Reinkarnasi Dewi Keabadian Episode 13

Chapter 13

Zhi Ruo duduk termenung di dalam goa. Wajahnya terlihat sedih karena kekasihnya telah pergi. Sudah dua hari Li Quan meninggalkannya dan selama itu pula dia terlihat murung dan lebih suka berdiam diri. Tawa yang biasa terlihat di sudut bibirnya seakan hilang dan berganti dengan gundah gulana, hingga membuat Ling menjadi khawatir dengan keadaannya.

“Nyonya, aku tahu ini sulit, tapi pikirkan kesehatan Nyonya dan juga bayi di dalam kandungan Nyonya. Apakah, Nyonya ingin kehilangan dia?”

Zhi Ruo menatap gadis itu yang kini duduk di depannya sambil menggenggam tangannya. Sekilas, dia tersenyum seiring titik air mata yang perlahan jatuh. “Terima kasih, karena sudah menemaniku di sini. Tanpamu, aku mungkin akan mati karena kesendirian yang mencekikku. Ling, berjanjilah padaku kalau kamu akan selalu ada untuk menemani anakku kelak. Aku akan menjaga dia dengan baik di dalam rahimku ini karena dia satu-satunya harta paling berharga dalam hidupku. Entah aku akan bertemu atau tidak dengan suamiku kelak, tapi aku berharap anakku suatu saat nanti akan bertemu dengan ayahnya.” Zhi Ruo menghapus air matanya dan mengelus lembut perutnya.

“Aku berjanji akan menemani Nyonya dan juga anak Nyonya kelak. Sekarang, Nyonya makan dulu. Sepertinya, situasi di luar sudah aman. Makhluk-makhluk itu sudah melarikan diri.”

Ling dengan sabar melayani Zhi Ruo. Melihat kondisinya, dia merasa kasihan karena wanita yang kini tengah mengandung itu akan menjalani kehidupannya tanpa kehadiran sang suami. Dia tahu bagaimana cinta Zhi Ruo dan Li Quan yang begitu saling menyayangi. Namun, kini keduanya harus berpisah. Perpisahan yang sangat menyesakkan.

Walau sedih dengan perpisahan yang dialaminya, Zhi Ruo berusaha tegar. Dia sadar, perpisahan adalah takdir yang harus dia jalani. Dengan berbesar hati, dia berusaha untuk bisa menerima kenyataan dan tidak larut dalam kesedihan.

Beberapa bulan setelah kepergian Li Quan, Zhi Ruo mulai bisa melupakan kesedihannya. Usia kandungannya mulai bertambah dengan kondisi perutnya yang kian membesar, membuat Zhi Ruo banyak menghabiskan waktu di kebun yang ditanami aneka sayur dan bunga. Berada di kebun, dia merasa damai. Semua kesedihan dan kepenatan di dalam hatinya berangsur hilang dan berganti senyum yang terukir di sudut bibirnya.

“Anakku, walau tanpa ayah, Ibu akan selalu menjagamu. Ibu sangat menyayangimu dan tidak sabar untuk mendengar suaramu. Ibu tidak sabar untuk melihat wajahmu dan menggendongmu dalam pelukan Ibu.”

Zhi Ruo tersenyum sambil mengelus lembut perutnya. Walau dalam kepayahan selama masa kehamilan, Zhi Ruo berusaha untuk menikmati setiap perkembangan sang buah hati. Terkadang, dia tersenyum saat perutnya bergerak karena tendangan halus dari kaki mungil yang bersemayam di perutnya. Di saat seperti itu, semua kesedihannya seakan musnah hingga membuatnya tertawa.

Sementara di Istana Langit, suasana terlihat ramai. Ruangan aula istana sudah dipenuhi dengan dewa-dewi yang datang untuk menghadiri acara sakral. Acara sakral yang digelar untuk menobatkan Li Quan menjadi Dewa Utama yang memegang kendali atas Istana Langit.

Penobatannya bukan tanpa alasan. Kekuatannya mampu mengendalikan kekuatan dahsyat yang ada di bongkahan mutiara yang dijaganya selama seribu tahun itu telah menjadikannya sebagai pemegang tampuk kekuasaan di istana itu.

Li Quan terlihat berwibawa dengan jubah warna keemasan yang dipakainya. Parasnya begitu menawan dengan aura seorang pemimpin. Sebuah mahkota yang dikelilingi butiran batu permata tampak melingkar di atas kepalanya. Dengan gagah, Li Quan duduk di atas singgasana.

Seketika, semua penghuni Istana Langit menunduk dan memberi hormat padanya. Semua orang yang ada di tempat itu begitu menghormatinya dan tidak berani menatapnya. Namun, itu tidak berlaku bagi Putri Mu Rong, karena dia terlihat bersikap biasa saja di depan Li Quan hingga membuat ayahnya menyikutnya. “Putriku, tundukan pandanganmu karena dia sekarang adalah Raja Istana Langit. Walau dia temanmu, tapi untuk saat ini tunjukan rasa hormatmu padanya.”

Gadis itu hanya tersenyum kemudian menundukkan wajahnya. Dia terlihat gembira dengan pengangkatan Li Quan yang kini telah menjadi dewa di atas dewa. Dan kekuatan yang dimiliki Li Quan adalah kekuatan yang paling terkuat di antara semua penghuni Istana Langit.

Sejak memegang kendali atas kekuatan di dalam mutiara itu, kekuatan Li Quan kian bertambah dahsyat. Kekuatan di dalam mutiara kini telah menyatu dengan tubuhnya. Walau dia telah memiliki kekuatan dan kekuasaan, nyatanya dia tidak mampu untuk bertemu dengan wanita yang sudah membuatnya merana. Tanpa kehadiran Zhi Ruo di sisinya, Li Quan merasa hampa. Hidupnya seakan tidak berarti. Rasanya, dia telah mati hingga membuat hatinya tertutup dengan cinta.

Putri Mu Rong terlihat manja dan berlari ke arah Li Quan saat acara penobatannya telah selesai. Gadis itu menggelayutkan tangannya di lengan Li Quan sambil menyandarkan kepalanya di lengan lelaki itu. “Kakak, aku sangat bahagia karena Kakak telah kembali dan menjadi Raja di istana ini. Kakak, aku akan selalu ada jika Kakak membutuhkan bantuanku.” Gadis cantik dengan rupa wajah yang sangat menarik itu tersenyum, hingga membuat beberapa dewa yang melihatnya terkagum-kagum dengan kecantikannya.

Putri Mu Rong memiliki paras wajah yang sangat cantik. Rambutnya panjang terurai dengan hiasan bandul di atas kepalanya. Dia adalah salah satu gadis yang mempunyai kecantikan tiada duanya di kalangan semua penduduk langit.

Tak hanya cantik, gadis itu juga memiliki kepribadian yang sangat tegas. Dia tidak akan segan-segan menghukum orang yang dianggapnya bersalah. Bahkan, dia sangat ditakuti oleh semua pelayan yang bertugas melayaninya. Jika mereka melakukan sesuatu yang membuatnya marah, maka mereka akan dipenjara atau akan diturunkan ke bumi dalam wujud hewan yang terhina.

Putri Mu Rong sejak dulu suka bermanja pada Li Quan. Gadis itu selalu membuat dewa lain cemburu karena kedekatannya dengan Li Quan. Namun, Li Quan hanya menganggapnya selayaknya seorang adik, tak lebih.

Ketika dia mengetahui kalau Li Quan mencintai wanita dari kalangan manusia, gadis itu sempat marah. Namun, kemarahannya itu hanya sementara karena dia tahu seorang dewa tidak bisa menikahi manusia. Kalaupun bisa, pernikahan itu tidak akan bertahan lama dan berakhir perpisahan. Apalagi pernikahan antara dua dunia yang dipaksakan dan menghasilkan keturunan, maka keturunan mereka akan menjadi manusia setengah dewa dengan menanggung kutukan. Anak keturunan mereka bisa saja terlahir dengan berbagai rupa dan tidak akan pernah diterima di kalangan dewa.

Karena itulah, Dewi Bulan, yaitu ibunda Li Quan bersegera turun ke bumi dan menemui Zhi Ruo. Wanita dengan kecantikan abadi itu tampak memerhatikan Zhi Ruo yang tengah duduk di taman sambil melihat ke arah kolam. Kehadiran wanita itu sama sekali tidak disadari oleh Zhi Ruo hingga Ling datang dan terkejut saat melihat wanita itu. Seketika, gadis itu menunduk dan bersujud di depannya. “Hormat hamba, Dewi.”

Sontak, Zhi Ruo terkejut saat melihat Ling menunduk memberi hormat pada seorang wanita yang tak dikenalnya. Apalagi, penampilan wanita itu terlihat berbeda dari kebanyakan orang. Dengan segera, Zhi Ruo bangkit dari tempat duduknya dan berjalan perlahan ke arah wanita itu.

Di depannya, Zhi Ruo menundukkan wajahnya dan berusaha untuk bersujud memberi hormat, tapi wanita itu lantas melarangnya, “Tidak perlu bersujud padaku. Aku hanya ingin bertemu denganmu.”

Wanita itu lantas berjalan ke arah Zhi Ruo dan menyentuh perutnya yang semakin membesar. Sejenak, dia tersenyum dan mengelus lembut perut Zhi Ruo yang kini bergerak pelan karena tendangan dari janinnya.

“Maafkan putraku karena telah meninggalkanmu. Aku tahu kamu pasti sedih dan putraku juga merasakan hal yang sama. Dia tidak bisa kembali bersamamu karena dia telah menjadi Raja di Istana Langit. Namun, cintanya padamu tak berkurang sedikit pun, apalagi saat dia tahu kalau kamu sedang mengandung anaknya. Jujur, dia tersiksa karena perpisahan ini, tapi itu sudah takdir kalian yang harus kalian jalani.”

Wanita itu lantas memapah Zhi Ruo dan membawanya duduk di kursi taman. Dengan lembut, dia menggenggam tangan Zhi Ruo dan diam-diam menyalurkan tenaga dalamnya pada gadis itu. Dia sengaja melakukannya karena melihat wajah Zhi Ruo yang tampak kurang sehat. Wajah gadis itu terlihat pucat dengan segurat kecemasan dan ketakutan yang terlihat dari raut wajahnya itu.

“Nyonya, apakah keadaannya baik-baik saja?” tanya Zhi Ruo spontan.

“Putraku baik-baik saja dan kamu juga harus menjaga kesehatanmu dan juga bayimu. Li Quan pasti akan bahagia kalau anak kalian lahir dengan selamat. Namun, ada hal penting yang ingin aku sampaikan padamu.”

Mendengar ucapannya, Zhi Ruo menjadi penasaran. “Nyonya ingin menyampaikan apa?”

Wanita itu kembali mengelus perut Zhi Ruo sambil tersenyum padanya. “Apa kamu tahu apa yang akan dialami anakmu kelak?”

“Maksud, Nyonya? Memangnya, apa yang akan terjadi pada anakku?” tanya Zhi Ruo dengan penasaran.

“Sejujurnya, manusia dan dewa tidak bisa bersama. Jika mereka tetap bersama dan mempunyai anak, maka anak mereka akan dikutuk dan menjalani kutukan seumur hidupnya.”

Zhi Ruo terhentak. “Kutukan? Apa maksud Nyonya, anakku bisa saja dikutuk?”

Wanita itu mengangguk. “Jangan khawatir karena aku tidak akan membiarkan cucuku mengalami hal itu. Sekarang, bersiaplah karena sebentar lagi kamu akan melahirkan.”

Benar saja, Zhi Ruo tiba-tiba merasakan sakit di perutnya. Dengan dibantu Ling, Zhi Ruo dipapah masuk ke dalam goa. Zhi Ruo yang kini terbaring, terlihat merintih kesakitan sambil memegang perutnya yang seakan berputar hingga membuatnya berteriak. Melihat hal itu, Dewi Bulan mulai ikut turun tangan. “Cepat, ambilkan air untukku!” Ling lantas bergegas dan mengikuti perintahnya.

“Tenang dan atur napasmu. Kamu pasti bisa melewatinya.” Wanita itu terus memberikan semangat kepada Zhi Ruo. Tak hanya itu, dia bahkan mentransfer tenaga dalamnya pada gadis itu. Dengan begitu, Zhi Ruo bisa mempunyai kekuatan untuk melahirkan.

Kembali perut Zhi Ruo melilit hingga membuatnya berteriak. Isi perutnya seakan diremas dengan kuat hingga membuatnya merintih kesakitan. Dewi Bulan yang melihat itu, mulai merasa keanehan. Telapak tangannya lantas dia letakkan di atas perut Zhi Ruo dan tiba-tiba dia terhentak hingga membuatnya melepaskan tangan dari perut gadis itu. “Apa mungkin bayinya sudah mempunyai kekuatan sehebat ini?” batin wanita itu yang merasa heran dengan keanehan bayi di dalam perut menantunya itu.

Walau merasa kesakitan, Zhi Ruo berusaha tetap tenang. Dengan sisa kekuatannya, dia mulai mengelus lembut perutnya sambil berucap dalam hati, “Anakku, jangan buat Ibu tersiksa. Ibu sangat ingin bertemu denganmu dan lahirlah dengan selamat. Ibu ingin segera menggendongmu dan melihat wajahmu. Karena itu, datanglah pada Ibu.”

Seketika, gemuruh petir menyambar dengan kilatan cahaya yang menghiasi cakrawala. Langit tiba-tiba mendung dengan dihiasi rinai hujan yang turun membasahi bumi. Hujan turun dengan deras, tak peduli dengan matahari yang masih bersinar terang. Matahari tak berkutik saat langit tiba-tiba berubah menjadi hitam dan memunculkan bulan purnama yang bersinar terang.

Melihat kejadian aneh itu, semua orang terkejut dan mendongakkan kepala ke langit. Karena ketakutan, mereka akhirnya lari dan bersembunyi di dalam rumah. Sebelumnya, mereka tidak pernah mengalami hal semacam itu dan mereka berpikir kalau kejadian itu adalah suatu pertanda buruk.

Sementara di Istana Langit, terjadi hal yang sama. Istana Langit bergetar hebat hingga membuat semua penghuni istana berhamburan keluar, hingga puncaknya saat satu goncangan dahsyat yang datang tiba-tiba. Goncangan yang menggetarkan seluruh Istana Langit dan mengakibatkan beberapa bangunannya roboh dan hancur. Tak hanya itu, cahaya petir menggelegar bersahut-sahutan dan Cumiakkan telinga.

Suara tangis bayi menggema seiring suara petir dan alam semesta yang berguncang hebat. Kehadiran bayi mungil itu di dunia, nyatanya membuat alam semesta bergemuruh menyambut kelahirannya. Seorang bayi perempuan telah lahir ke dunia dengan wujud layaknya bayi manusia biasa. Hanya saja dia terlahir bersih tanpa setetes darah. Bahkan, Zhi Ruo tidak merasakan sakit saat bayi itu keluar dari rahimnya.

Dewi Bulan sangat terkejut ketika melihat bayi yang kini menatapnya tajam. Dia terhentak saat melihat tatapan mata bayi itu dan sekilas dia bisa melihat masa depan.

Dewi Bulan termundur ke belakang saat satu kilasan peristiwa masa depan melintas dari tatapan bayi itu. “Dia adalah titisan Dewi Keabadian.” Sontak, Dewi Bulan menunduk dan duduk bersimpuh di depan bayi yang kini terdiam dalam pelukan ibunya.

“Nyonya, apa yang Nyonya lakukan? Bangkitlah, kenapa Nyonya bersujud di depan kami?” tanya Zhi Ruo yang merasa heran.

Dewi Bulan lantas berdiri dan mendekati mereka. Dengan lembut, Dewi Bulan membelai kepala Zhi Ruo dan tersenyum padanya. “Menantuku, terima kasih karena kamu telah melahirkan seorang cucu yang sangat lucu. Aku mohon, jagalah dia dan jadikan dia anak yang baik. Kelak, dia akan menjadi wanita yang akan memegang kekuasaan, karena itu didiklah dia menjadi wanita yang rendah diri dan baik hati.”

Wanita itu lantas meraih bayi mungil dari gendongan Zhi Ruo. “Mulai saat ini, namamu adalah Yi Yuen,” ucap Dewi Bulan yang disambut dengan senyum dari bibir mungil bayi perempuan yang terdiam dalam gendongannya.

Dewi Bulan lantas menyampaikan selembar surat dari Li Quan dan memberikan tusuk rambut berwarna keemasan. “Jika dia dewasa kelak, berikan tusuk rambut ini padanya,” ucap Dewi Bulan sambil mengelus lembut pipi cucunya itu. Wanita itu kemudian pergi dan membali ke Istana Langit.

Zhi Ruo membaca surat itu dengan perasaan bahagia. Setidaknya, melalui selembar surat pemberian suaminya itu, kerinduannya bisa sedikit terobati. Terlebih, dengan kehadiran putrinya yang membuatnya semakin bahagia.


Reinkarnasi Dewi Keabadian

Reinkarnasi Dewi Keabadian

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2020 Native Language: Indonesia
Gemuruh petir menggelegar di atas langit mendung. Rintik air hujan perlahan turun dengan derasnya dan membasahi ranting pepohonan di dalam hutan. Di mulut goa, terlihat seorang gadis sedang berteduh sambil membersihkan rambut dan wajahnya dari percikan air hujan. Wajahnya tampak gelisah karena khawatir hujan tidak akan reda. Melihat langit yang mulai senja dengan mendung yang menyelimutinya, gadis itu mulai memanjatkan doa, berharap hujan yang makin deras itu akan segera reda.   Terlihat, mulut gadis itu komat-kamit sambil memejamkan matanya. Wajahnya yang cantik, tampak anggun saat matanya terpejam. Doa-doa yang dipanjatkan setidaknya menjadi kekuatan tersendiri baginya. Walau doa tak henti dia panjatkan, nyatanya hujan tak juga reda. Bahkan, hujan turun semakin deras dengan suara petir yang menggelegar bersahutan....Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera dibaca ceritanya...

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset