Elisabeth dan Sukarmi pindah dibagian dapur menggantikan bu Yuyun yang sekarang dibagian umum.
Sarju : ” Kamu kok pindah-pindah terus to….bu Yuyun juga …kliatannya kamu penting sekali… ”
Elis : ” La memang penting…kamu makan terus penting gak….”
Sarju : ” Yo penting to ya….bisa matek aku kalau tak makan….”
Elis : ” Makanya manut sama aku, kalau kusuruh belanja harus manut nganter…, mbawakan blanjaan…eh Thol mas Eko suamiku punya sepatu mungkin kamu cukup wong sepatu itu milik adiknya beli kekecilan…mungkin kamu cukup ”
Sarju : ” Ngenyeeek…mosok adik-e pak Eko tak punya sepatu…malah mau pinjam aku….”
Elis : ” Duh…kuping apa wajan sih kuping kamu…kakimu itu sudah pruthul pakai sepatu milik Agus adiknya mas Eko…mau ‘gak….? bener-bener budhek telinganya Prenthol..”
Sarju : ” Iya kakiku memang pruthol kecelakaan 4 tahun lalu ketabrak motor…”
Elis : ” Wis ini sepatu cukup ‘gak dicoba… ” Eiz menurunkan sepatu milik adiknya mas Eko agar di coba Sarju….” Wis dicoba…lok malah toleh kanan kiri…malu ya…kaki kok ya ada sing kayak kamu Thol..Thol ikutan prugel dari jempol sampai jenthik ”
Sarju : ” Itulah nasibku, selalu tertimpa masalah yang bukan urusanku …tapi aku iklas menerima sepatumu, walau sebelah kempes dan sebelah orisinil”
Sarju tak tahu kalau Amir sedari tadi mengawasi Prenthol dan ikut nimbrung
Amir : ” Aku ya mau kok kalau kamu malu mencoba sepatunya si Erly adik mas Eko…”
Sarju : ” Enak saja…akan ku pakai…nih…” Tampak kaos kakinya Sarju yang depan ditekuk lantas Amir memegang jari kakinya Sarju sambil brerkata
” Ju..kakimu belum mbalik lagi…kok masih prugel…..?!” canda Amir
” Mana ada kaki kembali lagi mbalik manak jari-jari…?”seru Sarju.
” Siapa tahu kamu beruntung…dikasih jari-jari lagi…” ,kata Amir
Sukarmi sedang membuat teh hangat untuk dokter-dokter yang sedang meeting bersama karyawan lainnya .
Sukarmi : ” Loh Thol kamu ‘gak ikut meeting kok masih di sini…itu lo dipanggil dokter Maya…”
Prenthol : ” Benere…….aku disuruh menunggu disini karena ada kiriman barang…masak suruh meeting…?!”
Dari ruang belakang nampak bu Mul sedang menuju dapur mencari Sarju.
Bu Mul : ” Ju…itu mobil sudah datang kok malah didiemi…”
Sarju : ” Oh ya maaf buk…yok Mi( Sukarmi )…aku ke samping dulu , kamu nyusul ya Mi….jangan telat nanti jam 12 siang aku ada janji dengan dokter Roos ”
Sukarmi : ” Lambemu…….jangan lupa tehmu diminum….entar dingin..” Prenthol tertawa riang
Sarju : ” Yo…makasih ..” Sarju langsung ngeloyor mengikuti bu BuMul memasukkan pakaian pantas kakai kiriman dari relawan kampung ngaglik. Pakaian yang di kirim campur aduk…biasa membuat kerjaan jelang sore harus memilih dan memisahkan anak-anak, remaja dan dewasa juga yang kurus dan gemuk. Ada sekitar 15 karung yang harus dipilihin. Pakaian-pakaian tersebut digelar di ruangan aula belakang dan mulailah mereka mensortir pakaian.
Sarju : ” Ini ada pakaian bayi langsung dikumpulkan ke ruangannya mbak Aminah juga seragam sekolah baik itu TK,SD,SMP maupun SMA ”
Sukarmi : ” Ini pakaian seusia Parjo…waaah bagus-bagus kamu mau Thol…?”
Sarju : ” Takut ahh…bisa dimarah bu Mul nanti…kan dia yang mengurusi pakaian dalam dan pakaian bebas untuk anak…?!”
Sukarmi : ” Ala…sok alim…..Thol..Thol..”
Sarju : ” Elis tak bisa bantu …masih apa dia…kan sudah selesai meetingnya..”
Sukarmi : ” Dia pergi sama Amir ke pasar disuruh beli sesuatu…..”
Sarju : ” Nanti diajak ya..biar tak sepi….”
Sukarmi : ” Nanti malah berkelahi kamu sama Elis…ujung-ujungnya aku yang misahin ”
Sarju : ” Endaklah…aku baik kok sama Elis….”
Sukarmi : ” Kamu baik..tapi Elisnya bikin senewen kamu…suka nyubitin kamu, bajumu ditarik sampai robek..mang kamu suka dijahili Elis ya…?! ”
Sarju : ” Kamu meri ya Mi….?”
Sukarmi : ” Meri….? tak cek ingel-ingel kamu nanti….”
Sarju : ” Eh jangan Mi….bisa kena marah sama bu Mul nanti , suruh kerja malah gojek…nah itu bu Mul…eehh dia bawa makanan..asik…”
Sukarmi : ” Makanan ndulmu…itu untuk suaminya…bandeng presto pesanan dari pak Min..” .
Sarju : ” Oh..ku kira…akan dikasih makan siang….”
Sukarmi : ” Enak saja….nik ada baju hangat…dari wool…anget ini…” . Sarju diam saja memandang baju hangat tersebut sepertinya memikirkan sesuatu yang membuat Sukarmi jadi heran dan mengagetkan Prenthol yang melamun.
Sukarmi : ” Heee…ngapain nglamun…bangun…Ju,…!!” sontak Sarju terperanjat karena dilempar pakaian pantas pakai dan mengenai mukanya sehingga Sarju gontai dan ambruk menubruk celana dalam wanita dan digigitnya karena tak sadar.
Sarju : ” Walah…ini punyamu…ada disini…”
Sukarmi : ” Sama miliknya Parti gemblekanmu….”
Sarju : ” Hussss..’dak boleh mbicarain itu…saru..kata dokter Rini ”
Sarju melihat sekumpulan baju yang besar-besar ala baju badut dia mencobanya sampai dobel-dobel kira-kira lima baju ia pakai sehingga nampak gemuk, bu Mul yang melihatnya jadi geli…Elis yang selesai meeting kelihatan bahagia karena mendapat arisan kantor. Sarju dan Sukarmi mendengar dari pak Min tukang ledengnya kantor kalau Elis mendapat Tujuh Ratus Lima Puluk Ribu Rupiah, dia dikerumuni bu Yuni dan rekan-rekan yang mengantar Elis ke mbak Nanik keuangan untuk mengambil uangnya. Ternyata Elis membayar hutang pada mereka dan Sarju cuma memandang Elis penuh kasihan.
” Lis…Lis…utangmu kok ya banyak juga….” Begitu ucapnya dalam hati, maklum suaminya kerja di mebel pendapatannya juga lumayan jadi Elis kerja untuk dirinya sendiri dan untuk bersenang-senang saja, Elis begitu melihat Sarju langsung mendekat dan memberikan uang Dua Puluh Ribu, ” Kamu tak memiliki hutang kok sama aku…” , kata Sarju.
” Ini …ni ..aku bersyukur karena dapat rejeki nomplok , makanya aku kasih clepretan kamu…tanda suka citaku..mau ‘gak …nak gitu…”. Sarju menerima uang tersebut dan berucap terima kasih pada gusti Allah atas rejeki yang didapat dari Elis. Sukarmipun mendapatkan bagian juga.
Sarju : ” Ku dengar tadi kamu hutang sama bu Yuyun…”
Elis : ” Biasa.. itu pasti dari Amir…atau Pak Min si raja gosib…tak usah didengerin Thol…” Amir yang datang sambil minta uang Elis di depan Sarju.
Amir : ” Mana bagianku Lis….” Lalu Elis memberikan Dua Puluh Lima Ribu Rupiah ” Lo kan sama jumlahnya sama yang kuberikan padamu..juga Karmi ” Sarju baru tahu kalau Amir dan pak Min bergurau saja Prentholpun lega. Elis membantu memilihi pakaian pantas pakai sampai jam kerja habis. Pakaian itu sudah dipisahkan yang laki-laki dan perempuan dan dimasukkan kedalam gudang persediaan. Bu Mul pulang diantar pak Darmo tapi bandengnya ketinggalan, Sarju yang membawa motor mengantarnya pulang sampai Poncowolo dekat rumahnya bu Dewi gurunya Harni anaknya.
Sarju : ” Bu…bandeng prestonya ketinggalan…”
Bu Mul : ” Ya …buat kamu saja…ini pak Mul sudah bawa juga…yang itu untuk kamu saja..aku sudah ada…”
Sarju : ” Alhamdulillah…rejehi anak soleh…matur nuwun bu..” ” eh..eh..pak tunggu dulu ni ada kue moci dibawa sekalian dari pada tidak ke makan…oleh-oleh dari Ajeng mantuku dari Bali ” Oleh-olehmya banyak banget…bisa dibagikan sama pak Zaenal dan Kimli serta yang lainnya. Sarju pulang dengan wajah berseri, Harni yang melihat bapakmya menurunkan oleh-oleh ikut membantu sambil memanggil Parjo
Parjo : ” Kok banyak banget pak bawaannya…ini untuk siapa saja…?”
Sarju : ” Ada untuk tetangga juga…” Wartinah yang keluar karena mendengar motor Sarju sudah pulang ikut membantunya. Air teh hangat melancarkan tenggorikan Sarju yang mmengering ” Waaah segarnya teh hangat buatanmu…nduuuukkk…” Oleh-oleh tersebut ditata Wartinah dan Harni di meja makan, seperti biasa ia membagikan pada tetangga dekatnya disekitar rumah.
” Ini untuk Kartini anaknya pak Zaenal buk…?” tanya Harni memastikan
Wartinah : ” Iyaaa…..yang itu untuk pak Kimli dan kakeknya kek Ponco….pak ini Bandeng buat kita ya…? ”
Sarju : ” Iya…disisakan salak dan mocinya untuk kita itu, moci dan salak itu dari Bali menantunya bu Mul yang pulang kampung “, kata Sarju sambil mandi. Lalu keluar dan mengingatkan Parjo : ” Besok kita jalan-jalan ke pasar cari ayam Kalkun ..ada rejeki dari bu Elis tadi dapat Arisan dan Parjo diberikan uang untuk membeli kalkun keinginan Parjo