Hari krida, Sarju membersihkan ruang batas kantor yang nampak kotor karena ada pohon jambu air yang daunnya lebat sekali .
Amir : ” Ju…..! sedang apa kamu…kok tak cari-cari tak ketemu..ternyata disini to…”
Sarju : ” Oh..kamu to Mir……ini lihat bersih kan disini sekarang….”
Amir : ” Iya….aku bantu menyapu ya……? ”
Sarju : ” Silahkan saja…..menata bebatuan serta merapikannya ”
Amir : ” Ya ..tapi aku jangan ditinggal dong kalau dipangggil pimpinan…”
Sarju : ” Ya….. nanti ku ajak bersama kalau aku dipanggil bu Rini….”
Sarju membakar semua dedaunan dibantu Amir yang mengumpulkan kotoran sampah, mereka nampak rukun dan saling bekerjasama , dokter Rini meninjau pekerjaan yang sudah diselesaikan Sarju yang segera menyuruhnya bersih-bersih karena akan diajak ke Bringin Mangkang lanjut ke Ngalian untuk mendata korban secara rinci yang terdampak banjir bandang .
Amir : ” Aku sebenarnya meri sama kamu Ju….kenapa semua pada minta kamu yang mengantar mereka , padahal aku sudah me nunggu- nunggu diperintah pimpinan ”
Sarju : ” Ya apa kamu saja yang antar dokter Rini, nanti aku jelaskan kalau aku terkena deare….”
Amir : ” Waah…aku tak enak…nanti aku dikiranya merebut tugasmu…”
Sarju : ” Lo..itu malah bagus to….berarti kamu tak bermalas-malasan..”
Amir : ” Ya sudah terserah kamu saja….atur ya….”
Sarju : ” Beres……” Sarju membersihkan mobil pegangannya sambil menunggu dokter Rini mempersiapkan berkas, Amir yang juga ikut membersihkan mobil pegangannya juga . Tiba-tiba terdengar teriakan seseorang yang mengaduh , Sarju yang mendengarnya berlari keluar kantor dan melihat ada kecelakaan pejalan kaki yang terserempet motor. Sarju membopongnya dan meletakkan di trotuar.
Sarju : ” Loh…kenapa pak…..” ternyata orang itu adalah Timbul pedagang minuman kembang tahu yang sering lewat kantor Dinsos jalan Soegiyopranoto.
Timbul : ” Mas Sarju tolong saya…..” si penabrak melarikan diri dengan motor yang ditumpanginya.
Sarju : ” Aku tahu kok siapa yang menabraknya…kamu masuk kantorku ya….biar dokter yang urus ” Timbul menurut saja apa yang dilakukan Sarju. Dokter Rini yang melihat Sarju membawa Timbul yang pincang segera menolongnya dan mengobatinya. Sarju mengantarkan Timbul ke rumahnya di jalan Bulustalan
Timbul : ” Terima kasih mas Sarju…terus orang yang nyerempet saya dimana…? ”
Sarju : ” Ya nanti saya bantu mengurusnya….yang penting sekarang sampeyan tenang dulu biar sembuh luka-lukanya “. Sarju segera minta izin untuk kembali kerja. Sampai di kantor Sarju ditanya dokter Rini tentang Timbul penjual kembang tahu.
dr. Rini : ” Piye Ju….dia sudah baikan.? ”
Sarju : ” Ya belum to ya dok….dia epleh-epleh di amben yang berada di ruang tamunya..istrinya yang masih meracik kembang tahu…sempat sewot karena saat itu Timbul gikirannya lagi ruwet karena anak perempuannya minta kuliah..padahal Timbul tak mampu keungannya…dan berencana pinjam uang pada budenya yang tinggal di magersari..tapi sayang waktu nyeberang gak tengok kanan kiri sehingga tersrempet sepeda motornya mas Popon yang tinggal dekat dengan budenya Timbul sama-sama Magersarinya ”
dr.Rini : ” Jadi kamu sudah tahu kan penabraknya…?”
Sarju : ” Iya…dok dia minta tolong pada saya untuk mengurusnya, karena ia mau test kerja di Angkasapura dan waktunya mepet katanya..”
dr.Rini : ” Ya sudah kalau memang dia tanggung jawab tolong dibantu Timbul..paling tidak diberikan uang pereda rasa sakitnya, ayo kita berangkat ini pak camat Wirosari sudah ada di tempat ”
Sarju : ” Ya dok tapi saya tak kebelakang sebentar mau buang air…maaf dok..” Sarju sebetulmya mau mencari Amir tapi Amirnya malah tak ada dan titip pesan pada pak Darmo kalau tadi sudah dicari Sarju sampai belakang, yang akhirnya Sarju berangkat dengan dokter Rini.
Amir ternyata tadi masih makan di warung depan kantor dikabari pak Darmo Amir nyesel karena dia terkenal males kalau kerja sehingga mendapat surat teguran dari pimpinan, Amir sangat sedih dia berusaha meminta jobnya Sarju malah gagal karena perutnya lapar.
Pak Darmo : ” Ya sudahlah…dokter Rini itu baik orangnya ..tak mungkin memecat karyawan , apalagi Sarju dia amat sayang antar karyawan , makanya kamu yang rajin jangan pilih-pilih tugas mana yang enak dan mana yang susah…iklas gitu lo seperti Sarju…”
Amir : ” Iya pak…, saya akan mencoba lebih baik lagi..” Amir curhat sama pak Darmo kepala kendaraan yang sebentar lagi pensiun. Amir benar-benar galau dan merasa bersalah tak akan malas lagi ataupun memilih-milih tugas , itulah janji Amir kepada dirinya sendiri.
Sarju sepulang dari Ngalian langsung membersihkan mobilnya yang penuh lumpur…ternyata Amir menunggu kepulangan Sarju dari keliling lokasi terdampak banjir di Ngalian serta Mangkang dan langsung membantu Sarju mencuci mobilnya. Sarju di tarik tangannya oleh pak Darmo dan membiarkan Amir membersihkan sendiri. Sarju tak tega melihat Amir membersihkan sendiri mobilnya tapi pak Darmo memaksa Sarju membiarkan Amir membersihkan sendiri, karena tak tega Sarju membelikan makanan sebagai ucapan terima kasih telah membantunya.
Sarju : ” Mir ini aku belikan ayam kentaky untukmu dan anak-anakmu ”
Amir : ” Wah…kamu baik sekali…makasih..makasih…” Pak Darmo merasa terharu pada Sarju, betapa mulia hatinya mau berbagi dengan rekan sesamanya. Mereka pulang bersama-sama setelah menyantap wedang ronde yang lewat depan kantor, Sarju ke kanan dan Amir ke kiri sambil membawa oleh-oleh pemberian Sarju.
Sampai dirumah Sarju sudah ditunggu Kimli yang ingin membayar ayam kalkunya Parjo.
Sarju : ” Sorry …, maaf ..aku lupa….aku masih ada tugas soalnya di Ngalian yang terjadi banjir bandang kemarin jadi pulangnya agak sore mengantar dokter dulu…maaf benar-benar maaf …”
Kimli : ” Biasa kamu itu selalu begitu…kalau sudah asik kerja lupa akan teman dirumah…dah ambilkan ayamnya mumpung Jojo sedang berada di kandang. ”
Sarju : ” Oke..oke…Jo’ mana kalkunnya pak Kimli….?”
Jojo : ” Itu pak….yang lagi kejar-kejaran…itu dua-duanya…” Sarju memegang ayamnya dan mengikat dengan tali agar tak lepas dan memberikan pada Kimli untuk dibawa pulang setelah uang diberikan pada Sarju didepan Parjo, mata Jojo nampak cerah melihat ayamnya ditukar uang untuk membeli sepeda.
Parjo : ” Pak…ayok beli sepeda…..”
Sarju : ” Ini toko sepedanya sudah tutup besok Minggu pagi saja…”
Jojo : ” Owh sudah tutup…ya besok pagi saja…Jojo ikut ya pak…?!”
Sarju : ” Iya….yang pilih Jojo nanti sepedanya…karena bapak tak tahu sepedanya temenmu…siapa itu namanya…? Sarju lupa nama teman Parjo yang digandrunginya.
Parjo : ” Steven pak….mamahnya orang Jerman, tetangga sini sudah pada tahu….bapak kerja terus ya tak tahu….”
Sarju bingung sepedanya Steven tentu mahal….uang kalkun cuma Dua Ratus Lima Puluh Ribu…..apa cukuuupp…begitu fikirnya. Wartinah yang mendengarkan pembicaraan Parjo dan suaminya lalu mendekati Sarju.
Wartinah : ” Kok bingung…kenapa….? ” Sarju keluar kamar karna Parjo sudah tidur…
Sarju : ” Uangnya masih kurang banyak buk…”
Wartinah : ” Nanti tak ambilkan uang simpanan kita…kasihan dia tiap hari ngomongin sepeda terus sampai gatel kuping ini pak…”
Sarju : ” Tapi apa cukup uangmya…pasti mahal sepeda itu…”
Wartinah : ” Sudah tak tanyake mamahmya Steven kalau sepedanya Steven sudah dijualnya dan akan beli sepeda lagi yang baru…karena sepedanya yang lama pedalnya rusak, jadi di jual karena suaminya belum pulang dari Jakarta ”
Sarju : ” Tapi sepedamya jangan-jangan sudah laku…”
Wartinah : ” Belum pak…sudah aku pesan pada penjualnya juga sudah aku kasih uang panjer dan Parjo senang kelihatannya ..wis pokoknya tinggal nambahi uang Empat Ratus Ribu saja dan pedalnya akan diperbaiki tokonya..ini kwitansinya sudah aku bawa…jadi besok kita tinggal ambil sepedanya saja dan menambahi kekurangannya Empat Ratus Ribu Rupiah.
Sarju lega dan esok hari akan mengajak Parjo untuk mengambil sepeda bekas milik Steven.
Parjo bangun amat pagi dan kluar masuk kamar bapak/ibuknya, Wartinah yang memperhatikan sambil membuat sarapan menegur Parjo
Wartinah : ” Kenapa Jo’ kok mondar-mandir….”
Parjo : ” Bapak tak bangun-bangun .katanya mau ambil sepeda…”
Wartinah : ” Bapak tidur lagi…masih capek katanya…” Parjo membangunkan bapaknya karena ingin sekali menaiki sepedanya Steven.
Parjo : ” Pak ..banguuun…ayo ambil sepedanya di toko Peni….” Sontak Sarju bangun dan pura-pura tak melihat Parjo.
Sarju : ” Jojo…mana Jojo…..kok tak ada…Jojo….” Jojo mendekatkan badannya ke bapaknya dan Sarju tetap pura-pura tak melihatnya..
Parjo : ” Jojo di sini paaakkk….” sambil menyentuhkan badannya dan menggoyang-goyangkan tangan Sarju, Wartinah yang melihat kelakuan suaminya tertawa bersama Harni lalu Sarju memeluk Parjo yang mengajaknya mandi bareng. Parjo senang sekali karena segera pergi membeli sepeda yang dinanti-nantikannya.