Sarju sepulang kerja badannya terasa capek , pak Marjuki rumah pojokan gang melihat laju sepeda Sarju kelihatannya gontai menyapanya.
Marjuki : ” Pak Sarjuu……hoi….” Sarju yang mendengarnya langsung berhenti.
Sarju : ” Pak Marjuki…inggih pripuun…..? ” Sarju mematikan sepeda motornya untuk mendengarkan apa yang akan di bicarakannya .
Marjuki : ” Kok pak Sarju kelihatan pucat kenapa….? ” Sarju kaget tumbenan pak Marjuki perhatian seperti itu…
Sarju : ” Oh….mungkin saya kecapaian pak…..” Pak Marjuki menasihati agar Sarju beristirahat kalau sampai di rumah nanti. Sarju mengucapkan terima kasih karena telah diingatkan dan sesampai dirumah Sarju meminta minum dan memberikan obat untuk istrinya dari Dinsos kantornya.
Sarju : ” Kamu tadi diperiksa dokter Gunarto katanya tensimu tinggi….ini obatnya katanya segera diminum ”
Wartinah : ” Iya pak….pusing ini kepala…….mana ibuk minum…tapi bapak kok pucat…bapak segera tidur…” Sarju segera cuci kaki dan membersihkan badannya lalu memakan roti pisangsepotong untuk membantu obatnya agar bisa bekerja secara maksimal dan agar perutnya tak sakit karena efek minum obat jika perut kosong.
Sarju : ” Kamu itu yang sakit…kok malah melayani aku…piye to bu….? ”
Wartinah : ” Sudah….kamu yang lebih penting…..karena pucat kalau obat tensi diminumnya nanti malam tak apa….”
Sarju : ” Memang dokter Gunarto bilang begitu pada ibu…? ”
Wartinah : ” Iya to pak , kan ibu yang sakit…dan bapak yang mengambilkan obat…ibu sudah istirahat dan tidur …sekarang gantian bapak yang istirahat ya…”
Sarju : ” Kepalaku ikutan pusing buuu…aku istirahat sebentar ya…..?” Sarju hanya leyeh-leyeh di kursi karena yang akhirnya tertidur. Wartinah menyelimuti Sarju biar tidur nyenyak. Jelang maghrib Sarju bangun tapi badannya tetep gontai. Hape Sarju berdering dari dokter Maya dan terpaksa diangkat Wartinah yang dibantu Harni si sulungnya
Wartinah : ” Selamat sore dokter…ini bapake sakit….kepalanya pusing katanya….”
dr. Maya : ” Lho tadi yang sakit kan bu Sarju to….kenapa pak Sarju ikutan sakit….? ”
Wartinah : ” Iya dok tadi saya yang sakit….tapi bapake sekarang ikut sakit….”
dr. Maya : ” Ya sudah…saya tak ke rumah memeriksa Sarju sekarang….”
Wartinah : ” Inggih dokter terima kasih…maaf merepotkan ”
dr Maya : ” Gak apa bu…pak Sarju orangnya juga ringan tangan …” Sarju disuruh pindah ke kamar dalam , Sarju sempoyongan menuju kamar dan di pegangi Harni, Parjo malah menangis melihat bapaknya dituntun kakanya Harni .
Jojo : ” Pak….bapak kenapa……? ”
Wartinah : ” Bapak sakit…nanti dokter ke sini memeriksa bapak….” Sarju kebelakang hendak buang air besar karena perutnya sakit sekali, dan badannya mulai panas
Jojo : ” Jojo ke masjid lagi mendoakan bapak dan ibuk agar segera sembuh ” Jojok dan Harni segera berangkat ke masjid untuk melakukan shollat maghrib dan mendoakan kedua orang tuanya . Dalam berdoa Jojok menangis begitu juga Harni….Pak Marjuki yang memperhatikannya bertanya,
Marjuki : ” Kenapa Jok……? ” sambil mengelus punggung Parjo yang tersengal-sengal.
Jojo : ” Bapak sakit……hu…hu..hu…” Pak Marjuki memeluk Jojo supaya bersabar dan meminta jemaah masjid memberikan doa agar Sarju segera sembuh. Sampai rumah Harni melihat bapaknya dan memijid-pijid kakinya. Sarju yang tidur terasa nyaman karena kakinya dipijit Jojo dan Harni. Pak Marjuki datang ke rumah pak Kimli, dia tercengang ternyata istri pakKimli sedang sakit tapi belum dibawa ke dokter. Bu Maya yang barusan sampai di rumah Sarju segera mengobati…ternyata Sarju terkena gejala typus dan mendapat cuti agar beristirahat di rumah.
dr. Maya : ” Pak Sarju jangan makan yang pedas-pedas dan kecut-kecut , saat ini makanannya harus bubur karena pencernaannya terganggu ”
Wartinah : ” Tu pak jangan makan sambel dulu….kasih tahu ngeyel….soalnya kalau makan tak pakai sambel katanya kurang nikmat kok dok…”
dr.Maya : ” Bu sampeyan besok ke kantor menyerahkan kepada bu dokter Rini untuk memberikan surat cuti…ups…bu Sarju juga sakit ya..kalau begitu saya bawa saja surat izinnya biar saya serahkan ke dokter Rini…saya pulang dulu pak Sarju, istirahat yang benar ya….” Dokter Maya sebelum keluar di cegat pak Marjuki agar memeriksa kesehatan bu Kimli
Marjuki : ” Maaf dokter…tolong periksa kesehatan bu Kimli….dia sedang sakit dan belum periksa dokter….”
Terpaksa dokter Maya menerima permintaan pak Marjuki dan pamit pada Sarju dan istrinya.
dr.Maya : ” Waaahh badannya panas sekali…seperti pak Sarju…dan sering ke belakang ya….rasa mau muntah…mual begitu….? ”
Kimli : ” Iya dok….sudah muntah beberapa kali…dan kebelakang terus….”
dr. Maya : ” Tapi ini bu Kimli harus periksa laborat karena untuk mengetahui lebih pasti penyakitnya dan ini saya kasih resep segera di tebus ya…karena obat saya sudah habis dan harus beli ke apotik terdekat juga dibuatkan oralit karena ibu Kimli lemas sekali. Kimli membuatkan oralit kemudian pergi ke apotik Siliwangi untuk menebus obat.
Harni membuat sarapan nasi goreng karena Wartinah masih istirahat dengan tensi tinggi. Harni menelepon bu Rindu kalau ibuknya sedang sakit dan belum bisa bekerja.
Bu Rindu : ” Jadi ibuk sakit tekanan darah tinggi dan bapak sakit tipes ya….? ”
Harni : ” Ya gak papa ibu tetep ke rumah untuk memastikan keadaannya….” .
Bu Rindu datang ke rumah untuk menengok Sarju dan keluarga dia datang jam tiga sore karena Harni sampai ke rumah sekitar siang hari jam 13.30. Parjo berada di kamar menemani mereka , Harni yang baru pulang sekolah membersihkan lantai dan menghitung roti yang masih tersisa.
Bu Rindu : ” Waaaah kamu rajin sekali Harni…bapak ibuk ada di mana….? ” Harni mengantarkan bu Rindu ke kamar di susul sopirnya membawakan makanan puding untuk Sarju dan Wartinah.
Wartinah : ” Bu Rindu…maaf ya…saya belum bisa bekerja dan ini surt istirahat saya dari Dinsos ” Bu Rindu membacanya.
Bu Rindu : ” Gak apa buk….jangan banyak fikiran ya…..santai saja kalau capek ya istirahat jangan jualan dulu…”
Wartinah : ” Yang urusi jualannya Harni kok buk….saya istirahat saja…tapi pulangnya siangan dia…ya jam-jam seperti ini….
Harni menunggu bu Rindu untuk menyerahkan uangnya.
Bu Rindu : ” Besok jamnya saya ganti saja menunggu Harni pulang sekolah…bagaimana…”
Wartinah : ” Kalau bu Rindu tak repot ya tak apa bu biar Harni yang urus saat ini….”
Bu Rindu : ” Baiklah buk….hari ini libur dulu…”
Harni : ” Buk… hari ini banyak pesanan dari sekolah -sekolah SMP banyak sekali dan saya sudah janji pada mereka kalau besok bisa diambil …kebetulan besok saya libur…”
Bu Rindu : ” Tapi besok akan dianter rotinya sore hari bagaimana agar sekolah kamu tidak terganggu…”
Harni : ” Iya buk….boleh…saya bisa membantu ibuk dan bapak dulu..terima kasih buk…” Harni menyerahkan keuangan dan catatannya kepada bu Rindu dan menyuruh sopir memberikan roti yang baru dan hangat . Kebetulan roti sudah habis.
*******************
Bu Kimli ternyata harus opname di rumah sakit karena serangan tifus, badannya di infus karena kekurangan cairan . Sarju melihat dari jauh karena dia juga sakit, dan makan bubur yang beli di bu Risma serta menyemil roti jualannya biar tambah kuat.
Sarju : ” Sakit itu tidak enak…tak bisa kemana-mana…semoga aku lekas sembuh ”
Wartinah : ” Kok ya kita sakit bersamaan ya pak…kasian Harni…dia menekel semua pekerjaan rumah dan sekolah..semoga anak-anakku sehat selalu ya Allah….”
Wartinah melihat Parjo pulang sekolah dan meletakkan di meja di tempat belajarnya, yang biasanya di lemparkan saja di kasur…karena tahu kasurnya dipakai bapak dan ibuknya yang sedang sakit. Parjo membersihkan kaki dan tangannya alu mencium bapak dan ibuknya dan tidur di tengah-tengahnya. Parjo menangis memeluk bapak dan ibuknya..
Parjo : ” Pak…buk…jangan mati ya…nanti Jojodan mbak Harni sama siapa…. ? ” Wartinah iba mendengar Jojo berkata demikian dan dia memeluk Parjo lalu menciuminya. Parjo tertegun melihat ibuknya memeluknya maka Parjo membalas memeluknya.
Wartinah : ” Ibu sudah baik keadaannya…Jojo jangan sedih ya….” Parjo memeluknya semakin erat dan bahagia sekali.