Sarju mempersiapkan diri mengikuti shollat tarawih setelah melakukan shollat magrib dirumah , Parjo perutnya kekenyangan dan dia kesakitan di ulu hatinya
Jojo : ” Perutku sakit……, weeeh kekenyangan….buk-e….”
Wartinah : ” Kamu sih kolomomor makannya……padahal sama sambal tempe dan sayur bobor kangkung…kok yo tambah tiga kali..sini ibu keruk perutmu sama enthong….”
Parjo tetep saja meringis kesakitan sambil jongkok-jongjok dia menahan sakit, Wartinah segera membuka baju Parjo dan mengurut perut Parjo pakai enthong, muka Parjo menjadi merah lagi…
Wartinah : ” Piye dah enak perutmu……..?”. Muka Parjo sudah memerah lagi dan bisa tersenyum lagi
Parjo : ” Leganya….ibukku pintar bisa jadi dokter…..mengobati perutku yang tadinya kenceng jadi longgar…”
Wartinah : ” Makanya jangan rakus kalau buka puasa…tadi siang kan sudah buka puasa bedug …jadi dilanjut lagi puasanya sampai sore maghrib…”
Parjo : ” Parjo tak kuat buuuk….lemes…jadinya makan banyak deh….” . Sarju mengajak Parjo untuk mengikuti taraweh : ” Jojok ayo berangkat ambil sarung kamu….!!”
Parjo : ” Bapak duluan , Parjo mau kebelakang…kebelet nih….?!”
Sarju : ” Ya bapak bareng sama Harni kakakmu….”
Harni ikutan bareng bapaknya , sementara Wartinah tak ikut karena menjaga rumah dan shollat tarweh sendiri di rumah dia melihat Jojo buru-buru masuk kamar mandi dan terdengar ledakan -ledakan isi perutnya yang bunyi ” pret…pret…” ya Jojo buang air besar ketika ibuknya Wartinah masih cuci piring.
Wartinah : ” Piye Leee….perutnya sudah enakan to….?”
Jojo : ” Iya buk…sekarang gantian keluar isinya…he..he…” sambil mengejan Parjo menjawab pertanyaan ibuknya .
Wartinah : ” Jadi ikut tarweh ‘gak…itu sudah dimulai…..”
Jojo : ” Iya…bentar….” Parjo buru-buru sampai lupa mengambil sarungnya yang masih berada di kursi dan kembali lagi untuk memakainya. Sesampai di masjid Jojo dapat shaff terakhir bersama Rahmad yang matanya melihat ke arah Jojo yang sedang melakukan takbiratul ihram . Dalam keheningan shollat tiba-tiba terdengar bunyi: ” thiiuuuuuutttt ” ternyata Rahmad kentut dan membuyarkan perhatian shollatnya. Maka ributlah grup anak-anak dan pada cekikikan saling goda. Pak Kimli yang dekat dengan grup anak-anak matanya mecothot memperhatikan Rahmad dan Jojo yang buru-buru anteng karena takut bapaknya. Jojo yang tertawa geli melihat Rahmad sambil tertawa yang ditahan menginjak kaki Rahmad yang sepontan berteriak” aduuuuh.. ” Rahmad pindah tempat shollatnya disamping jamaah wanita yang diberi pembatas kain yang kini membuat Jojo sendirian tapi dia tetap mengikuti shollat dan kelihatan anteng walaupun matanya masih mencari-cari Rahmad . Dan akhirnya matanya saling beradu pandang dengan Rahmad dan mereka saling senyum sendiri-sendiri. Rahmad kembali lagi mendekati Jojo dan sholat bersama dengan tenang.
Jam 20.30 taraweh selesai Jojo langsung berlari keluar bersama yang lainnya tapi sandalnya tak ada, dengan bersungut-sungut dia mencarinya sandal pasangannya karena masih satu yang ditemukan . Ternyata sandal tersebut terlempar jauh dan terinjak-injak jemaah yang keluar Rahmad membantu mencarikan sandal pasangannya.
Rahmad : ” Lha …ini dia……ternyata sandal Jojo kembar dengan sandal milik Karim karena agak gelap jadinya tertukar milik Jojo yang terlempar dekat sandal milik Karim , lalu langsung diberikan pada Jojo. Terus dimana sandal Karim yang satunya…? oh ternyata terinjak-injak peserta jamaah masjid dan tempatnya berpindah seperti miliknya Parjo, Karim tertawa bersama Jojo dan Rahmad dan saling dorong, mereka berhenti takala nenek Sarni lewat karena sudah tua dan hampir jatuh …Jojo membantu mengambilkan sandalnya.
Sarju sudah menunggu bersama Harni agar adiknya segera pulang dan Harnipun berteriak : ” Jojo …ayo cepattt…jangan mainan saja…kak Harni lapar ..ayok segera pulang…”. Jojo tahu kalau ditungguin ketiga anak itu segera menghampirinya disusul pak Kimli yang akhirnya berjalan bareng Sarju. Harni membuka tudung saji dan mengambil makanan yang masih tersisa berbuka: ” Ah lumayan masih ada tempe dan sambal…” Sarju menyuruh Wartinah mengambilkan minuman es cao sisa berbuka yang dicampur dengan buah blewah dan masih ada kolang-kaling nya.
Jojo : ” Buk…Jojo minta es buahnya lagi dong….”
Wartinah : ” Itu di meja sudah ibuk ambilkan tinggal pilih salah satu karna kak Harni minta juga..”. Jojo meminumnya dan terasa segar tenggorokannya tersiram minuman yang masih cukup manis.
Wartinah : ” Pak zakatnya sudah diberikan ke masjid belum….”
Sarju : ” Sudah…sudah bapak kasihkan pak Kayat tadi sore…sebelum berbuka dan malah bapak dikasih buah kurma ini mau ndak….? ”
Wartinah : ” Tentu aku mau pak……kok banyak pak? ”
Sarju : ” Alhamdulillah saja buk….sudah rejeki kita ”
Lebaran akhirnya segera tiba…Sarju di kantor bersama Amir mendapat bingkisan lebaran ada sirup, minyak, roti kalengan , emping dan kacang tinggal goreng saja. Wartinah siap menggoreng emping dan kacang tapi karena ada tamu dia menundanya dan tamunya ternyata ibu Rindu yang membawakan parcel karena Wartinah amat jujur dengan hasil jualannya dan dia mendapat parcel yang diterimanya dengan gembira .
Sarju membagi parcel kepada tetangga sebelah termasuk Kimli yang kebagian minyak goreng dan kacang serta margarin, Sarju tak tega dengan ada tetangganya yang meminta beras dan Iapun bemberikan beras milik istrinya dan membagikannya sampai habis. Wartinah bingung ketika hendak menanak nasi karena beras persediaan habis. Sarju meminta maaf dan istrinya harus ke pasar untuk membeli beras sekali lagi. Karena lemas Wartinah pingsan di pasar dan dia ditolong penjual langganannya yang menolongnya memberikan air minum . Wartinah akhirnya mendapatkan beras sampai akhir bulan seperti yang selalu ia gunakan sebagai stok selama sebulan. Sarju memijiti istrinya yang kelihatan kepayahan dan menangis.
Wartinah : ” Pak..pak yo kamu tu mikir…membagi kok sakpenak – e dewe….milik keluarga kok kamu bagi…..?! ” Sarju tetap memijitnya didampingi Jojo dan Harni .
Sarju : ” Aku percaya Gusti Allah pasti menolong kita buk…”
Wartinah : ” Tapi itu kan jerih payah aku….kenapa engkau bagikan…?! ” Wartinah nampak kecewa dan keringat dingin bercucuran.
Sarju : ” Kalau gitu kamu tak iklas…..”
Wartinah bingung dengan cara berfikir suaminya yang sambil memija-pijat kakinya .
Wartinah : ” Ya sudahlah…semuanya sudah terjadi ya terjadilah…sekarang aku mau menggoreng emping dulu sebagai pelengkap esok hari menyambut lebaran. Kacang dan empingpun sudah matang, Sarju menemani Wartinah sambil menunggu saur terakhirnya dan mengincipi emping dan kacang yang di goreng Wartinah. Harni mengucek matanya hendak saur bersama, Parjo matanya masih merem dan malas bangun dan berjalan sambil matanya merem. Sarju tepar karena amat ngantuk sekali dan Wartinah membuatkan teh panas buat semuanya, Sarju terbangun ketika membau telur dadar yang digoreng secara tebal ala goreng telur nasi Padang dan dibarengi sambal terasi buatan Harni . Sarju segera mencuci matanya lalu duduk mendampingi istrinya yang mempersiapkan makan saur.
Jojo : ” Buk besok sudah masak sambal goreng dan opor ayam ya…”
Wartinah : ” Iya besok ibu akan memasakkan sambal goreng hati ayam dan opor ayam kesukaan Jojo…”
Mereka menikmati santap saurnya yang terakhir tahun ini sambil mendengarkan acara tivi sahur yok karena menunggu subuh hadir . Sarju yang masih leyeh-leyeh ingin keluar rumah sambil memperhatikan tetangganya yang akan menyulut petasan. ” Duar…..duar….” ,dua kali terdengar letusan yang membuat gaduh seisi kampung , ternyata orang tersebut bukan dari kampungnya karena mereka lari menggunakan motor .
Kimli : ” Siapa yang menyulut petasan tadi…?” semua menggeleng termasuk Sarju yang matanya menjadi melek lebar diikuti anak-anaknya yang kaget karena suara petasan tadi. Wartinah sudah tepar karena kelelahan dan esok akan memasak lagi serta berbelanja di pasar. Sarju dan Kimli ngobrol masalah petasan tadi yang mengagetkan kampungnya