Di kantor Sarju amat sedih karena air tak bisa keluar padahal dia mau buang air kecil , ternyata air tak mati di kantor sebelah dan Sarju nunut sementara buang air disana. Sarju menunggu pak Min yang mengurus pengairan ternyata saluran sedang diperbaiki oleh pak Min pagi ini dan Sarju membantunya , padahal Amir mengajak sarapan bareng di yu Jatmi penjual sarapan disamping kantornya dan uangnya lagi krisis diminta istrinya semua.
Amir : ” Thol kamu mau ke mana? “
Sarju : ” Mau bantu pak Min memperbaiki pompa air , ayo ikut bantu biar lekas kelar ”
Amir : ” Aku disuruh bos mencarimu katanya akan pergi ke kecamatan Semarang Timur, barusan kamu dicarinya tapi aku bilang kalau kamu mbantu pak Min ”
Sarju : ” Laaah aku kena marah sama si bos nanti. …”
Sarju buru-buru pamit sama pak Min kalau dipanggil bos, dan bilang kalau ada Amir yang bantu, Amir bingung karena ia mau sarapan dulu sebab istrinya belum masak. Rupanya pak Min tahu kalau Amir ada keperluan lain dan mempersilahkan Amir sarapan dulu.
Pak Min : ” Sana sarapan dulu mumpung bu Yuyun bikin mie kuah ”
Amir : ” Asiik . ..tak tinggal dulu pak ”
Amir berangkat menuju dapur tapi bu Yuyun tak ada ditempat malah melihat Sarju mencuci piring tanda selesai sarapan
Amir : ” Lo kamu kok malah sarapan to Thol…!”
Sarju : ” Iya…la disuruh sarapan dulu ya manut sajalah….”
Amir : ” Waaah perutmu kenyang …aku masih kroncongan …bu Yuyun kemana Ju…?”
Sarju : ” Lagi antar sneck ke pimpinan la itu dia datang…..” Amir merayu bu Yuyun agar dibuatkan mie kuah.
Bu Yuyun : ” Mesti ketinggalan sendiri …semuanya dah sarapan kamu malah ngobrol kesana kesini , pak Min saja sudah sarapan kok kamu belum…jatah mie hanya untuk tamu yang belum sarapan…la kamu…apa tamu….?!”
Amir : ” Walah malah diomeli …luwe ki…?!” Perut Amir berontak dan bunyi tanda laper, bu Yuyun tak tega dan membuatkan sarapan buat Amir. Sarju dipanggil segera berangkat dan meninggalkan Amir dan bu Yuyun.
Di kantor kecamatan dr. Rini berbincang amat serius sedangkan Sarju bertemu dengan tetangganya
Kimli : ” Woi Sarju kamu sudah terima Bantuan Non Tunai berupa beras 50 kilogram dari keluarga sejahtera belum yang diambil ditoko Kenari kemarin ?”
Sarju : ” Sudah kemarin, istriku yang ambil…maklum ibu-ibu paling lebar telinganya kalau soal batuan dari BNI itu kan…”
Kimli : ” Iya, satu dos mienya dan gula pasir 5 kilo serta telur 3 kilo dan dapat bantuan dari pemerintah uang tunai 600.000 ”
Sarju : ” Aku yang 600.000 belum, mungkin juga dah diambil Wartinah karena tadi pagi tak antar ke kantor pos, mungkin itu mau ambil uang… terima kasih pak Jokowi semoga tetap menjadi presiden kita ”
Kimli : ” Aamiin , sukurlah kalau dah diambil ”
dr Rini meminta data Semarang Timur yang tak memiliki BPJS karena suatu hal
dr.Rini : ” Kira-kira ini apa masalahmya ya bu..?”
Bu Nurul : ” Pindah tempat tinggal, keluar Jawa mungkin mereka bingung karena KTP seumur hidup khawatir kalau pindah KK nanti tak jadi-jadi , dan efeknya tak memiliki KTP dan bantuan mereka jadi tak tersalurkan “.
dr.Rini : ” Kasihan…. semoga mereka sehat terus dan Allah memberikan rezeki yang cukup, yah ..masyarakat memiliki permasalahan kependudukan yang berlainan , semoga pemerintah bisa mencari solusi buat mereka yang bermasalah dan bisa membantunya karena masih warga negaranya ibu lo….?!”
Bu Nurul : ” Ya… saya siap membantu..dokter “.
Dokter Rini pulang sambil membawa berkas dan dimasukkan dalam stop map kertas warna coklat, Bu Nurul mengajak ke bagian logistik untuk menghitung persediaan bahan baku ditemani bu Ambar yang bertanggung jawab logistik. Sarju bersama Kimli melihat-lihat data orang tak mampu di sana.
Sarju : ” Wah tempatmu yo banyak yang trima bantuan, kira-kira bu dokter apa bu Camat dapat bantuan gak ya…?”
Kimli : ” Saya gak tahu apa bu dokter maupun bu camat termasuk warga tak mampu..? Kamu kok aneh sekali pertanyaanya..mereka itu petugas..thol..thol prenthol.!”
Sarju : ” La namanya ‘gak tahu….yo tanya…aku kan pegawai honorer …”
Kimli : ” Wis kasep belajarmu …alias telat makanya anakmu suruh belajar yang pinter, jangan berani sama orang tua dan lakukan perintah agama ”
Sarju : ” Padahal aku dulu anak yang baik penurut sama guru juga orang tua tapi kok tetep saja bodoh…ya…”
Kumli : ” Dulu kamu sering mbolos sekolah…aku yang lihat sendiri terus kamu mumpet dan malah ketahuan pak guru dan kamu di setrap ”
Sarju : ” Iya..ya..aku dipaksa Bambang dan di ancam ”
Kimli : ” Ya itu bodoh kamu… tak mau menentang kalau itu salah…coba kalau tidak kamu sudah SMA seperti aku…SMA saja gajinya ngepres karena bapak orang tak mampu , kerja sebagai sopir angkot kadang menjadi kenek angkot juga tapi bersyukur saja sama Tuhan kita kerja terus dan diperhatikan”.
Sarju : ” Ya Kim posisi kita sama cuma aku SMP dan kamu SMA…tapi gaji pokok berbeda”
Karena sudah tengah hari bu dokter pulang ke kantor bersama Sarju sedangkan Kimli dengan bu camat keluar dengan tugas-tugasnya. Dijalan terjadi kemacetan karena ada kecelakaan seorang pedagang buah jeruk tersenggol sepeda motor yang menyalip . Pedagang buah itu menggunakan sepeda , Sarju meminta ijin bu dokter untuk mambantunya dan mobil brenti ke kiri. Sarju memasukan jeruk-jeruk ke ronbongnya , dokter Rini membawa orang itu ke emperan toko dan memeriksanya. Ternyata pedagang itu baik-baik saja dan cuma lecet-lecetsaja dan dokter Rini memberikan obat. Pak sepeda motor tersebut menunggui sampai pedagang tenang dan meminta maaf karena tak sengaja dan melihat Sarju memunguti buah jeruk hatinya menjadi iba. Pak sepeda motor memberikan uang pada Sarju dan korban. Sarju heran karena ia bukan korbannya.
Sarju : ” Mas itu pemiliknya bukan saya…..”
Pengemudi motor : ” ‘Gak papa saya kasihan saja sama bapak…dan mau memunguti buah jeruk tanpa pamrih “.
Sarju : ” Tapi ini besar sekali jumlahnya “, pada Sarju penjual jeruk itu mengucapkan terima kasih karena menyelamatkan buah jeruknya
pengemudi motor : ” Terima kasih sudah mengumpulkan jeruk-jeruk yang tercecer di jalan “. Sarju tersenyum saja.
Pedagang : ” Oh ya ini buah jeruk untuk bapak ” Sarju bingung ia di kasih buah jeruk sama pedagang jeruk tersebut satu kresek besar, lalu pedagang itu masuk kampung dan menjajakan jeruknya . Sarju menjinjing buah jeruk lalu masuk kedalam mobilnya dan melanjutkan perjalanan menuju kantornya di dinas sosial.
dr. Rini : ” Loh kamu kok membawa buah jeruk….”
Sarju : ” Diberi sama penjual buah jeruk tersebut kok dok..”
dr.Rini : ” Kok bisa….?!”
Sarju : ” Gak tahu dok ..mungkin ini rejeki anak soleh dok…” sambil tertawa dan menstater mobilnya”.
dr.Rini diam lalu bertanya : ” Sepertinya kamu dikasih uang ”
Sarju : ” Iya..ini dok ” Uang tersebut masih diuntel-untel Sarju persis pada waktu diterimanya.
dr.Rini : ” Kok banyak…belum kamu hitung berapa jumlahnya..? ”
Sarju : ” Saya takut dok …ndak ada saksinya…jadi belum saya hitung ”
dr.Rini : ” Dah dihitung ….ada saksinya nih…aku dah lihat..”
Sarju : ” 320.000 banyak banget…nanti Amir akan aku kasih uang dan duwitnya…”
dr.Rini : ” Kok malah mikirin Amir…kan dia pelit sama kamu…”
Sarju : ” Gak apa dok dia tak punya uang tadi belum sarapan…”
dr.Rini : ” Kesenengan dia …tapi ya terserah kamu Thol, karena berbagi itu baik”
Sarju sampai di kantornya dan mencucinya lalu membagikan buah jeruknya, Ia mengambil 4 buah untuk keluarganya yang masih dirumah. dr.Rini pulang dijemput suaminya pak Heru Catur Pambudi yang diberi Sarju 4 buah. Amir menangis diberi uang Sarju
Amir : ” Terima kasih ya Thol …kamu memang baik dan aku minta maaf jika ada salah padamu ”
Sarju : ” Sudahlah….cuma 100.000 saja kok dan ini untuk Wartinah istriku dan 20.000 untuk aku ”
Sarju dan Amir berpelukan dan mereka segera pulang karna kantor mau tutup.