Prenthol episode 8

Dikejar Kalkun

Sarju pada hari libur ini tumben tak kemana-mana, hape memang sedang di cas dan ia janji pada anaknya si Parjo untuk membelikan ayam. Parjo menginginkan ayam kalkun yang ekornya bisa megar besar sekali, tapi Sarju masih bingung karena uangnya yang pas-pasan.

Parjo     : ” Bener ini pak,  Jojo mau dibelikan ayam kalkun…? ” tanya Parjo

Sarju     : ” Ya…Jo…sudah ada kok uangnya dari bulik Elis….” Sarju sambil menunjukkan uang tersebut , Parjo tertawa menunjukkan giginya yang tergerus permen.

Parjo     : ” Nanti kalau ibuk marah gimana…?”

Sarju     : ” Tidak…ibuk sudah tahu kok….ayok brangkat….”

Parjo     : ” Tunggu ibuk dulu…dia mau lihat Parjo katanya….”

Sarju membunyikan klakson agar istrinya keluar…karna nunggu kelamaan Sarju turun lagi dari motornya, ternyata ada telepon dari dokter Thoyibah dan diberikan Harni untuk menerimakan telponnya.

“AssalamuAllaikum buk…., iya ini Sarju akan ke pasar antar Jojo beli ayam….iya buk nanti saya sampaikan pesannya….waAllaikum salam….” telepon berakhir dan Sarju bertanya pada Wartinah istrinya      : ” Dari siapa bune….”

Wartinah  : ” Dari dokter Thoyibah katanya habis pulang dari pasar suruh ngantar ke Cepu…tapi aku tak ikut lo pak karena nanti ada arisan dawis….”

Sarju          : ” Le…Parjo…kita belum jadi beli ayam karena ada tugas dari dokter Thoyibah…piye….?”

Parjo          : ” Waaahhh aku ikut pak…dah janji he.. beli ayam…..”

Akhirnya Sarju ganti pakaian dan berangkat ke Pedurungan bersama Parjo, ternyata Sarju sudah ditunggu dokter Thoyib, yang menunggu di emperan  sambil menyiapkan bawaan pesanan  Andi  putramya di Cepu.

Di pasar Karangawen ada penjual ayam kalkun, Parjo minta dibelikan mumpung ada, Sarju turun untuk membelinya ternyata sepasang seratus lima puluh ribu rupiah Sarju menunda pembeliannya…Parjo menangis minta dibelikan melihat Parjo yang meronta dokter Thoyib tak tega dan membayarnya beserta kandangnya total 250.000 rupiah.

dr. Thoyib   : ” Sudah…diam sekarang….la …gitu tertawa…” Parjopun asik melikat kalkunnya, ketika sudah sampai Cepu mas Andi menjemput ibunya sambil membawakan bawaan yang dimintanya

Andi             : ” Untung pak Sarju tak ada acara…jadi bisa gasik sampai Cepu ”

Sarju            : ” Ada kok mas Andi …itu dibelakang acaranya ….beli ayam kalkun  yang membelikan dokter Thoyibah….”

dr. Thoyibah  : ” Walah…wong cuma Dua Ratus Lima Puluh Ribu saja kok plus kandangnya…”

Sarju            : ” Tapi itu amat mahal dok…buat saya…”

Andi             : ” Pak Sarju, ini dokter Thoyibah ditinggal disini dulu besok dijemput lagi karena masih ada acara di sini, ini ada sangu untuk isi bensin besok sama penghilang capek,  pak Sarju boleh pulang sekarang dan mobilnya dibawa sekalian…hati-hati ya pak….”

Sarju            : ” ‘Gih mas Andi….trima kasih…”

Setelah makan siang Sarju membawa mobil dokter Thoyibah pulang ke Semarang lagi, Wartinah keheranan suaminya kok sudah pulang membawa ayam kalkun lagi.

Wartinah   : ” Dene sudah pulang….tuh ayam Parjo taruh mana…?”

Sarju           : ” Taruh di samping saja kan masih ada tempat…lagian tak kehujanan…”  Sore itu juga Sarju membatasi pintu kandang kalkunnya dan maghrib baru selesai.

Parjo senang sekali dengan adanya ayam kalkun tersebut ketika bangun pagi Parjo dikejutkan dengan adanya telur ternyata yang betina sudah bertelur… sepulang sekolah dia membawa teman-teman sekolahnya untuk melihat hewan peliharaannya.

Parjo        : ” Ayamku sudah bertelur…itu telurnya… ” , kata Parjo menceritakan ayam kalkunnya  yang  sudah ada tempatnya dan cuma dikasih gombal saja sama Wartinah ibuknya untuk tempat telur kalkunnya yang sekarang sedang jalan-jalan dikandangnya. Setiap hari teman-teman Parjo sepulang sekolah pada kerumahnya untuk melihat dan memberi makan kalkun. Sarju melihat Parjo mengatur teman-temannya yang datang dan pergi merasa anaknya tak seperti dirinya sewaktu kecil. Perasaan yang lega terpancar dimatanya sehingga tersenyum-senyum sendiri, karena heran Wartinah mengagetkan lamunannya.

Wartinah    : ” We…., nglamun ya pak…..”

Sarju            : ” He…he…itu lo melihat Parjo sama teman- temannya yang akur….”

Terdengar suara kalkun ke…luk…ke…luk…luk…luk…semua teman Parjo tertawa dan menirukan….sehingga seperti bersahutan ..kwluk….keluk….keluk…luk…luk…tertawa riang anak-anak seusia kelas Taman Kanak-kanak itu sehingga rumah Sarju menjadi tempat jujukan ibu-ibu yang mencari anaknya dan menyuapi anaknya.

Sarju bingung karena mobil dr. Thoyib masih di rumah dan takutnya kalau di blereti anak-anak  yang suka jahil karena sudah satu minggu ndongkrok di rumah.

Kimli         : ” Ada mobil kok malah bingung Ju…. ”

Sarju         : ” Bagaimana ‘gak bingung…..dipakai ke kantor bensinnya kodor-kodor, aku mau ambil motorku tapi pak satpam lagi cuti dan masih nunggu dua hari lagi karena kunci pagarnya dibawa …kan bingung bin susah…sementara mas Andi minta dititipkan disini,….gimana aku gak senewen…aku takut uangnya nanti malah habis dimintain Wartinah…”

Kimli        : ” Dilap terus mobilnya ..sampai kinclong….tapi tak dinaiki…he..he…cuma dipanasi thok..”

Sarju        : ” Ya…sudah…Kim….biar buat gaya saja sama orang lewat…..he..he…” .

Sore itu Sarju yang sedang membersihkan mobil dokter Thoyib mendapat telepon dari mas Andi kalau sudah berada di Pedurungan dan mobilnya boleh di bawa pulang, Sarju senang sekali dan mengajak Wartinah siapa tahu memerlukan bantuannya. Wartinah membuatkan mendoan kesukaan dokter Thoyibah dan langsung berangkat. Dokter Thoyibah senang sekali karena Wartinah datang dan menyuruhnya bersih-bersih dulu, ternyata dokter Thoyibah sakit dan harus beristirahat dulu . Mas Andi meminta Wartinah menemaninya sampai sembuh dan Sarju pulang sendirian.

Wartinah membersihkan dan mengepel serta memasakkan sementara mas Andi mengambil baby sitter untuk menjaga dokter Thoyibah yang keseleo karena mengikuti jalan sehat di Cepu,  meskipun tertatih-tatih dokter yang memakai tongkat lebih suka tinggal dirumahnya sendiri dari pada ikut anak. Karena kesibukannya mas Andi meninggalkan dokter Thoyibah dan baby sitternya yang sudah mulai terbiasa. Mas Andi meminta tolong Sarju menengok setiap ada kesempatan. Dengan iklas Sarju bersedia menengoknya.

Dokter Rini selesai keliling menengok dokter Thoyibah yang berjalan menggunakan tongkatnya.

dokter Thoyibah  : ” Kalau tak ada Sarju…apalah artinya saya hidup…anak-anakku jauh semua…Michel sekarang berada di Aceh…sebenarnya aku rindu…tapi karena suaminya tugas di sana yowis mau apalagi….?, sementara Lolita ikut suaminya di Banjarmasin dan menetap disana…..ya cuma Sarju yang menemani hari-hariku bersama keluarganya ”

dokter Rini           : ” La Fatonah pembantu ibu sekarang kerja dimana…?”

dokter Thoyibah : ” Dia sudah menikah dan tinggal di Jember karena suaminya orang Jember “.

Sarju menyiram tanaman bersama Dahlia perawat dokter Thoyibah dan memberi makan ikan.

dokter Thoyibah : ” Lihat itu Sarju memberi pengarahan pada Dahlia bara menyiram dan merawat tanaman…dia gemati sekali , makanya Andi amat senang sama Sarju dan dianggapnya sebagai keluarga sendiri tapi Sarjunya pekewuh…kalau ada hari libur dia mesti ke rumah ..wis to pokoknya dia mengurus apa yang biasa ia lakukan ia tetap melakukannya, aku seperti menemukan anak sulung yang berkorban untuk ibuknya…” tak terasa air mata dokter Thoyibah menetes karena bahagia dimasa tuanya yang jauh dari anak-anaknya.

Sarju sepulang kerja menemani Parjo membersihkan kandang kalkun seperti biasa Sarju menggodanya dengan menirukan suara kalkun , mendadak kalkunnya lepas dan Sarju mengejarnya, ternyata kalkun tersebut mengejar bakul siomay yang memakai kaos bercorak mirip bulu kalkun dan bakul siomay tersebut lari tunggang langgang, karena kehabisan akal maka sarju menukar bajunya dengan baju bakul siomay …ternyata benar bakul siomay tersebut aman pergi dari tempatnya ngumpet. Sarju yang ingin segera pulang akhirnya berlari dengan memakai kaosnya bakul siomay dan sepontan kalkunya mengejar Sarju sambil menirukan suara kalkun. Sarju gantian yang tunggang langgang, seluruh penghuni kampung pada keluar terkekeh-kekeh melihat Sarju dikejar kalkun, sampai rumah baju itu langsung dilepaskan dan segera dicucinya karena Sarju penuh keringat.

 


Prenthol

Prenthol

Score 8
Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2022 Native Language: Indonesian
Prenthol adalah seorang lelaki yang sayang keluarga , walaupun pendidikannya rendah tak jadi masalah karena Prenthol terus selalu berusaha berbuat baik dan menerima apa adanya amat jujur dan lugu orangnya .Prenthol tak bakalan menyerah banyak yang mengasihi Prenthol alias Sarju , cobaan demi cobaan ia lalui dengan tabah. Seperti apa sajakah cobaan tersebut ? Mari kita ikuti kisah ini bersama dan semoga bisa menjadi contoh teladan kita

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset