Tak terasa aku tertldur…”Hei…kebo… Bangun… Udah sore ini. Sebentar lagi matahari akan lingsir (terbenam)!”
Sayup-sayup terdengar suara yg membangunkanku.
Disusul oleh rasa geli di hidungku. Aku menepis benda yang membuatku geli dan tidur lagi.
Tapi benda itu terasa menggelitik hidungku lagi.
Aku tepis lagi, tapi ga pergi-pergi.
Karena kesal terganggu tidurku, akupun bangun dan berteriak..

“Apaan…si……..?”
Teriakanku terhenti saat aku melihat seorang gadis kecil memegang sebatang rumput sedang berjongkok di dekatku sambil cekikikan.

“Hei..siapa kamu?” tanyaku.
“Aku Menur dan itu kakakku Melati..!” katanya memperkenalkan diri.
“Hel…siapa yang menyuruhmu memberotahukan namaku pada orang asing ini…!” sentak Melati pada adiknya.
“Ah…maaf mbakyu. Keceplosan…
Aku ulangi ya… Namaku Menur, dan itu kakakku.. Namanya tanya sendiri!” kata Menur meralat perkenalannya.

Hahaha…aneh-aneh aja anak ini. Masa udah keveplosan kok diralat…

“Oh kamu Menur ya? Dan kakakmu siapa namanya?” tanyaku.
“Tanya sendiri aja. Aku takut dimarahi mbakyu!” kata Menur dengan wajah polosnya.
Kutaksir, usia Menur ini sekitar 14 tahunan, dan kakaknya itu sekitar 18 tahunan.
“Hei…jangan membodohi orang, bukankah kau tadi sudah dengar siapa namaku?” sentak gadis itu padaku.
Aku menatapnya… Satu kata, CANTIK.
Wajahnya bulat telur, dengan garis dagu yang tegas, menandakan orang yang keras.
Bibirnya merah walaupun saat itu sedang cemberut, tapi tak mengurangi kecantikannya. Pakaiannya sebelah atas adalah kemben sebatas dada, sehingga memperlihatkan putih dan mulusnya bahunya dengan sedikit gumpalan yang menonjol di dadanya…
Sedangkan pakaian bawahnya adalah jarik sebatas lutut, dan di bawah jarik itu ada celana komprang berwarna kuning.
Adiknya juga berpakaian yang mirip.dengan Melati.
Apakah mereka adalah pendekar? Sepertilyang kulihat di TV? Kalau wanita biasa, mestinya bawahannya hanya jarik sebatas mata kaki tanpa celana komprang.

“Hei… Kenapa.bengong? Kamu naksir sama mbakyuku ya?” goda Menur padaku.
“Hush…anak kecil jangan nyerocos aja!” sergah Melati.
Lalu dia berbalik memandangku.
‘Hei..siapa namamu dan apa keperluanmu ke tempat ini?” tanyanya dengan judes.
“Perkenalkan, namaku Aji. Aku seorang yang tersesat di sini.’
” Dari mana asalmu?”
“Aku lupa darimana asalku…!” jawabku sambik nyengir.
“Jangan bercanda, aku bertanya sungguh-sungguh!”
‘Sungguh. Aku lupa asal usulku…!” kataku.
Lha mau mengaku darimana coba… Aku ga tahu nama-nama daerah ini.

“Hmm…kita harus melapor pada kanjeng romo. Kau tunggulah di sini. Menur, jaga orang ini, kalau dia kabur…bunuh saja langsung. Aku mau menghadap kanjeng romo!”
‘Baik mbakyu….!”

Wuzz.. Dengan sekali lompatan, Melati lenyap di antara dedaunan.
Busyet…ilmu apalagi itu? Cepat sekali…

“Hei Aji… Jangan coba-coba lari ya… Atau aku akan membunuhmu!” ancam Menur padaku. Tapi ga ada kesan galak di wajahnya.
“Iya, aku ga akan lari kok…! Boleh aku bertanya, ini daerah mana?”
“Hmm..aku beritahu ya, ini adalah daerah perdikan Manyaran. Dipimpin oleh Ki Gede Pamungkas, romoku.”
“Oh…daerah perdikan Manyaran. Daerah perdikan itu apa?”tanyaku lagi.
” Kata mbakyuku, daerah perdikan itu adalah daerah yang masih dikuasai oleh Keraton, tapi mendapat keistimewaan untuk mengatur daerahnya sendiri dan boleh membentuk pasukannya sendiri! Itu kata mbakyuku!”
“Oh begitu…!’ kataku manggut-manggut.
Ingatanku langsung melayang ke DIY dan Nangroe Aceh Darussalam, dua provinsi yang merupakan daerah istimewa.

” Eh…lebih baik sembunyikan senjatamu. Nanti kamu dicurigai sebagai penyusup atau penjahat lho!” kata Menur.
“Eh…iya..iya.” jawabku.
Mau disembunyikan di mana ya?
Coba saja ah…kusuruh kembali ke asalnya, di lenganku.

Aku beekonsentrasi dan menyuruh Kyai Cemeng dan Kyai Naga Emas untuk kembali ke tubuhku.
Dan…berhasil… Kedua senjata itu segera menghilang.
Aneh…tadi pagi kok ga bisa ya? Atau karena aku sudah keluar dari alam ghaib.
Ah…sudahlah.. Yang penting, sekarang aku ga perlu repot nenteng2 tonbak dan keris lagi.

“Lho…senjatamu hilang kemana?” tanya Menur
“Kusimpan di tubuhku…!”
“Di dalam tubuh…?”
“Iya….!”
“Nggak sakit…?”
“Enggak….!”

Gadis kecil yang rasa ingin tahunya sangat besar. Sekilas aku teringat dengan Menik. Entah dimana dia sekarang?
Semoga kami.bisa bertemu… Juga dengan Zulaikha yang galak.

BLETAK….

“Aduh….!” teriakku saat merasakan pukulan di kepalaku.

“Kamu kenapa?” tanya Menur.
‘Ga papa kok… Tiba-tiba kepalaku sakit!’
“Oh…kebanyakan tidur mungkin…!”

Aku ga menjawab, malah celingukan. Siapa yang menjitak kepalaku barusan? Biasanya sih Zulaikha.
Tapi masa sih Zulaikha?
Kalau memang dia, dimana sosoknya?

“Hei…apa yang kau cari?” Menur mengagetkanku.
“Enggak kok. Sebentar lagi maghrib nih. Aku sampai lupa belum sholat Ashar. Aku ijin sholat dulu ya?”
‘Oh .kamu muslim. Sana sholat. Keburu habis waktunya.”

Aku turun ke sungai untuk mengambil wudhu, lalu sholat dengan menghamparkan jarik yang kupakai sebagai alas. Duh..tadi ga sholat dzuhur juga…
Kok bisa lupa sih? Gara-gara kekenyangan terus tidur nih…

Selesai sholat, sudah berdiri di dekat tempatku sholat, Melati dan seorang lelaki setengah baya berpakaian kebesaran. Dengan jubah yang tersulam hiasan burung manyar di bagian dadanya sebelah kanan, yang disulam dengan benang emas.

“Ini orangnya kanjeng Romo!” kata Melati pada pria itu.
‘Oh..ini orangnya. Assalamu’alaikum…anak muda!”
“Wa’alaikum salam…!”
“Kenalkan, aku Ki Gede Pamungkas, penguasa tanah perdikan Manyaran ini. Kalau aku boleh tahu, siapakah dirimu anak muda? Dan dari mana asalmu?”
“Namaku Aji.. Asalku saya tidak tahu Ki Gede. Saya tersesat di sini..”
“Sudah berapa lama kau tersesat di sini?”
“Sudah seharian ini Ki Gede.. Sebenarnya saya ingin pulang ke tempat asalku, tapi tak tahu jalannya!”

Ki Gede Pamungkas diam dan menatapku dengan tajam. Lalu beliau mengangguk-angguk.

“Aku melihat.kejujuran di matamu. Dan aku percaya semua keteranganmu. Sekarang ikutlah denganku, jadi tamuku. Tentunya kau tak mempunyai tempat tinggal.bukan?”
“Baik Ki Gede, dan aku ucapkan terima kasih. Aku memang tak memiliki tempat tinggal saat ini!”
“Kalau melihat auramu, kau memiliki tenaga dalam yang hebat. Bisakah kau mengikuti kami dengan ilmu lari cepat? Kita harus segera tiba di rumahku, karena sebentar lagi waktu maghrib akan tiba.”

Waduh…ilmu lari cepat? Apalagi itu?

“Saya akan coba… Tapi terus terang saja, saya tidak punya ilmu itu!” jawabku.

“Cobalah himpun tenaga dalammu dan salurkan ke kakimu. Maka kau akan bisa berlari cepat..!” kata Melati mengajariku.
“Baiklah..akan.aku coba!”

Segera kukeluarkan tenaga dalamku dan mencoba menyalurkannya ke kedua kakiku.
“Siap…?” tanya Ki Gede

Aku hanya mengangguk..lalu…wuzzz…
Ki Gede melesat.ke depan, aku berusaha mengikutinya di belakangnya. Semsntara Melati dan Menur di belakangku.
Aku mencoba berlari secepat mungkin. Tapi masih saja aku tak bisa mengimbangi Ki Gede.
Melati terus mengikutiku di belakangku.

Menur? Dia terus-terusan mengejekku.

“Ayo cepat… Masa laki-laki kok larinya lamban begitu!” katanya sambil menyusulku dan berlari mundur di depanku.
Arghhh…harga diriku seolah diinjak-injak.
Kutingkatkan pengerahan tenaga dalamku… Segera aku mampu melesat meninggalkan mereka, menyusul Ki Gede yang sudah jauh di depan.

Ke mana mereka akan membawaku?
Apa yang akan terjadi padaku selanjutnya?


Petualang Masa Lalu

Petualang Masa Lalu

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Hai...namaku Bayu Satriaji, biasa dipanggil Aji. Tadinya aku adalah mahaslsww Teknik Sipil di sebuah Universitas Swasta di kota XX. Aku mempunyai kemampuan super...eh...bukan ding.. Kemampuan supranatural, sebut saja begitu. Aku berasal dari kota YY, yang berjarak sekitar 4 jam perjalanan menggunakan motor. Di kota XX, aku tinggal di kost dan punya pacar satu kost bernama Desi.Merupakan seri kedua lanjutan dari cerita Sang Pamomong

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset