Siang ini amat panas Prenthol menyetater sepeda motornya karena hendak pulang, disebelah Selatan mendung menggantung sepertinya daerah Ungaran hujan begitu fikirnya tetapi sampai di jembatan Banjir Kanal Barat terdengar suara sirine. ” Waaah …. blaik ada kebakaran dan Sarju masih memandang ke arah blangwir yang keluar tiga mobil dia heran tak ada kebakaran dan asap tak ada . Sarju mencari-cari asap yang mengepul tapi dia hanya memandang keheranan saja pada semua orang yang kebingungan. Ternyata suara sirine itu hanya simulasi kebakaran saja yang diadakan di balai kota jelang musim panas yang eksterm karena sering terjadi panas terik tetapi hujan turun dan ketika hujan turun tiba-tiba saja panas hadir menyengat. Kebiasaan alam yang kurang bersahabat sudah menjadi langganan kota Semarang dan Kabupatennya .
Sarju segera sampai rumah kawatir hujan segera turun . Sampai rumah langsung mencuci sepeda motornya siapa tahu hujan turun karena panasnya menyengat. Bu Rindu dadakan tak mengirim rotinya karena badannya mriyang , Wartinah membersihkan tempat jualannya yang kosong, dan banyak yang kecelek mengira sudah buka tetapi malah tak jualan.
Pelanggan : ” Kira-kira sampai kapan juragannya libur…? ”
Wartinah : ” Kurang tahu mas…..kemarin soalnya kehujanan….kok sekarang tiba-tiba libur ”
Pelanggan : ” Masak bos kok kehujanan…..? ”
Wartinah : ” Yo kita tak tahu ya……namanya kehujanan tak terduga kejadiannya…mungkin keluar mall langsung breees….kan bisa saja…” . Tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkan telinga….dentuman keras terjadi di sebelah timur rumah Sarju…yang ternyata ada kereta menabrak truk di jembatan penyeberangan, untung saja tak ada korban karena truk trailer tiba-tiba saja macet di tengah jalan dan sudah dilaporkan kepada pihak yang bersangkutan. Pelanggan tersebut berlari ke arah jembatan kereta api dan ingin menyaksikan kejadian tersebut. Sarju yang pergi bersama Parjo anaknya habis solat magrib sudah berada ditepi jalan menyaksikan kecelakaan tersebut pas disaat kereta api Berantas melintas dan *duar…* dentuman tak bisa di elakkan . Parjo takut sekali melihat kobaran api dari truk trailer yang kosongan tanpa membawa kontainer yang mogok melintang di tengah jalan kereta api dan Sarju yang hendak membeli mendoan untuk persiapan lek-lekan berhenti menyaksikan trailer yang mogok tiba-tiba tersebut karena bertujuan untuk membantu truk yang tiba-tiba mogok di tengah jalan .
Parjo : ” Waaah blaik pak …blaik pak ada kereta yang mau lewat…lari pak …Jojok takut, dan Sarjupun mundur sampai lima puluh meter karena juga ingin mengetahui apakah kereta bisa mengerem mendadak. Ternyata kereta api Brantas menerjang truk kosongan tersebut dan meledak di jembatan kereta api jalan Madukoro Raya
Sarju ngewel melihat kejadian tersebut dan segera pulang karena Parjo takut sekali melihat kejadian tersebut. Wartinah yang sedang mempersiapkan makanan untuk lek-lek an karena malam itu malam satu Suro yang biasa dilakukan masyarakat dengan tirakatan lek-lekan atau melek sampai larut malam. Parjo berteriak memangil ibuknya…karena Jojok menjerit histeris dan menangis kenceng sekali.
Wartinah : ” Sudah dibilang kalau maghrib itu jangan kluyuran kemana-mana, nah…..ternyata melihat truk tronton / trailer tersruduk kereta api….” Wartinah memberikan segelas air putih untuk Parjo dan suaminya . Ternyata Kimli dan anaknya sudah kembali dari melihat kejadian tersebut dan terlihat Sarju mundur dan mengikutinya . Kimlipun dadanya berdebar karena melihat kejadian tersebut karena Ia mau membeli kue untuk lek- lekan karena Wartinah tak jualan roti saat itu. Kimli meminta air minum pada Wartinah untuk Rahmad dan dirinya sekalian ngobrol sama Sarju.
Badan Sarju yang dingin karena kejadian tersebut saling berpegangan Kimli duduk di kursi panjang sambil kakinya di selonjorkan dan bernafas setelah meminum air putih tersebut.
Sarju : ” Aku tak mengira akan kaget seperti ini…aku sebenarnya mau membantu pak sopir truk trailer tersebut tapi sudah terdengar bunyi kereta mau lewat….ya aku cabut sama Parjo mundur karena khawatir saja kalau terjadi apa-apa terhadap kereta maupun truk trailer tersebut….kalau kamu kenapa Kim…? ”
Kimli : ” Aku juga disuruh beli roti pisang karena istrimu gak jualan…pas aku denger suara yang keras tumbukan antara ruk dan kereta ..sekalian nonton saja….”
Sarju : ” Owh jadi mau nonton saja tooo…..? ”
Kimli : ” Aku kan sohibmu..ingin membantumu…..agar tirakatan nanti berjalan lancar….”
Sarju dan Kimli membantu menggelar tikar dan mempersiapkan tradisi suronan , lalu memasang lampu agar terang sedangkang ibu-ibu pada kumpul membawa makanan serta minuman untuk membantu bapak -bapak yang akan lek-lekan, mereka rata-rata membicarakan kecelakaan kereta api Brantas yang menerjang truk trailer dan menyeretnya hingga sampai ketengah jembatan .
Kobaran api tak membuat masinis takut dia mencoba menaiki jembatan agar bisa keluar dai kobaran api tersebut, Jojo mendengarkan cerita pak RT dan Jojo ikut menangis…Wartinah mengajak masuk tetapi Jojo tak mau karena bapaknya masih berada di acara tirakatan . Akhirnya pak RT sadar dan menghentikan ceritanya, lalu memberikan ceramah tentang kemerdekaan karena jelang hari Kemerdekaan 17 Agustus dan membicarakan masalah lomba yang akan diadakan di RTnya.
Malam semakin larut dan acaranya sudah selesai tapi masih ada para pemuda yang memakai sarung sambil meronda dan meminum kopi yang masih ada. Sarju keluar rumah dan melihat ke arah tirakatan yang sudah mulai sepi dan tinggal beberapa yang bermain karambol, Sarju mendekatinya dan mencoba ikut main karambol meskipun tak secekatan yang lainnya. Wartinah memanggil suaminya karena Parjo terbangun dan mencari bapaknya. Sarju meminta maaf karena tak bisa menemaninya lebih lama karena anaknya terbangun dan masih trauma atas kejadian kecelakaan kereta api Brantas. Rupanya mereka sudah pada ngantuk, dan segera melipat tikar mengembalikan ke rumah pak Kimli sebagai sebagai pemegang inventaris RT.
Pagi hari para remaja mencuci taikar yang kotor serta membersihkan jalan agar dilalui pejalan kaki maupun kendaraan terasa enak dipandang mata dengan suasana bersih serta membelanjakan beberapa persiapan keperluan lomba theklek tandem dipersiapkan untuk para remaja. Kejadian kereta Brantas sudah tidah dibicarakan lagi dan mereka fokus menuju persiapan lomba menyambut Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 yang sudah direncanakan seluruh rakyat Indonesia.
Sarju masih mengantuk dan memeluk Parjo si kecil sedangkan kakaknya sudah berangkat ke sekolah untuk melakukan upacara 17Agustus disekolahnya . Wartinah mencuci pakaian serta membuatkan susu untuk Parjo. Bu Rindu datang dan membawa roti serta meminta maaf kemarin karena dia terkena flu dan batuk makanya kemarin diliburkan sehari.
Wartinah : ” Waaah kemarin banyak yang memesan roti tapi bu Rindu malah libur…padahal untuk tirakatan semalem..?! ”
Bu Rindu : ” Ya ..tak apa biar rezekinya untuk mereka…dan aku dikasih sakit….suaraku parau…maaf ya ….” Bu Rindu bergetar suaranya serak makanya segera pulang dan Harni memberikan laporannya serta memberikan uangnya. Bu Rindu percaya dan tak memeriksanya dan langsung dimasukkan kresek yang akan dihitung dirumah. sepulangnya bu Rindu hujan turun deras sekali untung pakaian belum dijemur diluar sedangkan sang kalkun berada di kandang dan memakan jagung serta dedak plus nasi sisa kemarin yang di campur jadi sati oleh Harni tadi sebelum berangkat sekolah.
Sarju libur dan mbangkong di kasur sambil ngeloni Jojo, Wartinah membuatkan teh hangat karena keburu dingin maka Sarju dibangunkan.
Sarju : ” Harni sudah berangkat sekolah…..? ”
Wartinah : ” Ya sudah to pak…..bahkan sebentar lagi pulang dia….”
Sarju : ” Lho ini jam berapa sekarang ….? ”
Wartinah : ” Sudah hampir jam 12 siang…..” Rupanya Sarju terlalu capek sampai kesiangan karena lek-lekan semalam , dan dia segera mandi untuk sarapan disiang hari . Wartinah menemani suaminya dan ikut sarapan lagi karena hanya menemani suaminya saja .