Di depan mulut goa, terdengar suara langkah kaki beberapa orang yang berusaha menerobos masuk ke dalam goa. Rumput-rumput yang ada di sekitar mulut goa dibabat habis, hingga pintu goa sudah mulai terlihat. Beberapa orang prajurit istana, sudah bersiap untuk masuk ke dalam goa, tapi langkah mereka terhenti saat seorang pemuda datang dan mencegah mereka masuk ke dalam goa itu. “Sebaiknya, kalian cari saja di tempat lain,” ucapnya sambil menghalau mereka. “Biar aku yang akan masuk ke dalam,” lanjutnya sambil perlahan masuk ke dalam goa.
Suasana di dalam goa terlihat sepi. Tidak ada tanda kehidupan di sana, bahkan tidak ada tanda-tanda goa itu pernah dimasuki oleh manusia. Setelah memastikan ruangan goa benar-benar kosong, pemuda itu lantas keluar dan meninggalkan goa itu.
“Tuan, kami tidak menemukan siapa pun di hutan ini. Sepertinya, mereka semua telah mati.” Seorang prajurit datang melapor padanya.
“Baiklah kalau begitu. Ayo, kita kembali ke istana.” Pemuda itu kemudian naik ke atas punggung kudanya dan diikuti semua prajurit istana. Sebelum pergi, dia masih sempat mengalihkan pandangannya ke arah goa, tapi setelah itu dia pun pergi.
Sementara di dalam goa, Yi Yuen terlihat duduk bersandar di dinding goa sambil mengembuskan napas lega. Bagaimana tidak, karena terdesak dan tidak ingin ketahuan berada di dalam goa itu, dia terpaksa menggunakan kekuatannya agar mereka tidak terlihat. Jika merasa terancam, kekuatannya akan muncul dan itu sering terjadi. Kekuatan yang sedari kecil dimiliki olehnya itu, sering muncul secara tiba-tiba. Kekuatan yang bisa membuatnya membentuk dinding pembatas yang tidak terlihat.
Walau memiliki kekuatan yang sangat hebat, tapi Yi Yuen belum mampu mengendalikan kekuatannya itu secara sempurna. Semakin bertambahnya usia, kekuatannya semakin terlihat. Namun, kekuatan itu hanya benar-benar muncul di saat waktu tertentu saja. Dimana saat dirinya dan orang-orang di dekatnya merasa terancam, maka dengan sendirinya kekuatannya itu akan muncul.
Setelah memastikan prajurit istana benar-benar telah pergi, Yi Yuen lantas mendekat ke arah pemuda yang kini bersandar di dinding goa. Pemuda itu terlihat mengeluarkan keringat dingin dengan tubuh yang menggigil. Matanya menatap tajam ke arah Yi Yuen yang kini duduk di depannya.
“Tubuhmu terkena racun dari panah yang menancap di lenganmu itu, tapi jangan khawatir karena racun itu sudah dinetralisir dengan obat yang kami berikan. Untuk saat ini, kita akan tinggal di goa ini hingga lukamu sembuh,” ucap Yi Yuen sambil meletakkan tumbukkan tanaman obat di atas luka yang membuat pemuda itu menahan rasa sakit.
Reaksi obat yang mulai menjalar di lukanya membuat pemuda itu meringis kesakitan dengan kedua tangan yang mengepal. Kedua gigi gerahamnya seling beradu saat jemari Yi Yuen menyentuh luka bernanah tanpa rasa jijik sedikit pun. Sementara Zhi Ruo hanya memerhatikan putrinya itu sambil tersenyum.
“Sebaiknya, kamu istirahat.” Yi Yuen lantas membaringkan pemuda itu di atas daun-daun kering. Pemuda yang bernama Kangjian itu hanya menatap Yi Yuen tanpa berkata apa pun. Tatapan matanya tak lagi tajam saat menatap gadis itu. Sebaliknya, tatapan matanya kini terlihat lebih tenang.
“Ibu, hari mulai menjelang sore. Sebaiknya, aku keluar untuk mencari makan malam untuk kita dan persediaan obat untuknya besok.”
“Tapi, Nak, bagaimana kalau kamu bertemu lagi dengan prajurit istana?” Zhi Ruo terlihat begitu khawatir, tapi Yi Yuen berusaha menyakinkannya kalau prajurit istana telah pergi.
“Jangan khawatir, Bu. Aku yakin mereka telah pergi. Malam ini, kita akan menginap di sini dan kita butuh makanan. Karena itu, aku akan keluar sebentar untuk mencari makan malam untuk kita.”
Setelah berhasil meyakinkan ibunya, Yi Yuen akhirnya keluar dari goa dan berjalan menyusuri hutan dengan cahaya langit yang mulai senja. Hutan yang cukup luas ternyata menyimpan sumber makanan yang cukup banyak. Ubi jalar dan ginseng liar tumbuh dengan subur di hutan itu. Beberapa tanaman obat bahkan cukup melimpah.
“Hutan ini penuh dengan makanan dan tanaman obat. Itu jauh berbeda dengan tempat yang tadi. Apa mungkin, di hutan ini ada kehidupan yang lain?” batin Yi Yuen saat memetik salah satu tanaman obat yang tumbuh di atas sebuah dahan kayu yang telah lapuk.
Yi Yuen melihat ke arah sekitar tempatnya berdiri. Ada sesuatu keanehan yang dia rasakan. Seperti, tatapan makhluk lain yang sedang menatap ke arahnya. “Ah, rupanya mereka sangat banyak di sini.”
Yi Yuen lantas memilih untuk kembali setelah mendapatkan beberapa tanaman obat, ginseng liar dan ubi jalar. Tak peduli dengan apa yang kini dirasakannya, Yi Yuen memilih untuk segera kembali ke goa.
Saat dirinya baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba saja kabut tipis perlahan terlihat. Awalnya, kabut itu masih terlihat samar, tapi perlahan kabut putih itu semakin menebal hingga menutup penglihatannya. Yi Yuen yang mulai merasa terancam, lantas tak bergerak dari tempatnya berdiri. Penglihatannya benar-benar telah tertutup kabut yang semakin pekat, hingga tiba-tiba dia merasakan tubuhnya disentuh seseorang.
Karena terkejut, Yi Yuen kemudian berjalan beberapa langkah ke depan, tapi kembali dia merasakan embusan napas di belakang telinganya dan mendengar suara seorang lelaki yang terdengar serak dan berat, “Kamu akan menjadi istriku.”
Mendengar suara itu, Yi Yuen hanya tersenyum, hingga tiba-tiba tangannya bergerak dengan cepat dan mencekik leher sesosok tubuh tak kasat mata yang kini merintih kesakitan.
“Siapa kamu? Lepaskan tanganmu dari leherku!” Yi Yuen tidak peduli dengan suara yang terdengar ketakutan. Tatapan matanya kini tertuju pada sesosok pemuda dengan wajah yang terlihat tampan walau sedikit memucat. Gumpalan kabut yang sedari tadi menutupi tempat itu perlahan menghilang dan dengan jelasnya, Yi Yuen bisa melihat sosok yang kini berdiri ketakutan di depannya.
“Jadi, ini wajah aslimu?” tanya Yi Yuen dengan tangan yang belum dilepaskan dari leher pemuda itu.
Pemuda dengan penampilan yang terlihat seperti seorang bangsawan itu nyatanya cukup terkejut saat tahu kalau gadis di depannya mampu melihat dirinya. Seketika, pemuda itu menunduk dan berlutut di depan Yi Yuen sambil menangis. Melihat pemuda yang kini berlutut dan menangis di depannya, membuat Yi Yuen penasaran dengan sikapnya itu.
“Nona, maafkan aku! Aku mohon, tolong bantu aku!” Pemuda itu menatap Yi Yuen mengiba. Sorot matanya bisa menjelaskan keadaannya yang tertekan.
“Apa kamu telah dibunuh?” tanya Yi Yuen yang membuat pemuda itu kembali menangis.
“Nona, aku tidak tahu siapa sebenarnya dirimu, tapi aku mohon tolong bebaskan aku!” Pemuda itu terlihat sedih dengan tatapan matanya yang mengiba. Setelah menenangkan diri, dia mulai menceritakan perihal dirinya yang terperangkap di dalam hutan itu.
Dulu, dia adalah anak seorang bangsawan yang sangat kaya di desanya. Kehidupannya sangat mewah. Ayah ibunya sangat memanjakannya karena dia adalah anak tunggal. Apa pun yang diinginkannya, pasti akan dikabulkan, hingga suatu hari dia jatuh cinta pada seorang gadis cantik yang ditemuinya saat pesta lampion di desanya. Wajah cantik gadis itu nyatanya telah memikatnya, hingga membuatnya menyatakan cinta pada gadis itu dan dia berhasil mendapatkan cintanya.
Waktu terus berjalan seiring cintanya yang semakin memuncak. Sang gadis, lantas meminta keseriusannya untuk menikahinya, tapi lelaki itu khawatir karena sang gadis bukan dari golongan bangsawan. Gadis itu terlahir dari kalangan rakyat biasa. Karena terus didesak, akhirnya dia berani mengutarakan pada kedua orang tuanya untuk menikahi pujaan hatinya itu. Walau sempat ditentang, nyatanya ancaman untuk meninggalkan rumah mampu menggoyahkan hati kedua orang tuanya. Maka, pernikahan pun terlaksana. Sang gadis kini menjadi istrinya dan mendapatkan kehidupan yang mewah.
Awal pernikahan, dia begitu bahagia karena telah menikahi gadis cantik yang membuatnya jatuh cinta, hingga waktu terus berjalan dan tepatnya, tiga tahun lalu, kematian datang menjemputnya.
Saat itu, hari menjelang malam saat dirinya baru saja pulang dari berburu. Istrinya yang sedang hamil muda memintanya untuk mencari seekor kelinci hasil buruannya untuk disantap. Karena tidak ingin mengecewakan istrinya, lelaki itu kemudian pergi ke hutan yang kini menjadi tempat kematiannya.
Saat ingin kembali, dia dicegat oleh segerombolan perampok yang menutup wajah mereka. Perampok yang lebih dari sepuluh orang itu tanpa ampun mulai menyerangnya. Walau dia mempunyai kemampuan ilmu bela diri, nyatanya tidak membuatnya selamat dari serangan mereka. Tubuhnya penuh dengan luka tebasan dan juga anak panah yang menancap di perutnya.
Tubuhnya jatuh bersimbah darah dengan tatapan mata penuh rasa dendam. Di saat dewa maut akan datang menjempunya, dia sempat melihat sosok wanita yang menatapnya dengan senyum kepuasan. Seketika, matanya terbelalak karena mengenali wajah yang ternyata tak asing baginya. Wajah yang membuatnya jatuh cinta hingga menentang kedua orang tuanya.
Wanita itu adalah istrinya. Dengan sisa kemampuannya, dia bisa mendengar suara tawa istrinya dalam pelukan salah seorang perampok. Samar-samar, dia mendengar ucapan mereka yang bahagia karena telah berhasil menyingkirkannya. Rupanya, dia telah menjadi target dari persekongkolan istrinya itu dengan kekasih gelapnya. Yang lebih menyakitkan lagi baginya, ternyata anak yang dikandung istrinya bukanlah anaknya, melainkan anak dari hasil hubungan gelap istrinya dengan kekasihnya itu.
Hatinya terasa hancur karena di saat maut menjemputnya, dia baru menyadari kalau dia telah salah memilih pasangan hidup. Yang mereka incar adalah hartanya dan juga kehormatan keluarganya. Mereka tega membunuhnya bahkan istrinya sendiri tega menancapkan kertas segel di atas jasadnya yang mulai tertutup tanah. Di hutan itu, di saat kabut tipis mulai menutup area hutan dan diiringi hujan gerimis, jasadnya tertutup tanah hingga hilang di atas tumpukan tanah yang kian meninggi. Sejak saat itu, dia menjadi arwah penasaran yang diselimuti rasa dendam.
Karena disegel, arwahnya tidak bisa pergi ke mana-mana. Hanya di sekitar hutan itu dia bisa leluasa dan mengganggu orang-orang yang melintas di dalam hutan. Bahkan, karena rasa dendamnya itu, dia tega membunuh setiap wanita yang melintas di hutan itu. Dengan ketampanan wajahnya dia sering menjebak wanita, hingga membuat mereka takluk dengan ketampanannya. Setelah itu, dia akan membunuh mereka dengan cara menghisap aura kehidupan hingga membuat tubuh mereka mengering dengan tubuh kurus kerontang.
Mendengar penjelasan lelaki itu, Yi Yuen merasa iba, tapi dia tidak bisa membenarkan pembunuhan yang sudah dilakukan olehnya. “Jadi, sudah satu tahun kamu menjadi arwah gentayangan di hutan ini dan itu berarti kamu juga tahu tentang perampok yang berdiam di hutan ini?” tanya Yi Yuen yang ingin mencari tahu tentang Kangjian dan teman-temannya.
“Aku tahu mereka dan mereka itu bukan perampok. Aku diam-diam sering membantu mereka jika dikejar prajurit istana, tapi kemarin aku terlambat karena tubuhku ini sangat lemah. Mereka telah difitnah oleh perampok-perampok yang telah membunuhku. Mereka itu hanya sekumpulan pemuda yang mencari keadilan atas pembantaian yang terjadi di desa mereka.”
Penjelasan lelaki itu membuat Yi Yuen cukup terkejut. Pasalnya, pemimpin prajurit istana yang sempat ditemuinya waktu itu menganggap mereka sebagai perampok yang sangat kejam. Walau begitu, Yi Yuen tidak serta merta memercayai semua ucapannya hingga membuat lelaki itu sedikit kecewa.
“Aku tahu kamu mungkin tidak percaya padaku, tapi aku bisa membuktikan kalau apa yang aku katakan adalah sebuah kebenaran. Aku akan menunjukkan di mana mereka menguburkan mayatku.”
Lelaki itu kemudian berjalan ke arah timur dan diikuti oleh Yi Yuen di belakangnya. Tak lama kemudian, mereka tiba di depan sebuah gundukan tanah yang tidak terlalu tinggi. Di depan gundukan tanah, lelaki itu duduk sambil menangis. “Di sinilah mereka mengubur mayatku. Sejak saat itu, arwahku terperangkap di hutan ini. Sebenarnya, aku tidak ingin membunuh, tapi aku benci saat melihat wanita-wanita itu melintas di depanku. Aku benci karena aku terkurung hingga tidak bisa membalaskan dendamku!”
Mata pemuda itu seketika memerah dengan wajah yang perlahan berubah mengerikan. Melihat perubahan wujudnya, Yi Yuen lantas menepuk punggung pemuda itu, hingga dia terkejut dan kembali ke wujudnya semula.
“Tahan amarahmu! Jika rasa dendam menguasaimu, arwahmu akan menjadi arwah penasaran yang jahat dan aku tidak akan bisa membantumu. Namun, aku akan berusaha untuk membantu mengungkap kematianmu dan menghukum orang-orang yang telah melakukan semua ini padamu. Karena itu bersabarlah, jika semua sudah selesai, aku akan membantumu untuk bereikarnasi. Sekarang, beritahu aku siapa namamu dan di mana tempat tinggalmu.”
“Namaku Lian Wei dan istriku bernama Mulan. Aku tinggal di desa dekat hutan ini. Aku rasa, rumahku tidak akan sulit untuk kamu temukan karena semua orang di desaku tahu marga keluargaku.” Lelaki itu menatap Yi Yuen dengan penuh pengharapan agar gadis itu dapat membantunya.
Sementara Yi Yuen, sudah bertekad untuk membantunya. Setidaknya, itu adalah hal baik yang patut dia lakukan. Membantu arwah yang penasaran dan membantu mereka untuk bereinkarnasi dan terlahir kembali menjadi manusia.