Seorang laki-laki melihatku mandi di pancuran.
Sekaligus aku juga marah… Sangat marah. Beraninya dia mengintipku…Rasa marah dan malu itu membuatku ingin membunuhnya. Iya. .membunuhnya!!!!
Harga diriku serasa diinjak-injak…
Wajahku seakan dilimuri oleh lumpur yang kotor karena perbuatannya.
Saat aku menemukannya, tak segan-segan kugunakan pedangku untuk menyerangnya….
Keputusanku sudah bulat… Aku atau dia yang mati.
Pada awalnya, aku bisa mendesaknya dengan kemampuan olah kanuragan yang kumiliki.
Bahkan dia sempat jatuh juga
Saat aku mengayunkan pedangku untuk mengakhiri hidupnya, entah mengapa, tiba-tiba dia bertambah kuat dan gesit.
Seranganku sia-sia bslaka. Bahkan dia mulai mendesakku, hingga suatu saat pedangku bentrokan dengan tombak pendeknya dan pedangku terlempar
Dia menodongkan ujung tombakmya di leherku. Aku marah dan sedih. .
Kutantang dia untuk membunuhku sekalian. Aku merasa ternoda karena sekujur tubuhku sudah dilihatnya.
Rasanya ingin mati saja.
Tapi, dia tidak membunuhku, malah menjauhkan tombaknya dari leherku.
Karena sudah melihat sekujur tubuhku, lalu aku menuntutnya untuk menikahiku. Itu satu-satunya cara agar aku terbebas dari aib ini.
Tapi dengan tegas dia menolak untuk menikahiku.
Maka aku menyambar pedangku dan beeniat bunuh diri.
Dengan kematianku, aku ingin terbebas dari aib dan rasa malu yang menggunung di hatiku
Tapi sekali lagi, dia menggagalkan niatku untuk mengakhiri hidupku.
Lalu aku hanya bisa menangis. Menyesali nasibku yang malang ini.
Bagaimana tidak, melawannya aku kalah. Ingin bunuh diri digagalkan olehnya. Minta dinikahi, dia menolak.
Lalu bisa apa aku sebagai seorang gadis?
Jika orang lain mengetahui peristiwa yang kualami, aku yakin, diriku akan menjadi bahan gunjingan dan ejekan mereka.
Aku akan dihina habis-habisan.
Harga diriku akan hilang tak berbekas. Bahkan orang tuaku akan menanggung rasa malu yang tak terkira.
Apalagi, orang tuaku adalah penguasa di sebuah tanah peedikan.
Aku jadi putus asa dan tak bisa berbuat apapun.
Rupanya pemuda itu mulai tergerak.juga hatinya.
Akhirnya, dia bersedia menikahiku dan memint waktu 8 hari untuk pulang dulu ke tempat asalnya dan akan membawa orang tuanya menemui orang tuaku untuk melamarku.
Ah…beban berat itu seakan lepas dari diriku. Aku merasa sangat lega, ketika pemuda itu, yang akhirnya kuketahui bernama Bayu, menjanjikan untuk menikahiku.
Dengan berbekal janji darinya, aku meninggalkannya untuk menyusul kakakku yang sedang berada di Tanah Perdikan Manyaran.
Kabar itu kusampaikan kepada kakakku, kakang Arya Damar.
Dan dia menyambutnya dengan senang..
Saat itu aku menuminya di sebuah rumah kecil, yang katanya milik sahabatnya yang bernama Aji.
Melihat kakakku senang, aku sangat bahagia.
Wajah Bayu selali saja terbayang di depan mataku. Wajahnya yang tampan dan kulitnya yang bersih, membuatku tersenyum sendiri saat mengingat bahwa dia adalah calon suamiku
Aku tidak menyesal mempunyai calon suami seperti.dia.
Tampan, dan olah kanuragannya juga hebat. Dan tampaknya cukup sabar juga.
Satu kelemahannya…..MESUM.
Tapi karena sifatnya itu, yang mempertemukan aku dengannya.
Tanpa terasa, muncul bibit cinta di hatiku padanya.
Malam itu, kakang Damar pergi keluar dari rumah. Ketika kutanya mau kemana, dia menjawab bahwa dia akan menemui temannya.
Tinggallah aku sendirian di rumah mungil itu, sambil membayangkan betapa bahagianya mempunyai suami seperfi Bayu.
Aku senyum-senyum sendiri karena bahagia.
Namun….seiring pulangnya kakang Damar, ssmua impianku hancur berantakan.
Dengan pelan dan hati-hati, kakang Damar menceritakan bahwa dia baru saja bertemu Bayu, yang ternyata adalah sahabatnya yang bernama Aji itu.
Kok bisa? Dua nama satu orang?
Ternyata namanya Bayu Satriaji.
Nama yang bagus, tapi ternyata tak sebagus akhlaqnya.
Kakang Damar memberitahukan bahwa Aji atau sebut saja Bayu itu, sudah menerangkan semua peristiwa yang kualami kepadanya.
Dan Bayu meminta maaf, karena ia tak bisa memenuhi janjinya padaku.
JGERRR….
Bagai disambar petir rasanya saat mendengar cerita kakakku.
Hancur semua anganku karena hal itu. Bayangan rumah tangga bahagia yang akan kujalani bersama Bayu sirna sudah.
Aku nyaris pingsan mendengarnya.
Rasa sedihku yang teramat sangat, berubah menjadi kemarahan. Rasa sayang yang mulai tumbuh berubah menjadi kebencian yang menggunung.
Aku bertekad mencarinya malam itu juga, namun dicegah oleh kakang Darma.
Setelah aku agak tenang, baru kakang Darma meneruskan kata-katanya.
Bahwa Bayu adalah orang yang berasal.dari masa depan. Dan dia tak bisa menikah dengan orang pada jaman ini, karena akan msngubah sejarah.
Aku bengong dan tidak percaya…
Bagaimana mungkin orang dari masa yang akan datang bisa datang ke masa sebelum dia sendiri terlahir.
Dan kakang Damar juga mengatakan, bahwa sebentar lagi Bayu akan kembali ke jamannya.
Aku jadi lemas, lunglai….
Berbagai perasaan campur aduk di dadaku.
Sedih, marah, sayang, benci, bercampur menjadi satu.
Dalam keadaan emoai yang tak terkendali itulah, sebuah sumpah meluncur dari mulutku.
“Kakang, aku sudah mendsngar semuanya. Tak ada lagi yang perlu dibicarakan lagi. Tapi jadilah saksi akan sumpahku ini….
Aku bersumpah, tak akan menikah seumur hidupku kecuali dengan Bayu yang telah melihatku seutuhnya. Dan aku bersumpah, bahwa aku akan mencari Bayu sampai.kapanpun dan di manapun dia berada,.untuk menuntut janjinya padaku.”
Saat aku selesai mengucapkan sumpah itu, hujan turun, petir menyambar-nyambar…..
“Adikku…. Cabut kembali sumpah itu!” serunya.
“Tidak bisa kakang. Sumpah telah terucap dan tak mungkin ditarik kembali!” jawabku.
Kakang Damar memandangku dengan penuh haru. Air matanya mengalir di pipinya. Namun aku tak menangis..
Sumpah sudah kuucap…
Dan akan kuterima apapun resikonya…
Bayu, tunggu kedatanganku.
Entah dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun, aku akan mencarimu.
Akan kutuntut janjimu.padaku. atau.aku akan membunuhmu….
Tak akan kubiarkan seorang gadispun bisa memilikimu, kecuali.aku.