Prenthol episide 13

Mengenang dokter Thoyibah

Sarju hari ini layat ke rumah dokter Thoyibah yang meninggal karena sakit tua di Cepu, dia laporan dan mengurus surat-surat kematiannya lalu segera kembali ke Pedurungan karena akan mengurus pemakaman jenasah yang akan dimakamkan di makam keluarga di Bergota . Wartinah penyiapkan ubo rampe pemakaman, tratak sudah terpasang  pagi-pagi dibantu masyarakat setempat. Rombongan jenazah akan sampai sarju menambah kursi karena ada rombongan Pertamina Cepu yang ikut mengantar jenazah.  Jam 10 jenazah sampai mas Andi ikut mengangkat jenazah yang sudah di masukkan dalam keranda dan akan di sholatkan di masjid Nurul Hikmah .

Almarhumah  meninggalkan dua orang anak, yang pertama mas Andi dan yang kedua mbak Naira yang berada di Sydney Australia dan menetap disana terpaksa tak dapat mengikuti prosesi pemakaman  karena sampai di Indonesia nanti malam . Amir bersama rombongan dinsos turut berduka karena beliaunya adalah mantan dokter yang terakhir pensiunnya mengapdi di Dinas Sosial dan mereka sangat menghormati almarhumah dr. Thoyibah  yang meninggal di usia 86 tahun. Beberapa orang melakukan sholat jenazah dan selanjutnya rombongan menuju masjid Nurul Hikmah dan langsung dibawa ke pemakaman .

dr. Rini     : ” Mas Andi ….maaf bagaimana beliaunya meninggal saat itu….? ”

Mas Andi  : ” Almarhum meninggal dalam posisi sedang melaksanakan sholat subuh di kamarnya…. dan seperti biasanya minum susu dan roti sebagai sarapannya…sambil mendengarkan siraman rohani tetapi ibu tak keluar-keluar kamar, maka saya mengetuk dan membuka kamarnya yang tak dikunci…beliau sedang bersujud dan badannya sudah kaku semua…” Isak tangis mas Andi mengingat kepergian ibundanya Hajjah Siti Thoyibah Ramelan binti Mahfud . Dokter Rini mengucapkan berbela sungkawa bersama seluruh karyawan yang menghadiri pemakamannya .

dr. Rini    : ” Sarju biar disini dulu untuk membantu sampai selesai…”

Mas Andi  : ” Terima kasih dokter Rini saya disini sampai nujuh harinya beliau dan selanjutnya balik ke Cepu “.

Sarju pamit mau melihat keadaan rumah selesai tahlil dan yasinan .

Mas Andi  : ” Ya pak Sarju , tapi nanti sore tetap datang sampai nujuh harinya ibuk, dan dokter Rini juga memperbolahkan kok….”

Sarju          : ” Inggih, insyaAllah mas Andi…wangsul riyin mas…Assalamu’alaikum ”

Mas Andi   : ” WaAllaikumusalam ”  Sarju bersama Wartinah melaju menuju rumah di Krobokan, sampai rumah Parjo nangis karena sepedanya dipinjam Rahmad putranya pak Kimli

Wartinah   : ” Kenapa to Har….Jojo kok nangis…..apa kamu goda ya….? ”

Harni          : ” ‘ Gak kok buk….sepedanya dipinjem Rahmad belum dikembalikan…padahal sepedanya Jojo kan kecil kok mau-maunya ya…..”

Wartinah   : ” Sabar….nanti pasti di kembalikan…..jangan pelit-pelit dong sama tetangga…”

Jojo             : ” Jojo ‘gak pelit….ini soalya sudah malam….sudah tak sepedaan lagi…” kata Jojo agak jengkel sambil gedrok-gedrok.

Wartinah   : ” Ya…ya…sudah…sudah…nanti pasti dikembalikan…”

Jojo            : ” Ibu sama bapak ke mana to…kok lama banget perginya….”

Wartinah  : ” Ke Pedurungan …, Yank dokter Thoyib meninggal dunia….” Jojo dan Harni kaget…

Harni        : ” Yank dikter Thoyib meninggal dunia….? Innalilahi wa Innailaihi roziuuun…semoga Allah mengampuni dosa dan khilafnya ya buk….”

Wartinah : ” Aamiin….Yarobbalalamiin…” ” Lo ini uang kok ditaruh disini….”  , lanjut Wartinah

Harni        : ” Itu uang kembalian dari Rahmad yang mengambil lagi roti 50 plastik sampai lupa mengambil kembaliannya karna terburu-buru yang sudah ditunggu di lapangan….Rahmad bantu jualan pak Kimli yang tiap sore sekarang jualan roti….katanya duduk saja mereka pada datang dan membeli rotinya…”

Wartinah : ” Ya syukurlah…akhirnya menemukan tempat jualan yang pasti..”


Naira baru sampai Tlogosari jam sebelas malam  waktu Indonesia bagian barat bersama keluarganya, Naira masih memiliki seorang anak yang seusia Harni ataupun Flony putri Andi dan Naira sekeluarga sudah tiga kali pulang di Indonesia .

Naira mencium tangan kakaknya di ikuti suami dan anaknya.

Mas Andi  : ” Kau balik saja di Indonesia…biar Natali sekolah di sini..”

Naira        : ” La..terus suamiku akan klimpungan….kalau kakak enak…kerjaan aman ..la suamiku akan bekerja apa…karena dia harus menyelesaikan penelitiannya tentang kesehatan ginjal yang sudah di canangkan pemerintah sebagai jaminan kesehatan manula agar tetap sehat ”

Mas Andi : ” Ya…aku tak tahu tentang hal itu…makanya ibuk cocok sekali kalau bicara sama Mirky suamimu dan kau timpali semakin gayeng kalau ngobrol…. karena suamimu ”

Naira        : ” Intinya aku tak bisa pindah saat ini…entah besok-besok, belum terpikirkan , yang penting ungkau sehat- sehat selalu bersama keluarga …okey…?”

Mas Andi : ” Baiklah….apapun keputusanku belum bisa menyelesaikan  keputusan yang lainnya…”

Naira        : ” Santai dululah kak….kita masih ada waktu sampai sepekan kan…?”

Mas Andi : ” Engkau serius……..? ”

Naira        : ” Iya tentulah…aku jadi tahun baruan di Indonesia dan sekalian ke Bali dan pulangnya  mampir dulu ke Gili Trawangan setelah itu langsung balik ke Sydney karena itu permohonan Natali ketika ulang tahunnya kemarin …”

Mas Andi : ” Umur berapa sekarang Natali…?” sambil memandang Natali yang sepontan menjawab, : ” Fifteen years….uncle …” Naira mengajak berbahasa Indonesia …yah Natali baru sadar kalau berbicara menggunakan bahasa Inggris. Naira menata kamarnya dibantu Liona istri Andi dan Natali yang melihat-lihat foto dikala omma Thoyibah bekerja di beberapa rumah sakit seperti ibunya yang mengambil spesialis penyakit dalam  lalu bersama oppanya berhaji ke Mekah yang berfoto di dekat makam Ibrahim.

Naira        : ” Mas Andi anak sulungmu sekarang sudah kuliah dimana…?”

Mas Andi : ” Maksudmu Andrea…..ia masuk kuliah tahun ini…kalau Betty baru SMA kelas satu… mereka ada di Yogyakarta…kos disana…hanya Flony yang selalu ikut kami kemana saja karena masih SMU di Cepu…tapi sekarang sedang lomba matematika  sehingga kami berdua saja ke sini “. Hujan masih turun dengan kencangnya Sarju tak bisa menghadiri tahlilan ke dokter Thoyibah. Sarju menghubungi Mas Andi tak bisa datang karena banjir di rumahnya.

Sarju        : ” Ngapunten mas Andi…belum bisa hadir…motornya mlepek karena kebanjiran ….”

Mas Andi  : ” Tak apa pak Sarju…keluarga naik-baik saja kan….?”

Sarju        : ” Inggih..alhamdulillah…” Sarju menutup teleponnya karena anaknya Parjo  terpeleset di ruang tamu yang  kebanjiran, Harni yang berangkat sekolah memakai pakaian bebas dan berganti seragam sesampai sekolah . Harni mengomentari adiknya sebelum berangkat…

Harni      : ” Waaah ..Jojo seneng…mbolos gak masuk sekolah karena kebanjiran….!”

Parjo       : ” Tadi tu kepleset…lagian sekolah kebanjiran juga….padahal pingin libur juga kan…?” Harni menunjukkan pakaian sekolahnya yang terbungkus plastik. SMPN-34 tetap melakukan pembelajaran karena sekolahnya aman dari banjir. Jojo termenung sendiri melihat kakaknya berangkat sambil menenteng sepatunya dan ia ingin berangkat sekolah saat itu juga minta pakaian rumahnya dan berangkat sekolah.

Wartinah : ” E..e..e…Jojo mau kemana…sekolahmu diliburkan karena kebanjiran dan bu guru sedang memberesi kelasnya yang basah karena kebanjiran ”

Parjo         : ” Jojo ingin sekolah kayak mbak Harni……..!!! ”

Wartinah : ” Sudahlah….nanti pakaianmu basah kalau mainan air…ayo pulang… ” Jojo malah nangis karena dipaksa ibuknya…

Jojo            : ” Jojo ingin sekolah…Jojo tak mau mbolos…..”  Jojo baru berhenti ketika sebuah mobil membasahi pakaiannya , Wartinah yang mengawasi anak lelakinya segera menggendongnya karena beberapa mobil yang ingin membersihkan ban membawa ombak yang membuat Wartinah kebasahan juga dan keduanya lalu tertawa bersama malah saling siram karena jenuh melihat keadaan ini. Sarju membuatkan nasi goreng sambil memanasi motornya yang akhirnya berangkat kerja jam sembilan pagi .

Wartinah  : ” Libur saja pak…..dingin sekali….”

Sarju          : ” Ya… kamu libur tak apa tapi bapak tak bisa…banyak urusannya…”

Sampai kantor semua me nunggu kedatangan Sarju yang akan mengantar krunya menjalankan tugas.


Prenthol

Prenthol

Score 8
Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2022 Native Language: Indonesian
Prenthol adalah seorang lelaki yang sayang keluarga , walaupun pendidikannya rendah tak jadi masalah karena Prenthol terus selalu berusaha berbuat baik dan menerima apa adanya amat jujur dan lugu orangnya .Prenthol tak bakalan menyerah banyak yang mengasihi Prenthol alias Sarju , cobaan demi cobaan ia lalui dengan tabah. Seperti apa sajakah cobaan tersebut ? Mari kita ikuti kisah ini bersama dan semoga bisa menjadi contoh teladan kita

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset