Dokter Rini minta Sarju mengantar HBH ( halal Bi Halal )di Kecamatan Gunung Pati , tapi hari ini Sarju ijin minta untuk mengantar Wartinah ke Purwodadi dan akhirnya memakai pak Amir yang mengantar ke Gunung Pati. Sarju menggunakan sepeda motornya dan membawa sayur Opor yang sudah disiapkan bersama sambal goreng ati dan rambak plus telur bulat yang sudah digoreng . Harni yang berada di rumah membantu adiknya Jojo, Orang Tua Sarju yang bernama Mat Rondi sudah dua tahun belum dijenguknya tentu sangat rindu sama Prenthol panggilan sayang orang tuanya. Wartinah membuka ketupat lebarannya dan menyiapkan makanan tersebut di amben tempat mereka duduk sambil menikmati hidangan dari Semarang. Saudara dan tetangga Sarju pada berdatangan menyambutnya dan mengeluarkan makanan kecil khas lebaran dan sama mereka pada memotong lonthong sambil menuangkan sambal goreng krecek dan opor untuk dimakan bersama-sama dengan gorengan kerupuk aci yang gurih.
Sarju membagikan uang Lima Ribuan sebanyak dua lembar kepada keponakannya yang masih baru-baru juga memberikan dua lembar uang sepuluh ribuan baru juga kepada yang lebih besar. Untuk uang yang sebesar dua puluh ribuan diberikan kepada mereka yang lebih tua sebanyak dua lembar-dua lembar.
Ambar : ” Thol….aku ditambahi to….mosok cuma dua lembar…..? ”
Prenthol : ” Ya sudah satu saja kembalikan ke Aku lagi…gimana….?
Ambar : ” Waaah yo emoh….tambahi to Thol…? ! ”
Prenthol : ” Aku kan sudah cukup adil….kalau kau tak terima aku mau kok menerimanya….? ”
Ambar : ” Weeee…balek gondok….mosok diminta lagi…? ! ”
Prenthol : ” Sing minta itu ya sopo …..? Aku kan kasih kalau mau kalau tak mau ya kasihke sing mau tooo….? piye..? ”
Ambar : ” Yo wis matur nuwun….aku terima pemberianmu dan semoga engkau dapat ganti yang lebih banyak lagi dari Gusti Allah…..Aamiin….” Mat Rodi tertawa melihat Ambar yang pamit pada Wartinah dan Prenthol karena akan muter lagi.
Prenthol memeluk bapaknya dan meminta maaf karena baru sekarang bisa datang. Mat Rondi memeluk anaknya yang ke tiga dari tiga bersaudara Sarju yang tinggal di Semarang sedangkan yang dua ada di Purwodadi dan Kedungjati mereka perempuan semua kakak Prenthol dan Prenthol yang ragil berada di Semarang Mat Rondi ikut anak keduanya Jatemi yang tinggal di Purwodadi tepatnya di Kuwu sedang anak sulungnya Rafiah tinggal bersama suaminya di Kedungjati Gubug.
Mat Rondi : ” La endi jatahku…..? ”
Prenthol : ” Jatah apa pak….? ”
Mat Rondi : ” Ya duwit laaaah……mosok apa…semua dikasih kok aku sama simak belum….yo ra Mak…? ” Mak-e cuma mesem dengan giginya yang masih asik menginang dan memutar tembakaunya saja sambil memandang keluar karena ada pak RT datang
Prenthol : ” Owh…jatahe pak-e dibawa Wartinah di tasnya…nah itu sudah dikeluarkan….” . Wartinah mengeluarkan amplop dua …satu buat pak-e dan yang satunya untuk Mak-e , Mereka menerima semua dan pelan-pelan dibuka.
Mat Rondi : ” Waaaah ada dua warna merah sama biru….” dan tak jadi menghitungnya karena ada pak RT maen kerumah . Mak-e masuk ke kamar dan menyimpan uangnya.
Imam : ‘ Waaah …Prenthol bagi-bagi rejeki aku njalok ah…eh maaf lahir batin sik yo….” Kedua tangan Imam menyalami Prenthol dan Wartinah…, Wartinah memberikan uang berupa dua puluhan ribu sebanyak dua lembar dan diterima Imam RT dengan senang hati : ” Matur nuwun…duwite masih baru…lumayan bisa untuk beli bensin dan es maremnya mas Pengat sing lares banget tur mantep tenan ” lanjutnya Mat Rondi masuk ke dalam mau membuka amplopnya dari Prenthol dan ternyata berisikan uang Satu Juta Lima Ratus Ribu Rupiah sama yang diberikan untuk Mamaknya yang langsung memeluk anaknya Prenthol sambil berkata : ” Matur nuwun anakku, bisa tak belikan cempe / anak kambing ” . Mat Rondi amat senang dengan kehadiran anaknya Prenthol dia mengundang Imam sekali lagi dan memesan cempe dua ekor yang akan dibawanya ke rumah Mat Rondi sambil membawa makanannya berupa rumput satu bagor .
Imam kembali membawakan cempe yang sudah dipesan Mat Rondi, Prenthol senang sekali melihat mamak dan bapaknya bisa membeli cempe dan berharap bisa menambah anaknya .
Mat Rondi : ” Semoga bisa mbandil jadi kambing yang barokah….” “AAmiin”, sahut Sarju .
Romlah lari menemui Prenthol dan meminta maaf : ” Maaf Lahir dan Batin kang Prenthol…yen ada salah minta maaf juga yu Wartinah matur nuwun lo amplopnya ….” sambil memamerkan amplop pada Mat Rondi dan Mak-e . Wartinah tersenyum saja melihat Romlah yang dulu bakal calonnya Prenthol tapi tak jadi karena Romlah dibawa orang tuanya ke Garut dan di nikahkan disana.
Prenthol : ” Mana suamimu kang Asep , Rom ….? ”
Romlah : ” Dia sudah pulang ke Garut karena adiknya menikah , dan nanti akan kembali menjemput aku….kok tahu kang Asep dari mana….? ”
Prenthol : ” Siapa lagi kalau tak dari Mak-e….”
Romlah : ” Owh…ya…anakku sudah lima…, kamu berapa Thol…? ”
Prenthol : ” Aku dua…perempuan dan laki anakku…” Wartinah mendengarkan saja percakapan mereka meskipun ada sedikit rasa jengkel kenapa kok Romlah mendatanginya tapi Wartinah menerima pertemuan antara Romlah dan Sarju suaminya toh Sarju amat menyayangi Wartinah dan mereka semua sudah dikaruniai anak .
Romlah memegang tangan Wartinah dan sekali lagi meminta maaf karena telah menemui suaminya yang hanya ingin mengetahui kabarnya saja, Wartinah menyambut dengan senang hati dan perasaan lega karena Romlah faham akan kekeliruannya . Sarju merasa bertemu dengan Romlah merupakan nostalgia karena sebelum dia berangkat ke Semarang masih berpacaran dengan Romlah cinta monyetan begitu katanya karena saat itu Sarju akan sekolah di semarang ikut Leknya yang sudah meninggal ketika kelas dua SMP dan Sarju malah sering mbolos…Sarju yang sadar dan mulai tekun sejak berkenalan dengan Kimli dan sering main bareng serta mengaji bersama . Sarjupun berkenalan dengan Wartinah yang anak penjual bubur kacang hijau di Krobokan yang bertetangga dengan Kimli . Sarju yang hanya tamat SMP mencoba menjadi kenek angkot dan belajar mengemudi yang akhirnya Sarju berkenalan dengan pegawai Dinsos dan diajak kerja bersama. Wartinah selalu mendukung Sarju yang selalu membantu pak Jaeni penjual bubur kacang hijau sepulang kerja di Dinsos yang masih honor waktu itu. Pak Jaeni yang hanya memiliki seorang anak wanita merasa sakit-sakitan dan menginginkan Sarju yang saat itu wajahnya masih baik tidak berjerawat mau menikahi Wartinah anaknya dan tinggal di rumahnya, Sarju yang sudah tak memiliki keluarga di Semarang akhirnya mau menerima Wartinah yang masih duduk di SMA kelas dua.
Mat Rondi yang mendengar anaknya sudah menikah datang ke Semarang mencari Sarju tapi tak ketemu karena rumah yang dulu ditempati Leknya Sarju cuman kontrak. Mat Rondi akhirnya tidur di Mushola dan bertemu dengan Sarju yang saling bertangisan karena saling melepas rindu. Wartinah diperkenalkan pada Mat Rondi orang tua Sarju namun sayang kedua orang tua Wartinah sudah meninggal dan ditempati Sarju dan Wartinah sampai sekarang dan memiliki dua orang anak.
Imam : ” Hayo….. napa nglamon…..? ” Sarju agak kaget dan merangkul Wartinah istrinya di depan Romlah yang segera mohon diri karena ada keperluan lainnya.
Romlah : ” Pamit dulu ya semuanya….karena hari jelang sore dan mau bersih-bersih dulu….”
Wartinah : ” Monggo Yu Romlah ….salam buat suami dan anak-anakmu ya…..”
Sarju hanya tersenyum dan membiarkan Wartinah mengantar keluar rumah serta bercanda, mereka seperti kakak adik entah yang besar siapa dan yang kecil siapa karena hanya berkenalan sebentar saja di rumah Mat Rondi bapaknya Sarju.