Kalau kamu lebih memilih perempuan itu, saya dan raisa akan tinggalkan rumah ini! Ujarku setengah berteriak menyambut kedatangan suamiku
Baik, dan asal kamu tau saya tidak akan pernah membiarkan kamu membawa Raisa! Jawabnya menantangku
Enak aja kamu, aku yang melahirkan Raisa! Suaraku makin menggelegar
Kamu bisa apa tanpa aku, kalau Raisa ikut kamu pendidikannya akan terbengkalai, emang kamu sanggup membiayai sekolahnya, bayarin lesnya, mau jadi apa nanti Raisa jika dia ikut kamu! jawab suamiku dengan nada sangat meremehkanku
Memangnya kamu Tuhan, bisa vonis masa depan orang, kelak akan kubuktikan Raisa bisa jadi orang hebat tanpamu! Ujarku sambil terisak
Plaaaaaaaaaaaaaaaaaak! Tangan kokoh itu menamparku, terasa sangat perih
****************************
10 Tahun peristiwa itu berlalu, dan masih sangat membekas dibenakku dan mungkin juga bagi gadis kecilku Raisa, saat itu ia berumur 2 tahun, mungkin ia belum paham apa apa pada saat itu, tapi pertengkaran demi pertengkaran yang ia saksikan hampir setiap hari barangkali bayang – bayang kelam itu ada yang tersisa pada benaknya. 10 tahun telah kutinggalkan kota Kolaka, kota kelahiran Raisa, semua kulakukan untuk menutup akses Raisa dengan ayah kandungnya. Ketakutan terbesar dalam hidupku adalah kehilangan Raisa, dan kuputuskan untuk meninggalkan semua kehidupan mewah di kota itu dan memulai hidup baru. 10 tahun lalu, saat dimana saya harus menjadi orang tua tunggal bagi Raisa dengan segala keterbasan yang kumiliki saat itu, kumulai bisnis kecil-kecilan demi menyambung hidup dan Apapun kulakukan demi gadis keciku, Setiap subuhlah menjadi saksi betapa berat perjuanganku mencari nafkah demi gadis kecilku. Saat itu dinginnya subuh kuterobos demi masa depan putri kecilku. Kini Raisa bukan bayi mungil lagi, Raisa telah menjelma menjadi sosok gadis kecil yang cantik jelita berusia 12 tahun, namun dimataku dia tetaplah bayi mungilku. Saat ini ia menempuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama di sebuah Sekolah ternama di Kota Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi selatan.
Pertama kali menginjakkan kaki dikota ini, terasa sangat asing namun tekat kuat untuk membuktikan pada mantan suamiku untuk bisa mengantar Raisa pada puncak kesuksesan tanpa dirinya. 7 Tahun kumenjalani masa masa sulit dikota ini hingga ditahun ke 8 kumulai menapaki tangga kesuksesan sebagai owner pada bisnis kuliner dengan 410 outlet yang tersebar diberbagai kota di Indonesia dengan total karyawan 15.000 yang tersebar diberbagai kota. Segalanya kemewahan telah kunikmati dan memberikan pendidikan terbaik untuk putriku, serta tabungan masa depan untuknya telah tersedia. Kebanggaan terbesar dalam hidupku saat mampu memberikan segala fasilitas mewah pada putriku. Namun didikanku padanya sejak dini tidak membentuk raisa hanya berpagku tangan menimati segaala kemewahan.
**********************************
Bundaaaaaaaaaaa, Raisa pulaaaaang!
Terdengar teriakan dari halaman rumah, seketika membuyarkan lamunanku!
Sayaaaaaaaang! Ujarku, sambil mendekapnya dalam pelukanku
Bunda nangis? Tanyanya penuh selidik
Ah, nggak sayang matanya bunda hanya sedikit perih aja! ujarku.
Bunda, nggak apa kan? oh iyya bund, hari ini raisa punya teman baru namanya Raina, kata teman-teman Raina mirip aku loh !ujarnya penuh semangat
Oh iyya???, Raisa senang dong punya teman baru! ujarku, Raisa lapar kan?ujarku menyambung pembicaraanku
Lapar bund, temani raisa makan ya bund! pintanya
Ya, udah sayang, sana ganti baju, bunda tunggu dimeja makan!ucapku sambil mengecup keningnya
************************************************
Siang itu udara cukup terik, hari dimana saya harus melungkan waktu untuk mendampingi Raisa pada event sekolah peringatan hari ibu. Nampak beberapa orang tua siswa lalu lalang. Sejenak kulirik jam tanganku, waktu menunjukkan pukul 08.00 dan Acara dimulai pukul 08.30 WITA, Sengaja kumemilih hadir lebih awal untuk mendapat tempat terdepan di aula tempat perayaan sekolah. Hari ini beberapa persembahan dari siswa untuk para orang tuanya, termasuk Raisa. Raisa memang memiliki bakat dibidang seni, dan darah seni ini mengalir dari ayahnya. Dari kejauhan nampak seorang gadis lebih kecil dari Raisa nampak melambaikan tangan dan berlari kecil kearahku dan Raisa
Bun, kenalin ini Raina, yang sering Raisa ceritain ke bunda!ujar Raisa penuh semangat sambil memandangku dengan senyum manisnya
Raina! Ujar Raina sambil menyodorkan tangannya dan setengah membungkuk padaku dan segera kusambut uluran tangannya dan mendekapnya dalam pelukanku sama seperti ketika kupeluk Raisa.
O iyya, bundanya Raina dimana? tanyaku
Mmmmmmmmm mama datangnya mungkin agak telat bu, mama nungguin papa dulu, nggak tau deh mama papa bakalan datang atau nggak. Enak ya bu, jadi Raisa, punya bunda yang sayang sama dia, beda dengan Raina! ujar Raina dengan polosnya sambil menundukkan wajahnya
Segera kuraih dan memeluknya
Iyya udah, Raina ikut bunda aja, biar bunda mewakili orang tuanya Raina! Jawabku menghiburnya
Beneran bu? tanyanya penuh semangat sambil menatapka penuh harap.
Kuanggukan kepalaku dan segera kugandeng Raina ditangan kiriku dan Raisa ditangan kananku, Sejenak kutatap bola matanya dan benar apa yang dikata Raisa ada kemiripan diantara keduanya. Sambil menggandeng keduanya kulangkahkan kakiku menuju aula tempat perayaan sekolah. Hiruk pikuk para siswa dan orang tua siswa memenuhi aula sekolah, segera kumemilih tempat duduk yang telah disediakan. Raisa dan Raina melangkah ke Backstage untuk mempersiapkan beberapa penampilannya. Dan acara demi acara berlangsung dengan meriah dan sesekali terselip moment haru pada persembahan teman temannya Raisa dan Raisa tampil sebagai penyanyi solo. Statement pembuka dari Raisa membuatku tak mampu menahan air mata.
“Terima kasih telah menjadi single parent terhebat untuk Raisa, terima kasih atas segala pengorbanan bunda untuk Raisa, Terima kasih karena bunda tidak pernah mengeluh didepan Raisa, dan Raisa janji akan menjadi anak yang terhebat buat bunda, Thank you and I love You bunda”
Dan lagu “Bunda” pun mengalun dengan merdu dari bibir mungilnya beberapa orng tua siswa pun tak mampu menahan air mata.