18 Desember 2011. Kediaman Mrs. Sue…
“Okay… Aku akan ulangi apa yang kita rencanakan. Pertama… Alvo selalu bangun jam 7 malam. Mandi, makan, lalu melakukan aktivitas random sebelum masuk kerja jam 9 malam. Jadi kita akan beraksi sebelum itu. Sewaktu Alvo tidur, aku akan mengganti jarum jam, dan waktu alarm berbunyi. Aku juga sudah memberi nomor selular baru, dan akan kusimpan dengan nama Mr. Stefan di handphone-nya.
Lalu, aku bersembunyi di gudang bawah. Begitu Alvo bangun, aku akan menunggu sampai ia selesai mandi dan menyempatkan dirinya untuk sarapan. Karena aku tak tega menyiksanya, dia pasti sakit kepala kalau tak minum kopi. Selanjutnya aku akan mengirimi dia pesan menggunakan nomor baru itu, dengan bilang jika dia terlambat. Sudah pasti Alvo akan segera pergi.
Kejutan kedua, aku akan meletakkan surat di ruang tamu selagi ia pergi. Alvo pasti akan menyadarinya cepat atau lambat. Karena dia sangat cerewet dengan barang yang berserakan. Isi surat itu akan membuat Alvo mengira jika isterinya ini ternyata mengandung anak orang lain, dan kabur meninggalkannya. Dia pasti akan menjadi sangat emosional. Hahaha…
Aku prediksikan dia akan pergi ke taman. Itu sudah kebiasaannya untuk menenangkan diri saat terkena masalah. Selain itu, Alvo juga selalu bersikap profesional. Dia akan ngotot untuk pergi bekerja bagaimanapun kondisinya, kecuali ia terbaring sakit atau ada halangan besar. Itu berarti kita bisa menjebaknya di taman itu, lalu membuat dia tertekan karena terlambat bekerja. Caranya? Ya….
Part terakhir giliran Mrs. Sue dan kru yang bertugas. Tegar dan Ari akan menyamar jadi Polisi, memakai hidung palsu, pastikan kalian tersmar dengan baik. Taman tak akan begitu terang saat malam. Hidung palsu dan dan topi tak akan kentara. So, Mrs. Sue…
First… Running close to him. Make him interested, then leave him, and drop the package on the ground. That guy is type of someone who very concerned with scattered objects. He would be going to pick it up. Yes he will… (Pertama… Berlarilah mendekatinya. Buat dia tertarik, lalu tinggalkan dirinya, dan jatuhkan bungkusan itu.)
Second… Ambushed him. Then stalling him. Make him busy so that he think already late for work. (Kedua… Pergoki dia. Lalu ulur waktu. Buat dia sibuk, dengan begitu dia akan terlambat masuk kerja)
Third… Call me with his cell. Find contacts named Mr. Stefan, of course i need to replaced it with a new number. The number that i would using for send messages to him earlier. I will be with Bombom to answer your call. Bombom will act as Mr Stefan, which would fire him.(Ketiga… Telepon aku menggunakan handphone-nya. Cari kontak bernama Mr. Stefan, tentu saja aku akan menggantinya dengan nomor lain. Nomor yang juga akan aku gunakan untuk mengiriminya SMS terakhir.)
Fourth… give him the gun, and let him feel depressed. Until he was forced to shoot you with that air soft gun. That’s it!” (Keempat… beri dia pistol, dan buat dia tertekan. Sampai dia terpaksa untuk menembak kalian dengan senjata mainan itu. Beres!)
[i]“You are cruel…” seru Tegar sambil menggelengkan kepala. Menganggap wanita tu kejam.
“No, she is not. But we are…” celetuk Mrs. Sue yang menegaskan bahwa mereka semua yang sebenarnya kejam, lalu tertawa singkat.
19 Desember, 2011. Menjelang pergantian tanggal, beberapa menit sebelum Pukul 12:00 AM
“Tok… Tok…” Pintu diketuk. Wanita itu terbangun dari senyum-senyum sendirinya saat membayangkan semua akan berjalan mulus. Ia beranjak dan membukakan pintu.
“Hey… Mrs. Sue. Does everythings works?” tanya wanita itu, kepada Mrs. Sue.
“Yeah… You should paid me as good as my acting.” Komentar Mrs. Sue, bahwa sang wanita harus membayarnya dengan jumlah yang sesuai akan kualitas aktingnya. Lalu mereka tertawa bersama. Bombom hanya tersenyum. Makanan adalah segalanya, karena itu ia lebih memilih untuk memfungsikan mulutnya untuk melahap santapan pesta kecil mereka.
Handphone bergetar. Ada telepon dari Alvo. Itu berarti mereka membutuhkan Mr. Stefan. Sekarang tugasnya Bombom, yang hanya mendengarkan Tegar mengoceh sendiri beberapa saat, lalu….
“Halo Pak stefan, maaf saya terlambat. Pak Stefan sudah mendengar beritanya dari Polisi tadi kan?” terdengar suara Alvo menjawab telepon dari seberang sana. Sang wanita dan Mrs. Sue tertawa terbahak-bahak, tapi tanpa suara. Hanya ekspresi mereka yang benar-benar puas menertawakan Bombom yang kini berpura-pura sebagai Mr. Stefan. Suaranya dibuat membulat dan sedikit parau nan berat. Suara Alvo yang sudah tertebas asanya juga terdengar nyaring dari handphone yang di loud speaker-kan. Ironisnya bagi mereka, suara kekhawatiran Alvo itu bagai sebuah lawakan pelaku komedi. Lalu panggilan diputus dari sana.
“Apa dia tidak mengenal suaraku?” tanya Bombom.
“Tenang saja, siapa yang bisa berpikir jernih saat tertekan.” balas wanita itu setelah bersulang dengan Mrs. Sue. Sekitar 5 menit berselang, handphone ditangan wanita itu bergetar lagi. Kali ini pesan singkat dari Alvo, namun bertuliskan : “Ini Tegar, angkat telepon.”
“Kenapa Tegar mau menelepon ya? Ini diluar rencana…” kata wanita itu bergumam. Ia mengangkat telepon saat ada panggilan masuk. Lantas mereka bercakap beberapa saat. Tegar terpaksa menggunakan bahasa inggris, agar Alvo tak curiga.
Yang jelas, tegar mulai protes dan meminta semua dihentikan. Ia tak tega melihat Alvo terbaring sambil menjerit tak karuan. Namun, wanita itu berusaha meyakinkan semua akan baik-baik saja. Alvo sosok yang kuat. Hanya satu hal yang bisa membuat pria itu depresi, yaitu ketika ia merasa bersalah. Cukup aneh memang, tapi itulah Alvo. Ia akan stress berat saat melakukan kesalahan fatal. Beruntung itu hanya sekali-dua kali terjadi seumur hidupnya.
Sepasang mata yang sipit menangkap sesuatu di luar rumah. “Hey, look out..! The snow will messing around soon.” seru Mrs. Sue sambil meneguk minuman berwarna ungu pekat. Seperti kapas, sejumlah kecil kabut melayang turun dari atap dunia yang sedang gelap.
“They should have returned soon…” balas Mida. Tepat perkiraannya yang menduga bahwa kedua rekan seharusnya sudah menuntaskan misi mereka. Karena pintu diketuk dengan dibarengi suara panggilan dari Tegar. Wanita itu segera membukakan pintu.
“So, bagaimana?” tanya wanita itu setelah menutup pintu kembali. Tegar langsung duduk. Ia menggelengkan kepalanya pelan, sambil tersenyum. Tangannya membersihkan tanah yang mengotori seragam pura-puranya.
“Diluar dingin.” Sambung Ari sambil tertawa kecil. Ia langsung menyerbu makanan.
“Aku takut kita kelewatan… Kasihan Alvo. Tadi dia sempat menyeret kami ke pepohonan. Lalu, kami kira dia sudah pergi, jadi kami bangun. Rupanya ia masih duduk di dekat pepohonan. Ia mendengar langkah kami, tapi yang ada Alvo malah lari menjerit seperti orang gila.” Tegar menjelaskan sambil menyambut gelas berisi minuman yang dekatkan Ari kepadanya.
“Tidak mungkin. Semua akan baik-baik saja. Tak usah khawatir. Yang jelas nanti aku akan menemuinya saat salju sudah turun nanti.” Wanita itu tertawa senang. “Dan sekarang sudah hampir jam dua belas, sebentar lagi pergantian hari, yang akan menjadi milikmu, Alvo.” sambung wanita itu di dalam hatinya.
“Tok… tok….” pintu diketuk. Wanita itu segera mengisyaratkan agar semuanya diam. Ia curiga itu Alvo. Sepertinya benar. Sekitar tiga menit, terdengar tapak sepatu yang mendera lantai, menjauh.
Salju sudah turun sekitar 2 jam lalu. Sudah tanggal 20 Desember 2011. Ari dan Tegar bermain video game, sementara Bombom sudah terlelap. Terdengar nyanyian yang keluar dari bibir si wanita yang kini dilapisi lipstick berwarna hitam. Mrs. Sue sedang mengolesi wajah wanita itu dengan bedak putih yang tebal. “Happy Birthday, to you…. Happy birth day, to you….” Sang wanita terus bernyanyi sambil memperhatikan penampilannya di cermin. Rambutnya sudah acak-acakan, dengan bibir hitam mengkilap. Mukanya sebentar lagi serupa dengan dengan wajah Jerman yang bertabur salju, putih pucat. Ia juga mengenakan kain terusan nan panjang serta berwarna putih, yang ia tempa ke tukang jahit di pusat kota satu bulan lalu. Tak lupa ia menambahkan bercak tanah pada kostum itu, menambah kesan suram.
“Sekarang kau benar-benar seperti ‘Si Kunti’.” Tegar berkomentar saat menatap bayang wanita yang sudah menjelma menjadi hantu wanita. Ari yang bertubuh padat, melempar kulit kacang ke arah wanita itu sebagai bentuk komentarnya.
“Huh..? Kalian tak tahu kalau Alvo lebih kejam tahun lalu. Ia tak memberiku kabar selama seminggu. Lalu tiba-tiba ia pura-pura berselingkuh hanya untuk memberiku kejutan ulang tahun. Ia meng-upload photo rekayasa dirinya dengan wanita Jerman di laman blog pribadinya. Sangat mesra, Alvo mengecup kening wanita Jerman itu. Sumpah, aku sampai menangis! Lalu, jam 12 malam ia meng-upload dua photo lagi.Photo dirinya dengan gaya yang sama, dan photo wanita itu yang ternyata sedang dikecup keningya oleh seorang pria berkepala botak. Besok paginya aku tertawa dengan apa yang dilakukannya itu. Dia benar-benar gila.”
Ya, Wanita itu adalah Mida. Orang yang merencanakan semua ini. Disempurnakan oleh Ari, Tegar dan Bombom yang jauh-jauh datang dari Ibu Pertiwi. Mereka berdua adalah kakak kelas Mida semasa Sekolah Menengah Atas. Dengan kata lain, mereka adalah teman Alvo. Kini sekarang mereka benar-benar sudah total mengerjai Alvo.
“Thank you, Mrs. Sue…. You’re so kind.”
“Just go get him…” balas Mrs. Sue yang lalu memeluk Mida dengan perasaan hangat.
“Yup, you guys can go sleep… I don’t want you to ruined our intimacy. Because Alvo will definitely punished me so naughty.” kata Mida dengan genit menjulurkan lidahnya.
Ia beranjak ke luar, dengan kostum panjang yang pasrah terseret arus tubuhnya, terus melaju ke rumah kontrakan. Ia mengendap-endap di dalam rumah. Sudah dibayangkan olehnya jika Alvo akan histeris ketakutan dengan penampilan dirinya yang begitu seram. Mungkin Alvo akan mengira dirinya yang sedang hamil itu sudah mati dan menjadi hantu wanita penculik bayi.
Mida menarik napas panjang. Berdiri mematung selama 2 menit di depan pintu, sambil memikirkan akting horor yang akan ia mainkan. Lalu ia mulai mendesah, bernyanyi dengan nada pilu dan penuh kepupusan akan harap. “Happy birthday, to you… Happy birthday, to you… Happy birthday, happy birthday. Happy birthday… Suamiku…” Lalu ia membuka pintu, bersiap untuk menakuti Alvo. Dan…
“Aaaaahhhh…!!”
Jerit meraung keras yang terdengar. Mengusik ketenangan di awal malam musim dingin. Jerman Bagian Barat Daya, Pukul 12:15 AM, di 20 Desember 2011.