Reinkarnasi Dewi Keabadian Episode 22

Chapter 22

Melihat puluhan pengawal yang menghadang di depan mereka, Wang Wei hanya tersenyum tipis sambil menggenggam sebilah pedang yang ada di tangan kanannya. Begitu pun dengan Kangjian yang sudah bersiap dengan pedang yang diberikan Wang Wei padanya. Sementara Yi Yuen, berdiri di antara mereka berdua.

Di depan mereka, Mulan dan lelaki selingkuhannya itu menatap dengan penuh amarah. Bisa terlihat dari wajah mereka yang tidak suka kediaman mereka dimasuki orang lain.

“Adik ipar, apa maksud kedatanganmu dengan cara seperti ini? Kenapa kamu memaksa masuk ke dalam rumahku?” tanya Mulan yang terlihat tidak suka dengan kehadiran mereka.

“Rumahmu? Siapa bilang kalau ini adalah rumahmu? Ini adalah rumah kakakku yang telah kalian bunuh! Paman dan bibiku juga mati di tangan kalian. Apa kalian berani menyangkalnya?”

Mendengar ucapan Wang Wei, wajah wanita itu mulai terlihat gelisah. Dia seakan panik karena Wang Wei telah mengetahui kejahatan mereka.

“Apa maksud ucapanmu itu? Apa buktinya kalau kami telah membunuh mereka?” Lelaki yang berdiri di samping Mulan berusaha untuk menyangkal. Melihat istrinya mulai panik, dia berusaha menutupi kepanikan istrinya dengan sangkalannya itu.

“Kalian berdua benar-benar licik! Aku tahu siapa dirimu,” ucap Wamg Wei sambil menunjuk ke arah lelaki itu. “Kamu adalah ketua perampok yang telah membunuh kakakku dan kalian telah memfitnah Kangjian sebagai perampok kejam padahal kalian sendiri yang telah membantai penduduk di desanya. Anak itu juga bukan darah daging kakakku, tetapi anak dari hasil hubungan gelap kalian. Kalian berkomplot membunuh kakakku dan juga paman bibiku untuk mengambil harta mereka. Apa kalian masih bisa mengelak?”

Wang Wei terlihat marah. Wajahnya memerah dengan tangannya yang mengepal. Melihat Mulan dan lelaki itu membuatnya segera ingin menghabisi mereka karena rasa benci yang sudah membuncah di dadanya.

“Di dalam peti ini ada jasad kakakku. Kami telah menemukan tempat di mana kalian mengubur jasadnya dan kalian harus bertanggung jawab atas perbuatan kalian!” Wang Wei lantas menyerang lelaki itu dan Mulan, tetapi dia dicegat oleh beberapa pengawal yang berusaha melindungi pasangan itu.

“Cepat bunuh mereka!” perintah lelaki itu sambil berusaha melarikan diri. Sementara Mulan yang menggendong anaknya tampak mulai panik karena suaminya itu berusaha meninggalkan dirinya.

“Suamiku, tunggu kami!” teriak Mulan, tetapi teriakannya itu tidak digubris. Lelaki itu seakan tak peduli dan berusaha kabur seorang diri.

Wang Wei merangsek maju menerobos puluhan pengawal. Kecepatannya dalam bertarung sangat luar biasa. Dengan mudahnya, dia berhasil merobohkan setiap pengawal yang menghalangi jalannya. Bersama Kangjian keduanya bertarung, hingga puluhan pengawal takluk di tangan mereka.

Lelaki itu terkejut saat melihat anak buahnya terkapar di atas lantai dengan erangan yang terdengar menyakitkan. Tubuh mereka benar-benar dibuat remuk oleh Wang Wei dan Kangjian.

Karena sudah terdesak, dia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tempat itu, tetapi Yi Yuen segera berlari ke arahnya dan mencegahnya sambil berdiri di depannya.

“Dasar gadis bodoh! Apa kamu pikir bisa menghentikanku?” ucapnya sambil melempar sebilah pisau ke arah Yi Yuen, tetapi Kangjian dengan cepat meraih tubuh Yi Yuen dan menangkis pisau itu dengan pedangnya.

Kangjian lantas menyerang lelaki itu. Gerakan beladiri Kangjian ternyata cukup tangguh. Beberapa kali pukulannya berhasil mengenai sasaran, hingga membuat lelaki itu meringis kesakitan. Kini, lelaki itu sudah terkepung dan tidak ada jalan baginya untuk bisa melarikan diri. Karena terdesak, dia akhirnya meraih tubuh anak dalam gendongan Mulan dan menyanderanya. “Jika kalian maju, aku akan membunuhnya!”

Mulan yang melihat putranya disandera suaminya sendiri terlihat mulai ketakutan. Dia tahu bagaimana sifat suaminya yang tidak pernah main-main dengan tindakannya. Dia bisa membunuh siapa pun demi ambisinya.

“Suamiku, apa yang kamu lakukan? Dia putra kita, tetapi kenapa kamu tega melakukan ini padanya?”

Sebagai seorang ibu, Mulan tidak tega melihat anaknya yang kini menangis karena ketakutan. Sambil menangis, dia berusaha membujuk lelaki itu agar melepaskan anaknya, tetapi percuma.

Yi Yuen yang melihat kejadian itu tiba-tiba maju mendekat ke arah lelaki yang kini mundur ke belakang. Wajah Yi Yuen terlihat tak biasa. Tatapan matanya begitu tajam dengan warna matanya yang tiba-tiba berubah menjadi kebiruan.

Melihat perubahan sikap Yi Yuen, Kangjian berusaha untuk mencegahnya, tetapi langkahnya terhenti saat Ling tiba-tiba datang dan menahan pundaknya. “Biarkan saja, jangan ganggu dia!”

Sontak, mereka hanya memerhatikan Yi Yuen yang terus mendekat ke arah lelaki itu. Melihat perubahan pada gadis di depannya, lelaki itu ketakutan. Tatapan mata Yi Yuen seakan memaksa dirinya untuk menatap mata gadis itu yang kini berjalan semakin mendekat ke arahnya, hingga lelaki itu berhenti saat tubuhnya tidak bisa lagi mundur karena sudah tersandar di dinding.

“Apa yang kamu lakukan padaku?” teriak lelaki itu yang kini tidak bisa bergerak. Tangannya yang sedari tadi menghunus pisau ke leher anaknya sendiri perlahan bergerak mengarah pada lehernya. Pisau itu berada tepat di lehernya, hingga membuatnya semakin ketakutan.

Melihat hal itu, Mulan segera mengambil putranya dari gendongan suaminya. Tubuh lelaki itu kini kaku tak bergerak seakan ada kekuatan besar yang menghalangi gerakannya. Walau dia berusaha untuk berontak, tetapi dia tidak mampu melakukannya. Tubuhnya seakan bergerak sendiri tanpa keinginannya, hingga dia terkejut saat tangan gadis di depannya itu mencekik lehernya hingga membuatnya tidak dapat bernapas. Karena cengkeraman tangan Yi Yuen begitu kuat, lelaki itu akhirnya pingsan. Tubuhnya lunglai dan jatuh di atas lantai.

Kangjian lantas berlari ke arahnya dan mengikat kedua tangan lelaki itu. Melihat perubahan pada mata Yi Yuen, Kangjian mulai menyadari kalau gadis itu mempunyai suatu kekuatan. Sementara Ling menghampiri Yi Yuen yang mulai tersadar.

“Nona, kamu tidak apa-apa?” tanya Ling sambil merangkul tubuh Yi Yuen yang tampak sedikit sempoyongan.

“Apa kekuatan itu muncul lagi, Bi?” tanya Yi Yuen saat Ling mengarahkannya untuk duduk di sebuah kursi. Ling yang kini duduk di depannya menganggukkan kepala.

Sementara Wang Wei sudah mengerahkan prajurit istana untuk menangkap semua perampok itu. Begitu pun dengan Mulan dan suaminya yang telah pingsan. Mereka dibawa ke penjara istana untuk menerima hukuman atas perbuatan mereka.

Kangjian melihat Yi Yuen yang terlihat lemah setelah tersadar dari kekuatan yang baginya sangatlah aneh. Begitu pun dengan Wang Wei yang berjalan mendekat ke arah Yi Yuen dan duduk di depannya.

“Maaf, apa aku boleh tahu darimana kamu tahu tentang keberadaan mayat kakakku?” Pertanyaan itu sudah ingin dia tanyakan pada Yi Yuen sejak awal, tetapi dia menunggu waktu yang tepat untuk menanyakannya.

“Sebaiknya, biarkan dia istirahat dulu,” ucap Kangjian yang paham dengan kondisi Yi Yuen.

“Aku akan memberitahukannya, tetapi sebelum itu kita kuburkan dulu tulang kakakmu di tempat yang layak. Setelah itu, aku akan menjelaskan pada kalian.”

Saat itu juga, mereka menguburkan tulang belulang Lian Wei di dekat makam kedua orang tuanya. Rumah yang kini kosong akan ditempati oleh Wang Wei sesuai dengan permintaan Lian Wei padanya.

Setelah selesai menguburkan tulang Lian Wei, mereka berempat duduk di ruangan tengah di rumah itu. Kangjian dan Wang Wei terlihat penasaran dan duduk di depan Yi Yuen dan Ling. Yi Yuen lantas mulai menceritakan pertemuannya dengan Lian Wei dan tentang kemampuan yang dimilikinya.

“Aku bisa melihat arwah. Itu sudah aku alami sejak aku masih kecil. Hanya saja, akhir-akhir ini aku sering terpengaruh dengan kekuatan seperti tadi. Jika aku marah, maka mataku akan berubah dan aku bisa mengendalikan gerakan orang yang menjadi sasaran kemarahanku itu dengan tatapan mataku.” Mereka terlihat antusias mendengar penjelasan Yi Yuen.

“Nona, apa Anda bisa melakukan gerakan kung fu?” tanya Kangjian tiba-tiba.

“Yi Yuen tidak bisa melakukannya, hanya saja jika dalam keadaan terdesak, dia bisa melakukan gerakan kung fu di luar kesadarannya,” jawab Ling spontan.

“Kalau begitu, izinkan aku membantu Nona. Aku akan mengajari Nona beberapa gerakan dasar kung fu agar Nona bisa menjaga diri. Itu sebagai ucapan terima kasih karena sudah menyelamatkan nyawaku dan membantu menangkap orang-orang yang telah membantai warga desaku.”

Kangjian tiba-tiba bangkit dan berlutut di depan Yi Yuen. “Nona, izinkan aku untuk ikut dengan Nona. Aku tidak punya siapa-siapa lagi dan aku akan menjadi pengikut setia Nona sampai aku mati.” Kangjian berlutut dan meletakkan kepalanya di atas lantai.

“Kangjian bangkitlah, jangan berlutut padaku seperti itu. Baiklah, mulai sekarang kamu akan tinggal bersama kami dan aku akan belajar kung fu darimu. Ayo, bangkitlah!” Yi Yuen mendekati pemuda itu dan memintanya untuk bangkit. Kangjian lantas bangkit dan menatap Yi Yuen yang tersenyum padanya.

“Nona, terima kasih.”

“Sudahlah, jangan panggil aku Nona, panggil saja namaku.” Yi Yuen kembali tersenyum dan duduk di tempat duduknya semula.

“Jadi, karena kemampuanmu itu kamu bisa bertemu dengan arwah kakakku dan dia menceritakan semuanya padamu. Sebagai adiknya, aku ingin mengucapkan terima kasih. Kalau bukan karena dirimu, bisa saja kesalahpahaman di antara aku dan Kangjian akan terus berlanjut dan pembunuh sebenarnya tidak akan pernah tertangkap. Karena itu, apa pun bantuan yang kalian butuhkan dariku, jangan sungkan untuk mengatakannya padaku. Dengan senang hati aku akan membantu. Jika perlu sesuatu, datang dan temui aku di rumah ini, maka dengan semampuku aku akan membantu kalian.” Wang Wei terlihat tulus dengan ucapannya itu.

“Baiklah, aku akan ingat ucapanmu itu.” Yi Yuen lantas tersenyum dan sejak saat itu, mereka mulai berteman.

Persahabatan mereka mulai terjalin. Wang Wei sering berkunjung ke kedai obat milik Yi Yuen dan terkadang membantu Kangjian membawa tanaman obat. Tak jarang pula mereka berdua mengajari Yi Yuen cara bertarung. Dari memanah dan belajar gerakan-gerakan kung fu tak luput mereka ajarkan padanya, hingga membuat Yi Yuen perlahan mulai menguasainya.

“Wah, ternyata kamu sangat cepat tanggap. Aku tidak menyangka kamu bisa secepat itu menguasai kung fu,” puji Wang Wei saat baru saja menguji kemampuan gadis itu.

“Kamu terlalu banyak memuji. Semua ini berkat Kangjian yang tak henti mengajariku,” ucap Yi Yuen sambil menatap ke arah pemuda itu.

“Itu karena kamu mau berusaha. Walau sekeras apa pun aku mengajarimu, tetapi jika kamu tidak bersungguh-sungguh, maka semua yang aku ajari hanya akan sia-sia.”

“Iya, guru! Terima kasih karena guru sudah mengajariku,” ucap Yi Yuen sambil menundukkan kepalanya di depan Kangjian. Melihat tingkahnya itu, Kangjian hanya tersenyum dan segera masuk ke dalam kedai.

“Yi Yuen, ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu,” ucap Wang Wei dengan raut wajahnya yang terlihat tegang.

“Ada apa? Apa kamu butuh bantuanku?”

Wang Wei mengangguk. “Aku ingin meminta bantuanmu untuk memeriksa seorang anak yang sakit sudah hampir 2 bulan ini. Ayahnya adalah kakak seniorku saat aku pertama kali bertugas di istana. Aku rasa, ada yang aneh dengan penyakit anak itu.”

“Apa kamu sudah pernah bertemu dengan anak itu?”

“Kemarin aku sudah melihatnya. Dari raut wajahnya, aku tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres. Anak itu sering mengamuk dan ingin menyakiti dirinya sendiri. Karena itu, ayahnya mengikat kedua tangan dan kakinya agar dia tidak berontak dan menyakiti dirinya.”

Mendengar penjelasan Wang Wei, Yi Yuen merasa tergerak untuk membantu. Dia ingin melihat apa yang sudah terjadi pada anak itu. Setelah mendengar penjelasan Wang Wei secara keseluruhan, maka di keesokan harinya mereka berdua berangkat menuju rumah kakak senoirnya itu.

Di depan pintu rumah, Yi Yuen menghentikan langkahnya. Pandangan matanya menatap ke arah sekitar tempat itu. Di depan matanya, dia melihat aura berwarna hitam pekat yang mengitari area sekitar rumah. Itu adalah aura kegelapan. Aura yang memiliki kekuatan jahat untuk mengusik penghuni rumah atau menginginkan kematian dari penghuni rumah itu.

“Yi Yuen, apa yang kamu lihat?”

“Rumah ini penuh dengan aura jahat. Sepertinya, ada yang tidak suka dengan keluarga ini. Ayo, kita harus cepat!”

Yi Yuen kemudian masuk dan diikuti Wang Wei di belakangnya. Sebelumnya, Wang Wei sudah memberitahukan perihal Yi Yuen pada kakak seniornya kalau gadis itu yang akan membantu menyembuhkan anaknya.

Di depan sebuah kamar, aura jahat itu semakin terlihat. Aura berwarna hitam itu terlihat semakin pekat dengan aroma busuk yang hanya bisa dilihat dan dicium oleh Yi Yuen.

Perlahan, Yi Yuen membuka pintu kamar dan melihat seorang bocah laki-laki yang berumur sekitar 12 tahun sedang duduk dengan kedua tangan dan kaki yang terikat.

Melihat kedatangan mereka, bocah itu menangis meminta untuk dilepaskan. Wajahnya pucat. Dia menangis mengiba di depan mereka. Ayah dan ibunya terlihat sedih karena anak semata wayang mereka dalam kondisi yang sangat menyedihkan.

“Nona, tolong selamatkan anakku! Aku mohon!” Ibu dari sang bocah terlihat menangis di depan Yi Yuen. Berharap agar gadis itu bisa menyelamatkan anaknya.

“Nyonya, keluarlah! Biar kami berdua bicara dengan putra Anda.”

Suami istri itu kemudian keluar meninggalkan Yi Yuen dan Wang Wei yang berjalan perlahan mendekati putra mereka. Yi Yuen menatap wajah bocah itu yang masih menangis meminta untuk dilepaskan.

“Kakak, lepaskan aku! Ayah dan ibuku sudah mengikatku. Aku merasa sakit di sekujur tubuhku. Aku ingin keluar dan bermain bersama teman-temanku.” Bocah itu mengiba di depan Yi Yuen hingga membuat Wang Wei merasa iba.

Sekilas, Yi Yuen bisa melihat kalau bocah itu berkata jujur. Untuk saat ini, dia tidak dirasuki oleh apa pun.

“Siapa namamu?” tanya Yi Yuen sambil mencoba meraih tangan bocah itu. Tangannya terasa dingin. Perlahan, bocah itu tersenyum dengan tatapan mata yang mulai berubah. Yi Yuen mulai menyadari kalau sesuatu yang aneh mulai terlihat pada bocah itu, hingga tiba-tiba bocah itu berteriak dengan sangat keras. Kedua bola matanya berputar tak beraturan. Wajahnya menyeringai dengan suara yang telah berubah menjadi suara seorang pria dewasa.

“Kalian tak perlu tahu siapa namaku! Aku akan membunuh anak ini dan juga keluarganya. Mereka harus mati di tanganku!”

Seketika bocah itu meronta berusaha melepaskan ikatan tali di tangannya, hingga salah satu tali di tangannya terlepas. Sontak, wajahnya tersenyum menyeringai dan mengarahkan tangannya itu ke arah leher Yi Yuen yang duduk di dekatnya. “Kamu harus mati!” pekiknya seraya mencekik leher Yi Yuen dengan suara tawa yang terdengar menakutkan.


Reinkarnasi Dewi Keabadian

Reinkarnasi Dewi Keabadian

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2020 Native Language: Indonesia
Gemuruh petir menggelegar di atas langit mendung. Rintik air hujan perlahan turun dengan derasnya dan membasahi ranting pepohonan di dalam hutan. Di mulut goa, terlihat seorang gadis sedang berteduh sambil membersihkan rambut dan wajahnya dari percikan air hujan. Wajahnya tampak gelisah karena khawatir hujan tidak akan reda. Melihat langit yang mulai senja dengan mendung yang menyelimutinya, gadis itu mulai memanjatkan doa, berharap hujan yang makin deras itu akan segera reda.   Terlihat, mulut gadis itu komat-kamit sambil memejamkan matanya. Wajahnya yang cantik, tampak anggun saat matanya terpejam. Doa-doa yang dipanjatkan setidaknya menjadi kekuatan tersendiri baginya. Walau doa tak henti dia panjatkan, nyatanya hujan tak juga reda. Bahkan, hujan turun semakin deras dengan suara petir yang menggelegar bersahutan....Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera dibaca ceritanya...

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset