Malam ini hujan deras Sarju ketar-ketir karena atap rumahnya ada yang bolong, untung sudah diperbaiki jelang musim hujan bersama Kimli sahabatnya yang sering memarahinya karena memang Sarju orangnya antik dan selalu mengalah.
Sarju : ” Kok kamu bisa mengatakan aku antik itu apa dasarnya…?”
Kimli : ” Kamu itu terlalu polos…., lugu…, sehingga mudah di gombali..diapusi ( ditipu ) meski dah tua dan beranak istri…”
Sarju : ” Aku rasa biasa saja kok tidak antik, emangnya barang kuno..” Kimli tertawa mendengar jawaban Sarju.
Kimli : ” Kamu itu memang nganeh-anehi…dak aku tak pulang mau nganter istri belanja di pasar.
Sarju : ” Yo…sing ati-ati ya…?!”Atap yang diperbaiki ternyata aman dari hujan, sehingga Harni bisa belajar dan tak mendengar bunyi tang ting tang ting dari suara baskom sebagai tempat menadah hujan karena atap yang bocor.
Harni sedang menjalani ujian dia belajar amat tekun dan menjalankan ibadah sholat bareng Sarju bapaknya, paginya sebelum berangkat Ia membaca ulang nebfingat kembali apa yang akan dikerjakan nanti. Sarju amat prihatin dan melakukan puasa sunnah Senin kamis dan memita pada Tuhannya supaya anaknya diberikan kelancaran dan ketenangan menghadapi ujian.
Parjo dilarang Sarju berteriak-teriak agar tak mengganggu kakaknya belajar.
Wartinah : ” Jangan ganggu kakakmu…dia lagi belajar ”
Parjo : ” Jo jo cuma ngasih permen saja kok…jojo besok jadi sekolah kan buk…? ”
Wartinah : ” Iya ..jadi…tapi jangan ganggu kak Harni ya…?!”
Parjo : ” Ya buk…”
Sarju percaya anaknya pasti lulus karena setiap hari belajar tak seperti dirinya dulu yang malas belajar dan bekerja membantu bapaknya dengan menjadi pendorong gerobag material yang mengangkut pasir serta batu bata. Sarju yang kecapekan rasanya mengantuk dan malas belajar serta mbolos sekolah bersama Bambang untuk tidur di pos ronda yang tak ada penjaganya. Bila teringat itu hatinya tersiksa dan tak menyalahkan Kimli bila selalu mengingatkannya bahkan sampai sekarang.
Eliz : ” Thol ..anakmu kan ujian hari ini…rencaba masuk sekolah mana…?”
Sarju : ” Cari SMP Negeri yang dekat rumah saja …yang tak ngeluarkan banyak ongkos ”
Eliz : ” Anakku Eka sudah diterima di SMP Dominico ”
Sarju : ” Walaaahh, aku ‘gak kuat bayar sekolah swasta bisa makan apa nanti..mana Parjo masuk TK kecil lagi..”
Eliz : ” Makanya ‘gak usah ‘gembrik..buat makan saja sulit…”
Sarju : ” Gembrik siapa.?…..gembrik kamu…! mana tahan..!? mbok kamu jangan bicara seperti itu kedengaran orang bisa pamali…”
Eliz : ” Pamali..ha..ha..ha..tahu pamali dari mana…?…dasar bokek..”
Sarju : ” Coba kamu laki-laki sudah tak cek ingkel-ingkel ” Eliz melarikan diri meminta perlindungan Sukarmi dan ngumpet di punggungnya. Karmi dengan bertolak pinggang menghardik Sarju yang lari ngos-ngosan.
Karmi : ” Ayooo sini kalau mau cekingkel-ingkel sama aku saja..” Sarju brenti dan berkata,: ” Waduuuh kok malah lapor Dorsosono…gak jadi agh…” begitu gumannya dalam hati.
Sarju : Ogah aahhh… Pathakwarak gitu bisa ambyar konsentrasiku…” jawab Sarju.
Karmi : ” Piye…’dak brani…kiriku celurit kananku pistol…”
Sarju : ” Pilih tengah saja malah mak blugudus…” sambil berlari dikerumunan Amir dan lainnya. Karmi membawa ember mau menyiram Prenthol yang tertawa-tawa kegelian tapi terhalang Amir ..akhirnya Amir yang basah kuyub. Sarju dipanggil dokter Rini untuk mengantar ke SMP 34 yang dekat rumah. Sarju amat girang sekalian dia bisa mencari info untuk sekolah anaknya. Karmi terdiam melihat Prenthol mengantar dokter Rini. Amir ngumpet melihat dokter Rini yang keluar kantor bersama Prenthol. Dokter Rini bersama kepala sekolah sedang membicarakan sesuatu dan Prentol mendekati seorang guru untuk mencari info.
Bu Guru Isti memberikan keterangan pada Sarju.
Bu guru Isti : ” O..rumah bapak daerah rayon sini, minta keterangan tak mampu dari kelurahan saja nanti akan saya bantu dan dan fotokopi ijazah terakhir serta syarat yang lain jangan lupa !” Sarju senang mengucapkan beribu terima kasih pada bu Isti. Selesai mengantarkan tugas sarju mununggu mengantar pulang dokter Rini yang kebetulan kedatangan dari Dinas Kesehatan disana Sarju bertemu dokter Purnomo waktu penyuluhan HIV AIDS dan kini berjumpa lagi saat mau mengantar dikter Rini.
dr. Purnomo : ” Pak nanti kerumahku yang di jalan Erlangga karena ada hajatan..bisa kan ?”
Sarju : ” Inggih pak dokter, saya akan sepulang ngantar dokter Rini…”
dr.Purnomo : ” Bagus itu..banyak tugasmu…” Sarju amat senang mendapat perintah dokter Purnomo dan memberikan salam dormat pada dokter Rini yang mendengarnya.
dr. Rini : ” Kamu kok dekat dengan dokter Purnomo…kenal dimana…? ”
Sarju : ” Waktu ngantar dokter ke Rumah Sakit Dokter Kariadi…mengantar penyuluhan ”
dr.Rini : ” OH ya..ya..tapi kamu kan pulang langsung ke kantor…?”
Sarju : ” Iya…saat itu dr Purnomo meminta tolong pada saya untuk mengantarnya pulang karena anaknya kena DB dan saya bersedia…” doter Rini manggut-manggut dan mengatakan kalau Sarju akan dimintai tolong mengantarkan makanan kajatan ke beberapa kenalannya yang tidak bisa datang. Dokter Punnomo yang sekarang sudah menjadi spesialis anak akan sukuran dan kebetulan bertemu kamu, jadi apa salahnya mengajakmu….sambil membantunya ” Sarju bersukur kalau dokter Rini tak marah.
Sarju sudah sampai Erlangga tapi Erlangga berapa ya….dia bingung sendiri karena tak punya hape…untung saja bertemu dokter Purnomo yang baru pulang membeli roti monde lalu menghampirinya.
dr. Purnomo : ” Pak Sarju..masuk gang tengah saja saya didepan rumah ”
Sarju : ” Alhamdulillah….akhirnya sampai juga…”
dr. Purnomo : ” Pakai mobil saja , motornya taruh dalem..” Sarju menghampiri dr Purnomo dan menyalaminya , dr Purnomo mengajak masuk kamarnya dan mengeluarkan pakaiannya sambil berkata , : ” Pakaian segini banyak sudah tak terpakai dari pada saya buang pak Sarju mau’gak membawanya pulang buat lap mungkin …”
Sarju : ” Pakaian bagus-bagus begini buat lap…? jangan dok biar saya bawa saja.
dr.Purnomo : ” Kalau mau bawa pulang sekarang saja pakai mobil saya sekalian keluarga diajak semua ..”
Sarju : ” Semua dokter ?” Sarju agak heran dia bingung maksudnya tapi Sarju menurut saja dan mengambil semua pakaian dan dimasukkan dalam mobil lalu Sarju membawanya pulang.
Wartinah senang sekali karena ada pakaian wanitanya banyak sekali dan nanti ia akan memakainya, Harni cukup memakai celana panjang dan memakainya, waaah dokter kok lengkap bisa memberi pakaian sekeliarga kecuali Parjo dia tak punya terpaksa memakai baju rumahnya.
Parjo : ” Pak Jojo kok gak ada….baju dan celananya hanya muat untuk bapak, ibuk dan kak Harni….”
Sartju : ” Ya sudah… besok kita beli baju baru di pasar bulu….” Parjo kegirangan memakai baju dan celana sekolahnya yang dipandang bagus karena segera berangkat ke dokter Purnomo. Wartinah merasa bingung apa yang dikerjakan disana…? Sarju memakaikan kerudung juga Harni karena hari sudah malam. sampai di Erlangga Sarju disuruh menggelar karpet , sementara Harni dan Wartinah membantu bagian dapur. Ternyata diadakan syukuran dan memanggil ustadaz Abdullah dari Cirebon dan mendengarkan tausiahnya.
Selesai acara Sarju mengantarkan anak istrinya ke rumah sementara mobil berada di rumah Sarju, karena keesokan paginya Sarju bengembalikan mobil dan mengambil motornya lalu langsung ngantor. Ternyata Sarju sudah dipamitkan dokter Purnomo untuk menghadiri wisuda S2 nya dan mengawal keluarga dokter Purnomo. Sore hari acara baru selesai. Sarju beruntung melayani dokter Purnomo SpA sudah mendapat pakaian banyak, makanan, serta uang lelah Sarju bersukur karena banyak yang mengasihinya biarpu prenthol tapi rejeki mantul Aamiin Ya Allah trima kasihku ucapkan Alhamdulillah.