Reinkarnasi Dewi Keabadian Episode 18

Chapter 18

Segerombolan orang tak dikenal itu kini berdiri di depan Zhi Ruo dan Yi Yuen. Mereka terlihat sangar dengan penampilan yang terkesan garang. Wajah-wajah yang sengaja ditutup itu rupanya tidak ingin dikenali agar mereka bebas berkeliaran. Walau dihadang, Yi Yuen terlihat tenang, tapi tidak bagi Zhi Ruo yang merasa khawatir dengan keadaan mereka yang kini tak berkutik.

“Cepat turun!” perintah salah seorang lelaki yang berjalan ke arah mereka.

Yi Yuen lantas turun dari atas kuda, begitu pun dengan Zhi Ruo yang ikut turun dan berdiri berdampingan dengan anaknya. Kedua wanita itu lantas digiring ke sebuah gubuk bambu yang berada di tengah hutan.

“Bukankah kalian adalah tabib?” tanya seorang lelaki yang kini berdiri di depan mereka. Zhi Ruo mengangguk pelan membenarkan pertanyaan lelaki itu.

“Apa yang kalian inginkan dari kami? Kami tidak membawa apa-apa untuk bisa kalian ambil.”

Lelaki itu lantas membuka pintu gubuk dan melihat ke dalam. Tak lama, dia berjalan ke arah Zhi Ruo dan menarik tangannya hingga membuat Yi Yuen menjadi geram. “Apa yang ingin kalian lakukan pada ibuku?” Yi Yuen melepaskan tangan lelaki itu dari tangan ibunya dan berdiri di depannya. “Jika kalian melukai ibuku, aku pastikan kalian semua akan mati!” ancam Yi Yuen dengan suara yang bergetar.

“Putriku, tenanglah. Ibu rasa mereka tidak ingin menyakiti kita. Dengarlah, sepertinya ada suara rintihan dari dalam gubuk itu.”

Zhi Ruo lantas berjalan ke arah pintu dan melihat seorang pemuda yang terbaring sambil merintih kesakitan. Sontak, dia langsung masuk dan duduk di samping pemuda itu. Zhi Ruo lantas memeriksa kondisi pemuda yang terlihat kesakitan. Wajahnya tampak pucat dengan bibir yang kering dan membiru.

Yi Yuen yang berdiri di samping ibunya ikut melihat kondisi pemuda itu. “Ibu, ada apa dengannya? Kenapa tubuhnya gemetar seperti itu?”

Zhi Ruo tidak menjawab melainkan memperlihatkan luka di lengan pemuda itu yang mulai membusuk dengan ruam biru di sekitar luka. Yi Yuen yang mulai paham lantas mengarahkan pandangannya ke arah lelaki yang tadi membawa mereka. “Apa yang sudah terjadi padanya? Apa kalian tidak tahu kalau lukanya itu telah membusuk karena terkena racun?”

Lelaki itu terdiam dan hanya bisa memandangi pemuda yang kini merintih kesakitan. Melihatnya, Yi Yuen lantas keluar dari ruangan dan memerintahkan mereka menyiapkan air bersih untuknya. Tanpa membantah, mereka lantas memberikan semangkok air bersih padanya. Yi Yuen kembali masuk ke dalam gubuk dan meletakkan mangkok berisikan air itu di dekat ibunya. “Ibu, aku akan mencari tanaman obat di sekitar hutan ini. Obat yang kita bawa tidak bisa diberikan padanya. Jangan khawatir, aku pasti akan kembali.”

“Anakku, berhati-hatilah. Setelah menemukan obatnya, segeralah kembali.”

“Baik, Ibu.” Yi Yuen lantas pergi menyususri hutan dan mencari tanaman obat. Luka yang dialami pemuda itu ternyata cukup parah. Melihat kondisinya, Yi Yuen yakin hidupnya tidak akan lama jika tidak segera ditangani. Karena itu, dia berusaha mendapatkan tanaman obat itu secepatnya, tapi di hutan itu tanaman obat yang dicarinya sangat sulit untuk ditemukan.

Yi Yuen melihat sekitar hutan yang ditumbuhi rumput liar dan matanya masih tidak bisa menemukan tanaman obat yang dicarinya. Setiap jengkal hutan sudah ditelusurinya dan dia harus kecewa karena masih tidak menemukan tanaman obat yang dicarinya itu.

“Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan jika tidak menemukan tanaman obat itu? Mereka bisa saja menyakiti ibu jika aku tidak segera kembali.”

Yi Yuen masih terus mencari, hingga membuatnya menjauh dari gubuk dan akhirnya pandangannya tertuju pada sebuah tanaman merambat yang melingkar di atas sebuah batu terjal yang cukup tinggi.

“Itu dia, tapi bagaimana caranya agar aku bisa mengambilnya? Batu itu terlalu tinggi.” Yi Yuen berjalan mendekati batu yang menjulang cukup tinggi dan melihat tanaman yang rupanya tumbuh subur di atas batu itu.

Karena tidak bisa menjangkau dengan tangannya, Yi Yuen lantas mengambil sebuah ranting kayu yang cukup panjang dan mulai menyodokkan ranting itu ke arah akar tanaman. Namun, usahanya itu kembali gagal, tapi dia tidak menyerah dan terus mencoba menggapai tanaman obat itu sambil menjinjitkan kakinya. Akan tetapi, lagi-lagi dia gagal, hingga membuatnya hampir saja terjatuh andai dia tidak segera berpegangan pada akar kayu yang merambat. Namun, akar itu tidak kuat menahan berat tubuhnya, hingga akhirnya membuatnya terjatuh.

Yi Yuen terkejut saat tubuhnya terlepas dari pegangan. Sambil menutup matanya, dia pasrah jika tubuhnya jatuh ke tanah, tapi dia merasakan sesuatu yang aneh karena tubuhnya sama sekali tidak merasakan sakit. Perlahan, dia membuka matanya dan terkejut saat dirinya berada di dalam dekapan tangan seorang pemuda yang kini tersenyum padanya. Sontak, Yi Yuen berusaha melepaskan diri dari dekapan pemuda itu.

Melihat sikap gadis di depannya, pemuda itu paham dan perlahan meletakkan tubuh Yi Yuen di atas sebuah batu datar. “Maafkan aku. Aku hanya ingin menolongmu,” ucap pemuda itu sambil menunduk meminta maaf.

Yi Yuen lantas berdiri dan menatapnya. “Terima kasih, aku hargai bantuanmu itu.” Yi Yuen lantas mengibaskan hanfunya yang tertempel daun kering dan pandangannya kembali tertuju pada tanaman obat yang gagal diambilnya.

“Kalau boleh tahu, untuk apa kamu ada di hutan ini? Apa kamu tidak takut dengan para perampok yang berkeliaran di hutan ini?” tanya pemuda itu sambil memerhatikan Yi Yuen yang melihat ke atas batu terjal. “Sebenarnya, apa yang kamu cari?” tanya pemuda itu kembali.

Yi Yuen menunjuk ke atas batu terjal dan diikuti pandangan mata pemuda itu yang tertuju pada tanaman obat yang tumbuh di atas batu.

“Apa kamu ingin mengambil tanaman obat itu?”

Yi Yuen mengangguk sambil menatap pemuda itu. Wajahnya cukup tampan dengan jubah yang terlihat mewah. Jubah hijau yang dipakainya sangat serasi di tubuhnya yang kekar. Sebuah busur dan keranjang kecil berisikan anak panah tampak tergantung di punggungnya. Tanpa diminta, pemuda itu lantas melompat dari atas batu ke batu lainnya, hingga dengan mudah dia mengambil tanaman obat yang sedari tadi membuat Yi Yuen harus bekerja keras.

“Apa ini cukup?” tanya pemuda itu sambil menyerahkan tanaman obat yang cukup banyak padanya.

Yi Yuen mengangguk sambil menerima tanaman obat itu. “Terima kasih atas bantuanmu, tapi aku harus cepat kembali.” Yi Yuen menunduk di depannya dan berlari pelan meninggalkan pemuda itu. Namun, pemuda itu mengejarnya, hingga membuat Yi Yuen menghentikan langkahnya.

“Kenapa kamu mengikutiku? Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu dan biarkan aku pergi sendiri.”

“Apa gadis sepertimu tidak takut masuk hutan sendirian? Apa kamu tidak khawatir bertemu dengan perampok yang berkeliaran di hutan ini?”

Yi Yuen menghentikan langkahnya dan menatap pemuda itu lekat. “Apa maksud ucapanmu itu?”

“Aku tahu kamu gadis yang cukup berani, tapi asal kamu tahu, hutan ini adalah sarang para perampok yang sangat kejam. Mereka tidak segan-segan membunuh setiap orang yang memasuki wilayah mereka. Apa kamu tidak tahu itu?”

Mendengar ucapan pemuda itu membuat Yi Yuen semakin yakin kalau orang-orang yang menghadang mereka adalah para perampok yang dimaksud oleh pemuda itu.

“Aku tidak takut. Lalu, kenapa kamu sendiri bisa ada di hutan ini? Apa kamu juga tidak takut?” tanya Yi Yuen sambil melangkah meninggalkan pemuda itu yang perlahan mengikutinya.

“Aku tidak takut karena aku sedang mencari mereka. Aku yakin mereka masih ada di hutan ini karena beberapa hari yang lalu aku sudah berhasil memanah pemimpin mereka. Mungkin saja saat ini dia sudah mati karena terkena racun di panahku itu.”

Yi Yuen kembali menghentikan langkahnya dan menatap pemuda itu. Dilihat dari penampilannya, bisa dipastikan kalau dia bukan dari kalangan rakyat biasa. Setidaknya, dia mempunyai kedudukan yang cukup penting hingga membuatnya memburu para perampok itu.

“Kenapa? Apa kamu tidak percaya padaku?” tanya pemuda itu kembali.

“Pergilah, aku harus segera kembali.” Yi Yuen lantas bergegas meninggalkannya, tapi pemuda itu kembali mengikutinya.

“Kalau tidak salah, tanaman obat itu berguna untuk mengobati racun. Apa kamu mencari tanaman itu untuk mengobati seseorang yang terkena racun?”

Yi Yuen terus berjalan dan tidak peduli dengan pertanyaan pemuda itu. Namun, dia terkejut saat melihat beberapa orang prajurit yang kini berdiri di depannya.

“Mereka adalah anak buahku. Kami sedang mencari perampok yang sudah meresahkan penduduk di sekitar sini. Sebaiknya, kamu segera tinggalkan tempat ini sebelum perampok-perampok itu menemukanmu.” Pemuda itu kemudian naik ke atas punggung kudanya. “Jika tidak keberatan, aku bisa mengantarmu pulang,” lanjutnya.

“Terima kasih, itu tidak perlu. Aku masih harus mencari tanaman obat untuk kubawa pulang. Jangan khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri.”

Pemuda itu hanya tersenyum dan memerintahkan anak buahnya pergi terlebih dulu. “Jika perkiraanku salah, aku minta maaf, tapi sebaiknya kamu jangan membantu mereka. Mereka tidak layak untuk dibantu. Aku tahu aku mungkin saja keliru, tapi dilihat dari tanaman obat yang kamu bawa, aku yakin itu untuk seseorang yang sekarat karena terkena racun.”

“Jangan khawatir, perkiraanmu itu salah besar. Aku hanya mencari tanaman obat ini untuk kubawa ke kedai obat milikku. Kalau tidak percaya, mungkin kapan-kapan kamu bisa berkunjung ke kedai obat milik keluargaku.” Yi Yuen berusaha mengelak dari pertanyaan pemuda itu. Sementara pemuda itu hanya tersenyum dan menatap Yi Yuen yang tampak acuh padanya.

“Baiklah, untuk hari ini aku dan anak buahku akan kembali. Sebaiknya, pastikan agar mereka berlari sejauh mungkin agar tidak dapat aku tangkap, tapi percuma saja karena sampai ke ujung dunia pun aku akan mencari mereka.”

Pemuda itu kemudian memacu kudanya dan meninggalkan Yi Yuen yang masih berdiri menatap kepergiannya. Setelah pemuda itu benar-benar menghilang di ujung jalan, Yi Yuen lantas berlari meninggalkan tempat itu.

Dengan tergesa-gesa dan napas yang turun naik, Yi Yuen berlari, hingga tiba di depan gubuk bambu. Setelah mengatur napasnya, Yi Yuen lantas menemui lelaki yang begitu setia menunggui pemuda yang sudah tidak sadarkan diri.

“Aku dan ibuku akan mengobatinya, tapi sebelum itu jujurlah pada kami. Apa yang sudah kalian lakukan hingga dikejar prajurit istana? Apa kalian tahu kalau mereka sedang mencari kalian?”

Mendengar ucapan Yi Yuen, lelaki itu terlihat panik. Tatapan matanya tersirat ketakutan, hingga membuatnya masuk ke dalam gubuk. “Sebaiknya, kita pergi dari sini sebelum mereka menemukan kita dan kalian berdua harus ikut dengan kami untuk mengobati pemimpin kami. Jika tidak …. ”

“Jika tidak memangnya kenapa? Kalian ingin membunuh kami? Bunuh saja jika kalian ingin melihatnya mati. Hanya kami yang bisa menolongnya dan kalian tidak bisa menyakiti kami jika kalian masih menginginkan dia tetap hidup!” Yi Yuen berucap dengan lantang, hingga membuat lelaki itu menjadi bingung dengan keputusan yang akan diambilnya.

Di satu sisi, lelaki itu tidak mungkin membiarkan pemuda itu mati dan di sisi lain dia tidak mungkin terus berada di sana. Akhirnya, dia memutuskan untuk meninggalkan gubuk dan membawa kedua wanita itu ikut bersamanya. Sambil menggendong pemuda itu di punggungnya, lelaki itu bersiap meninggalkan gubuk dan diikuti semua anak buahnya.

Namun, baru saja mereka pergi beberapa langkah, mereka dikejutkan dengan kehadiran prajurit istana yang mengejar di belakang mereka. Samar-samar, Yi Yuen bisa melihat pemuda yang tadi menolongnya. Rupanya, pemuda itu tidak benar-benar pergi dan mengikuti dirinya tanpa sepengetahuannya.

“Bawa Kangjian pergi dari sini, biar kami yang akan menghadang mereka,” ucap salah seorang dari para perampok itu sambil mengeluarkan sebilah pedang dari balik punggungnya.

Lelaki itu mengangguk dan terus berlari dan diikuti Yi Yuen dan Zhi Ruo di belakangnya. Samar-samar, Yi Yuen mendengar suara dentingan pedang yang saling beradu. Walau tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, Yi Yuen terus berlari sambil memegang tangan ibunya yang tampak mulai kelelahan.

“Sampai kapan kita akan terus berlari. Sebenarnya, apa yang sudah kalian lakukan hingga dikejar seperti ini?” tanya Yi Yuen sambil menyusuri tanaman liar yang meninggi. Namun, lelaki itu masih terdiam hingga mereka tiba di sebuah goa yang tertutup dengan dedaunan. Lelaki itu lantas masuk ke dalam goa yang dipenuhi rumput merambat dan diikuti Yi Yuen dan Zhi Ruo di belakangnya.

Di atas lantai goa, pemuda itu diletakkan. Lelaki yang terlihat lelah itu lantas menyeka peluh di wajah pemuda itu. “Tuan, maafkan aku karena kita harus berpisah. Aku harap Tuan akan baik-baik saja selepas kepergianku. Jaga diri Tuan dan buktikan pada mereka kalau kita tidaklah bersalah.” Lelaki itu terlihat menitikkan air mata. “Nyonya, aku mohon tolong selamatkan dia. Jika dia selamat di tangan kalian, aku akan sangat berterima kasih dan budi baik kalian akan aku bawa hingga aku mati. Jika dia masih hidup, sampaikan rasa hormat kami padanya dan katakan padanya untuk melanjutkan perjuangan kami.” Setelah berucap demikian, lelaki itu kemudian pergi.

Yi Yuen masih sempat melihatnya menutup mulut goa dengan ranting dan daun kering. Tak lama kemudian, tidak terdengar lagi suara di luar goa. Lelaki itu telah pergi dan mengalihkan perhatian prajurit istana.

Zhi Ruo kemudian mendekati pemuda yang kini terbaring lemah. Luka yang sudah dibersihkan olehnya, lantas diberi tanaman obat yang dibawa Yi Yuen. Tumbukkan tanaman obat diletakkan di atas luka hingga membuatnya meringis kesakitan. Air perasan dari tanaman itu pun diminumkan padanya. Al hasil, dia memuntahkan darah hitam dengan keringat yang membasahi wajahnya.

Melihatnya meringis kesakitan, membuat Yi Yuen menjadi panik karena dia mendengar suara derap kaki yang berjalan di depan pintu goa. Karena khawatir ditemukan oleh prajurit istana, Yi Yuen lantas membekap mulut pemuda itu hingga suaranya tak lagi terdengar. Tak lama kemudian, suara di depan pintu tidak lagi didengarnya. Perlahan, dia melepaskan bekapan tangannya dan seketika dia terkejut saat pemuda itu kini menatapnya dengan tatapan mata yang sangat tajam.


Reinkarnasi Dewi Keabadian

Reinkarnasi Dewi Keabadian

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2020 Native Language: Indonesia
Gemuruh petir menggelegar di atas langit mendung. Rintik air hujan perlahan turun dengan derasnya dan membasahi ranting pepohonan di dalam hutan. Di mulut goa, terlihat seorang gadis sedang berteduh sambil membersihkan rambut dan wajahnya dari percikan air hujan. Wajahnya tampak gelisah karena khawatir hujan tidak akan reda. Melihat langit yang mulai senja dengan mendung yang menyelimutinya, gadis itu mulai memanjatkan doa, berharap hujan yang makin deras itu akan segera reda.   Terlihat, mulut gadis itu komat-kamit sambil memejamkan matanya. Wajahnya yang cantik, tampak anggun saat matanya terpejam. Doa-doa yang dipanjatkan setidaknya menjadi kekuatan tersendiri baginya. Walau doa tak henti dia panjatkan, nyatanya hujan tak juga reda. Bahkan, hujan turun semakin deras dengan suara petir yang menggelegar bersahutan....Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera dibaca ceritanya...

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset