Prenthol episide 10

Wartinah Bekerja

Sarju mendapat telepon dari mas Andi kalau ibunya ( dr Thoyibah ) suruh membawa ke Cepu pagi ini karena beliaunya sakit. Sarju jam 4.30 pagi menukar mobilnya dengan ambulan  dan mendapat izin pak Darmo kepala kendaraan. Sarju di temani istrinya dan satpam perumahan Pedurungan menuju Cepu. Wartinah membawakan keperluan dokter Thoyibah. Jam tujuh Sarju sudah sampai Cepu dan langsung pulang, pak satpam sudah tak tahan ngantuk dan tidur dibelakang tempat tidur pasien. Dokter Rini menelepon Sarju tak usah buru-buru karena tugasnya digantikan Amir. Sarju lega dan memperlambat jalannya menuju pedurungan .

Sampai rumah Sarju langsung mandi, dilihatnya meja makan sudah ada lauknya, yaa.. Harni yang memasaknya telur dadar dan sambal kecap . Rumah dibersihkan Wartinah setelah Sarju berangkat kerja.

Dokter Rini  : ” Ju…dokter Thoyib sakit apa….? ”

Sarju              : ” Gak tahu dok…dokter Thoyib diam saja sambil mendekap jaketnya…katanya dingin sampai dipeluk Wartinah ”

Dokter Rini  : ” Waaahh tipes kliatanya…karena semalem panas dingin….tinggal tunggu tes laboratorium saja , oh ya Ju istrimu mau menjualkan roti ‘gak ya…? adikku membuat roti pisang harganya murah bisa di jual tinggi ” .

Sarju              : ” Ya nanti biar dicoba Wartinah…siapa tahu menguntungkan…” Dokter Rini menghubungi Rindu adiknya yang barusan membuka usaha roti.

dr. Rini          : ” ‘Du dicoba dulu karena disana kliatannya njangkau kalau jatuhnya harga 3000 rupiah dan penjualnya dapat 500 rupiah,  lagian rotinya besar-besar ”

Rindu             : ” Baik kak aku ke kantor apa kerumahnya…? ”

dr. Rini          : ” Langsung ke rumahnya saja.., bentar lagi pada mau pulang ini…”

Rindu             ” Okey..aku ke rumahnya…yang kemarin ditunjuki itu kan….?”

Sarju sudah pulang sampai rumah menceritakan mbak Rindu yang membuat roti dan meminta Wartinah ikut menjualnya.

Wartinah     : ” Wah kebetulan sekali , sekolah Parjo bisa aku buat jualan….aku mau pak…”

Sarju             : ” Kira-kira kamu kerepotan tidak karena kalau kerepotan nanti yang masak siapa…..? ”

Wartinah     : ” Ya bangunnya lebih gasik….kan bisa buat tabungan “.  Rindu baru sampai didepan rumah Sarju yang sudah ditunggu Wartinah.

Rindu           : ” Bu Sarju ya…..”

Wartinah     : ” Inggih mbak….saya Wartinah istrinya pak Sarju ” sambil menjulurkan tangannya. Rindu dibantu asistennya memasukkan roti yang masih hangat dalam box kontainer yang besar lalu menjelaskan sistem penjualannya dan didengarkan Harni yang akan membantu penjualannya.

Rindu           : ” Usahakan satu kontainer habis biar tiap hari dikirim sama mas Subkhan ” Wartinah tersenyum gembira karena Harni mau menjual di rumah dan mau keliling juga. Rindu minta pamit dan meninggalkan teleponnya pada Wartinah. Harni menulis disini terima order roti pisang dengan tulisan yang besar. Rindu sudah kembali pulang dan tetangga pada berdatangan untuk membelinya….

Kimli            : ” Kok bisa dapat orderan critanya bagaimana Har…?”

Harni           : ” ‘Gak tahu… ibuk kok…Harni cuma njualin saja…”

Kimli            : ” Kalau aku beli tak jual lagi boleh ‘gak…? terus harga jualku berapa…? ”

Harni            : ” Kalau itu saya tak tahu karena tamunya menjelaskan sama ibuk…”

Kimli            : ” Ya sudah nanti aku yang bicara sama ibumu…”

Kimli yang tertarik untuk menjualnya langsung bertemu Wartinah dan minta dijelaskan sistem penjualannya.

Wartinah     : ” Pembeliannya cast… dan roti yang tak laku bisa dikembalikan jangka waktu sehari ”

Kimli            : Jadi aku dapat keuntungan 250 tiap satu roti terjual…siiiip aku beli sepuluh dulu…lumayan dapat roti satu gratis jadi bayarnya 25.000 dan aku untung 5.000 semuanya..makasih ”

Wartinah     : ” Tapi besok pembeliannya minimum 30 buah, kali ini bolehlah 10 buah buat uji coba”.

Wartinah     : ” Tapi harganya jangan dinaikkan tetep 3000 rupiah per buah ”

Kimli            : ” Oke mbakyu…”

Harni           : ” Buk..aku sudah njualin tiga puluh roti ini uangnya 90.000…capek tapi seneng…besok ke sekolah aku bawa sepuluh ya buk, oh ya buk satu kontainer itu isinya berapa roti..?

Wartinah     : ” Satu kontainer isinya 250 buah dan ibu di target tiga kontainer sehari ”

Sarju hanya menyaksikan istrinya bekerja tak bisa  membantu karena Sarju pusing hitung-hitungan dan menerima titipan uang saja untuk dikumpulkan lalu uangnya dibendel-bendel sesuai jumlahnya dan menulis dikertas tersebut. Jam sembilan pagi roti sudah habis, di sekolah Harni membawa 10 bablas dia sendiri tak kebagian temen-temennya minta besok bawa dua kali lipat.

Harni         : ” Aku ini sekolah tidak jualan, kan sudah ada koperasinya…tapi aku usahakan besok bawa secukupmya saja…aku takut penjaga koperasi nanti marah…”

Teman -teman pada nurut karena memang tujuan sekolah bukan jualan. Harni bersyukur bisa menabung, karena sangat membantu sekali jualan roti pisangnya. Kini ibuk tak pernah rewel tiap pagi dan bapaknya berangkat kerja bisa antar Parjo berangkat sekolah bahkan Kimli menambah omset jualannya. Sepulang kerja dia muter ke Amarta menjual roti dan istrinya yang mengorderkan ke Wartinah. Rindu yang lulusan sarjana ekonomi kini membuka cabang di Semarang Timur dan yang memegang Amir biar adil sesama Dinsos ( Dinas Sosial ) sesama karyawan agar bisa dinikmati secara merata. Sarju tetep saja Sarju yang sederhana dan setia kawan maka Kimlipun tetap biasa bergaul dengan Sarju.

Kimli       : ” Waaah kini Wartinah dapat penghasilan sendiri…”

Sarju        : ” Tapi sama saja kalau capek tetep saja mewek….”

Kimli        : ” Belikan obat capek atau vitamin biar sehat….”

Sarju        : ” Sudah…tapi ya itu tanganku tetep saja mijitin…dasare manja yo tetep manja…”

Kimli        : ” La itu istriku ikut-ikutan padahal cuma bantu order di Wartinah sekarang minta jatah belanja dinaikkan dan minta piknik segala….”

Sarju         : ” Syukuri saja Kim.., aku malah bingung sama ayam kalkunnya Parjo yang menetas delapan mau tak taruh mana…?! ”

Kimli        : ” Taruh ditempatku saja, biar tak ternak sekalian…nanti hasilnya bagi dua bagaimana…? ”

Sarju        : ” Ya…baiklah nanti pikniknya sekalian bersama aku cartekan kamu yang urus makanannya bagaimana…? ”

Kimli       : ” Waaah cocok ini, okeylah jadi…” kedua orang tersebut saling tos jabat tangan.  Sepulang sekolah Harni membantu ibuknya meladeni pembeli roti , karena sekarang  Wartinah menjadi agen se Semarang Barat .

Rindu sekarang buka cabang di Gunung Pati , sedangkan daerah Banyumanik Ia pegang sendiri. Karna ada teman Harni yang meminta bantuan kerjaan maka atas persetujuan Rindu mau membuka cabang di Semarang Utara dan keuntungan dibagi dua dengan Wartinah atas nama Harni. Teman Harni bernama Irine tetapi dalam bekerja yang bertanggung jawab bapaknya yang bernama Ashari karena yang paling dewasa lagi pula Ashari barusan di PHK karena pengurangan pegawai. Wartinah merasa keberatan kalau Ashari menjadi tanggung jawabnya dan Wartinah rela kalau Ashari mandiri.

Ashari     : ” Terima kasih Mbak Wartinah sudah memberikan kesempatan pada saya, dan akan saya jaga nama ibu ”

Rindu      : ” Pak Ashari mengambilnya orderan di Bu Wartinah saja, karena Semarang utara sering rob dan merusak mobil saya, makanya saya tidak buka cabang Semarang Utara tapi saya gabungkan laporannya sama mbak Wartinah, sampai disini pak Ashari mengerti…? ”

Ashari     : ” Iya buk… saya mengerti ”

Wartinah : ” Jadi mas Ashari tetap saya anggap dealer saya ya bu….”

Rindu       : ” Iya mbak…tak usah takut laporanya tetap ikut mbak Wartinah sama seperti pak Kimli cuma pak Ashari dapat ngebon dulu untuk yang pertama dan membayarnya pagi harinya…jadi istilahnya saya nitip roti pada mbak Wartinah dan uangnya sementara dititipkan mbak Wartinah…gimana sudah mengerti mbak…? ”

Wartinah : ” Ya..ya..saya baru mudeng sekarang..”

Rindu       : ” Nah ini 3 kontainer jatah mas Ashari bisa dibawa sekarang dan setiap mengambil setor uang pada mbak Wartinah ” Rindupun segera pulang.

Karena Irine ikut maka Sarju menolong Ashari memboncengkan Irene yang tadi mengantarkan bapaknya menemui Wartinah dan bu Rindu, Rotipun bibawa satu kontainer satu kontainer oleh Ashari yang ternyata rumahnya di Tawang Trasi tak begitu jauh dari Sarju kurang lebih 25 kilo dari rumahnya. Disekolahan sekarang yang membawa roti Irene karena Harni mengurusi penjualan yang ada di rumah.

 

 

 


Prenthol

Prenthol

Score 8
Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2022 Native Language: Indonesian
Prenthol adalah seorang lelaki yang sayang keluarga , walaupun pendidikannya rendah tak jadi masalah karena Prenthol terus selalu berusaha berbuat baik dan menerima apa adanya amat jujur dan lugu orangnya .Prenthol tak bakalan menyerah banyak yang mengasihi Prenthol alias Sarju , cobaan demi cobaan ia lalui dengan tabah. Seperti apa sajakah cobaan tersebut ? Mari kita ikuti kisah ini bersama dan semoga bisa menjadi contoh teladan kita

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset