Reinkarnasi Dewi Keabadian Episode 24

Chapter 24

Secara bertahap, Yi Yuen mulai merasakan suatu kekuatan aneh yang menguasai dirinya. Diam-diam dan tanpa sepengetahuan ibunya, dia mulai melatih kekuatannya. Bersama Ling, mereka sering berlatih bersama. Walau dia merasa aneh dengan kemampuannya itu, tapi tidak serta merta membuatnya bertanya pada ibunya.

Dan kini, kekuatannya itu akan dipergunakan untuk membantu manusia yang diganggu oleh roh jahat atau siluman.

Lelaki tua yang berdiri menatap ke arah Yi Yuen dan Ling masih memerhatikan mereka berdua. Sementara wanita di samping lelaki tua itu tampak mulai panik saat melihat kedua gadis itu muncul secara tiba-tiba.

“Oh, jadi kalian berdua yang sudah mengalahkan prajuritku? Kemampuan kalian ternyata hebat juga, tapi apa kalian sanggup menahan seranganku ini?”

Dengan cepat tongkat di tangannya diarahkan pada Yi Yuen dan Ling. Sinar berwarna merah melesat keluar dari ujung tongkat berkepala tengkorak itu dan bersiap menghantam kedua gadis itu. Namun, sinar merah itu hanya menghantam ruangan hampa karena Yi Yuen dan Ling segera menghindar dari sinar itu.

Di saat yang sama, semua makhluk halus yang ada di ruangan itu ikut menyerang mereka, terkecuali satu makhluk yang memilih untuk tidak ikut campur. Rupanya, dia mulai tahu siapa sosok di balik wajah cantik dari gadis yang kini sedang bertarung.

“Gadis itu bukan gadis biasa. Aku pernah melihat tatapan mata yang menakutkan seperti itu.” Dia terus memerhatikan teman-temannya yang tumbang di tangan dua orang gadis yang sedang bertarung dan di saat itulah dia mulai mengingat sesuatu. “Gadis itu, apa dia adalah reinkarnasi dari Dewi Keabadian?” batinnya sambil memerhatikan setiap gerakan Yi Yuen dan akhirnya dia mulai menyadari kalau apa yang disangka olehnya itu memang benar.

Setelah yakin dengan sangkaannya itu, dia mulai maju dan mencoba melerai teman-temannya untuk tidak lagi melawan karena dia tahu setiap roh dan siluman yang melawan gadis itu pasti akan mati dan hangus terbakar.

“Hentikan! Jangan kalian melawannya! Hentikan!” Walau sudah melerai, mereka tak peduli padanya. Bahkan, lelaki tua itu terlihat marah karena anak buahnya sendiri telah mengkhianatinya. Dengan amarah, dia kembali melancarkan sinar merah ke arah makhluk itu, tapi Yi Yuen dengan gerakan yang sangat cepat tiba-tiba berdiri di depannya dengan tongkat yang sudah berada di tangannya.

Tak hanya itu, Yi Yuen kini mencekik leher lelaki tua tersebut hingga tubuhnya tersandar di dinding. “Perbuatanmu sangatlah jahat. Dengan memperalat mereka, kamu tega ingin membunuh sebuah keluarga. Asal kamu tahu, aku tidak akan membiarkan manusia sepertimu memperalat mereka dan manusia sepertimu pantas untuk mati!”

Wanita yang sedari tadi melihat mereka tiba-tiba mendekat ke arah Yi Yuen dan berusaha melepaskan tangannya dari leher lelaki tua itu.

“Lepaskan tanganmu dari leher kakekku. Lepaskan!” Dia berteriak sambil berusaha menarik tangan Yi Yuen. “Mereka pantas untuk mati. Aku yang meminta kakekku untuk membunuh anaknya. Lelaki itu pantas untuk mati. Dia telah menghancurkan hidupku. Dia ingin membunuhku dan anak yang ada di rahimku karena dia tidak ingin menikahiku. Aku hampir saja mati karena racun yang dia berikan padaku, hingga aku kehilangan bayiku. Aku membencinya hingga aku bertekad untuk menghabisinya dan keluarganya. Aku …. ” Wanita itu menangis sejadinya hingga membuat Yi Yuen melepaskan tangannya dari leher lelaki tua itu.

Mendengar penjelasan wanita itu, Wang Wei sungguh terkejut. Dia tidak menyangka kalau kakak senior yang sangat dihormati olehnya ternyata melakukan hal bejat yang berimbas pada kehancuran keluarganya sendiri.

“Cucuku, maafkan Kakek karena tidak berhasil membalaskan dendammu. Sepertinya, kamu harus mengikhlaskan lelaki itu bebas.”

“Tidak! Aku tidak akan membiarkannya lepas dari hukum jika apa yang kamu katakan adalah sebuah kebenaran.” Wang Wei berjalan mendekati mereka dan dia bisa melihat kesedihan di wajah wanita yang kini menangis. “Aku akan membuatnya bertanggung jawab atas perbuatannya. Bagaimanapun, hukum harus ditegakkan.”

Seketika pertarungan Ling dan beberapa makhluk yang tersisa tiba-tiba terhenti. Dan makhluk-makhluk itu begitu terkejut saat Yi Yuen berjalan ke arah mereka. “Kalian aku bebaskan, tapi jika aku bertemu dengan kalian yang mengganggu manusia lagi, maka kalian akan mati di tanganku. Sekarang, pergilah dan tunggulah waktu untuk kalian bereinkarnasi!” Makhluk-makhluk itu lantas bersujud di depan Yi Yuen. Di penglihatan mereka, ada cahaya kebiruan yang muncul dari tubuh gadis itu dan itu adalah cahaya surga.

Setelah itu, mereka kemudian menghilang meninggalkan lelaki tua yang kini tidak lagi mempunyai kekuatan. Tongkat tengkorak yang menjadi senjata andalannya untuk menghukum makhluk halus yang melawan perintahnya, kini telah patah. Atas perintah Yi Yuen, Ling mematahkan tongkat itu dengan pedangnya. Seketika saja, tongkat itu patah menjadi dua bagian.

Setelah mendengar penjelasan dari wanita itu, Wang Wei akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan kakak seniornya.

Sebelum mereka meninggalkan rumah kakek tua itu, Yi Yuen sempat berbicara dengannya. Wajah rentanya menatap penuh takjub sambil berlutut di depan Yi Yuen. “Maafkan aku yang telah melakukan perbuatan dosa. Aku bersyukur karena sebelum mati aku bisa bertemu dengan Dewi.”

Ucapan lelaki tua itu membuat Yi Yuen semakin penasaran. Pasalnya, dirinya sudah beberapa kali disebut sebagai seorang dewi. Padahal menurutnya, kekuatan itu hanya sebuah anugerah dari Dewa untuknya.

“Aku tahu kamu mungkin bingung, tapi penglihatan dari mataku yang mulai rabun ini bisa memastikan kalau kamu adalah seorang Dewi. Lihat saja aura surga yang terpancar dari tubuhmu.” Yi Yuen memerhatikan sekeliling tubuhnya dan memang benar dia bisa melihat cahaya biru yang perlahan mulai meredup.

“Ternyata, cerita yang aku dengar dari leluhurku memang benar. Seorang Dewi akan terlahir kembali menjadi manusia dan dia akan menjadi ancaman terbesar bagi Istana Langit. Jika aku masih hidup, aku berharap bisa membantumu, tapi rupanya Dewa memberikanku umur panjang hanya agar aku bisa bertemu denganmu.” Lelaki tua itu tiba-tiba terhuyung dan jatuh di atas lantai.

“Tuan!” Yi Yuen terkejut saat melihat tubuh renta itu terjatuh ke tanah. Tubuh renta itu lantas dipangkunya.

“Terima kasih, karena sudah membebaskanku. Aku harus pergi karena masa hidupku sudah berakhir dan itu berkat dirimu. Andai aku tidak bertemu denganmu, aku akan menjadi manusia tua yang tidak akan pernah mati.”

“Tuan, tolong jelaskan apa maksud ucapanmu tadi. Kenapa aku menjadi ancaman bagi Istana Langit? Itu tidak mungkin, kan?”

“Dewi Keabadian, itulah dirimu. Namamu adalah Dewi Yi yang menguasai Istana Langit. Kamu …. ” Ucapannya tiba-tiba terhenti dengan napas yang mulai tersengal, tapi wajah rentanya menyunggingkan sebuah senyuman. “Dewi Yi, terima kasih.” Seketika napasnya terhenti dan tiba-tiba saja tubuhnya berubah menjadi abu. Wanita itu menangis saat melihat kakeknya telah berubah menjadi abu.

“Kakek, maafkan aku.” Wanita yang mengaku sebagai cucunya itu terlihat menangis seiring dengan abu lelaki tua itu yang perlahan beterbangan hingga hilang di atas udara.

“Nona, jangan pikirkan itu. Suatu saat nanti, Nona pasti akan tahu segalanya.” Ling meraih tangan Yi Yuen dan mengajaknya berdiri.

“Apa kalian yakin dengan ucapannya? Apa aku adalah seorang Dewi?” Yi Yuen tampak bingung dengan pertanyaannya sendiri. Bahkan, dia sendiri kadang dibuat bingung dengan ucapan dan tingkah lakunya yang berbeda. Seperti ada orang lain yang mengendalikan ucapan dan kekuatan di dalam dirinya.

“Aku yakin dengan ucapan kakekku. Dia memang bukanlah kakek kandungku karena aku tinggal dengannya saat aku ditinggal mati kedua orang tuaku. Kakek selalu menceritakan kisah tentang seorang dewi yang nantinya akan terlahir menjadi manusia biasa. Katanya, dewi itu akan mengguncang Istana Langit karena menuntut keadilan.”

Ucapan wanita itu kembali membuat Yi Yuen semakin bingung. Namun, sahabat-sahabatnya berusaha menenangkannya.

“Sudahlah, siapa pun dirimu kami akan selalu membantumu. Jangan pikirkan lagi masalah itu. Ayo, sebaiknya kita pulang biar masalah ini aku yang akan menyelesaikannya.”

Saat itu juga mereka kembali ke kedai. Setelah itu, Wang Wei kembali ke rumahnya. Sementara Yi Yuen masih memikirkan ucapan kakek tua itu. “Apa aku ini seorang dewi? Tapi, apa itu mungkin?”

Zhi Ruo yang melihat putrinya gelisah, lantas mendekatinya. “Putriku, ada apa? Kenapa kamu gelisah? Apa masalah tadi belum selesai juga?” tanya Zhi Ruo sambil menyisir rambut putrinya itu.

“Ibu, ada yang ingin aku tanyakan.”

“Apa yang ingin kamu tanyakan, Nak?” Zhi Ruo menyisir pelan rambut panjang Yi Yuen yang terurai, hingga tangannya berhenti menyisir saat gadis itu menanyakan sesuatu yang membuatnya terkejut.

“Ibu, siapa ayahku?” Itulah pertanyaan Yi Yuen yang membuat Zhi Ruo terkejut. Pasalnya, selama ini Zhi Ruo tidak pernah menceritakan tentang Li Quan pada putrinya itu. Untuk sesaat, dia terdiam.

“Maafkan aku, Bu. Aku tidak bermaksud membuat Ibu bersedih karena bertanya tentang ayah. Hanya saja, aku …. ” Yi Yuen menghentikan ucapannya dan menatap sang ibu yang tersenyum padanya.

Dengan lembut, Zhi Ruo kembali menyisir rambut Yi Yuen dan mengeluarkan sebuah tusuk rambut yang diberikan Dewi Bulan padanya. “Ini adalah tusuk rambut yang diberikan nenekmu pada Ibu. Sekarang, tusuk rambut ini akan menjadi milikmu.” Zhi Ruo memasangkan tusuk rambut itu di kepala Yi Yuen. Tusuk rambut berwarna keemasan itu seketika mengeluarkan warna yang sangat terang hingga membuat Zhi Ruo dan Yi Yuen terkejut.

Tak hanya mereka berdua yang terkejut, tapi Li Quan juga merasakan hal yang sama. Seketika dia terjaga dari tidurnya hingga membuatnya terbangun.

“Suamiku, ada apa?” tanya Putri Mu Rong yang terkejut saat melihat suaminya tiba-tiba terbangun. Tanpa menjawab, Li Quan lantas bangkit dari tempat tidur dan meninggalkan istrinya yang menatapnya heran.

“Suamiku, kamu mau ke mana?” Putri Mu Rong bangkit dari tempat tidur dan mengikuti suaminya, tapi langkahnya terhenti saat melihat Li Quan masuk ke dalam ruangan yang terlarang bagi siapa pun untuk memasukinya. “Selalu saja dia melakukan hal ini padaku. Apa sebenarnya yang dia lakukan di ruangan itu hingga tidak mengizinkanku masuk ke dalam?” Dengan kesal, dia kembali masuk ke kamarnya.

Bukan sekali ini saja Li Quan meninggalkannya tidur sendirian. Sudah berulang kali Li Quan meninggalkannya dan menghabisakan waktu di dalam ruangan itu. Di sana, Li Quan menangis karena bayangan wajah Zhi Ruo melintas di dalam pikirannya. Tak hanya itu, bayangan wajah seorang gadis muda juga terlihat olehnya. Wajah yang terlihat asing, tapi bukan itu yang dia rasakan. Melainkan perasaan berbeda yang membuatnya selalu teringat dengan wajah yang terlihat anggun dengan tusuk rambut yang tak asing di matanya.

Li Quan mencoba melukis wajah yang terlihat di dalam mimpinya. Wajah yang akhir-akhir ini sering membuatnya terjaga. Di dalam ruangan itu, banyak lukisan wajah dua orang perempuan yang tak pernah bisa hilang dari ingatannya. Hanya lewat lukisan itu, dia meluapkan rasa rindu yang terpendam entah untuk berapa lama. Rasanya, rindunya semakin membuncah saat seraut wajah cantik melayangkan senyuman untuknya.

“Zhi Ruo, aku merindukanmu. Andaikan aku mampu, aku ingin menemuimu dan memelukmu untuk melepaskan rasa rinduku ini, tapi aku tidak bisa!” Li Quan menangis sambil memeluk selembar lukisan yang selalu menjadi pelampiasan rindunya.

Sementara Zhi Ruo, tampak menangis saat mengingat sang suami yang selama ini sangat dia rindukan. Entah untuk ke berapa kalinya dia menangis sambil memeluk selembar surat yang menjadi tempatnya melepaskan rindu.

“Suamiku, tidak bisakah sekali saja aku bertemu denganmu? Tidakkah kamu tahu kalau aku sangat merindukanmu? Apa kamu tidak merindukanku dan juga putri kita?” Zhi Ruo menghapus air matanya saat Yi Yuen tiba-tiba melihatnya menangis.

Tanpa bertanya, Yi Yuen lantas memeluk ibunya. “Maafkan aku karena sudah membuat Ibu mengingat ayah. Baiklah, Bu, aku tidak akan bertanya lagi tentang ayah. Aku tidak ingin melihat Ibu menangis.” Zhi Ruo mengeratkan pelukannya dan mengecup puncak kepala putrinya itu.

“Maafkan Ibu, Nak. Ibumu ini terlalu pengecut, hingga tidak ingin berterus terang tentang ayahmu. Ibu hanya tidak ingin kamu mencarinya karena itu tidaklah mungkin,” batin Zhi Ruo dalam tangis yang coba dia sembunyikan.

Sejak saat itu, Yi Yuen tidak lagi bertanya tentang ayahnya. Walau kekuatan di dalam dirinya semakin bertambah, tidak membuatnya mempertanyakan kenapa kekuatan itu bisa muncul di dalam dirinya. Yang bisa dia lakukan hanya membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongannya.

Wang Wei telah berhasil menyelesaikan masalah kakak seniornya. Lelaki itu akhirnya mengakui perbuatannya, hingga membuat istrinya sangat kecewa. Walau begitu, istrinya memiliki hati yang sangat baik karena siap menerima wanita muda yang menjadi pacar rahasia suaminya itu di rumahnya. Dia ikhlas mengizinkan suaminya menikah dengannya karena dia sadar, dia sudah tidak bisa lagi melayani suaminya karena suatu penyakit. Sebab itulah, suaminya memilih untuk selingkuh. Kini, mereka telah hidup bersama dan melupakan masa lalu yang suram.

Begitu pun dengan Zhi Ruo yang berusaha melanjutkan hidupnya walau kerinduan akan kehadiran suaminya begitu menyiksa batinnya. Hingga suatu hari, seseorang di masa lalu kembali muncul dan mencoba membuka lembaran lama yang perlahan mulai terkuak.


Reinkarnasi Dewi Keabadian

Reinkarnasi Dewi Keabadian

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2020 Native Language: Indonesia
Gemuruh petir menggelegar di atas langit mendung. Rintik air hujan perlahan turun dengan derasnya dan membasahi ranting pepohonan di dalam hutan. Di mulut goa, terlihat seorang gadis sedang berteduh sambil membersihkan rambut dan wajahnya dari percikan air hujan. Wajahnya tampak gelisah karena khawatir hujan tidak akan reda. Melihat langit yang mulai senja dengan mendung yang menyelimutinya, gadis itu mulai memanjatkan doa, berharap hujan yang makin deras itu akan segera reda.   Terlihat, mulut gadis itu komat-kamit sambil memejamkan matanya. Wajahnya yang cantik, tampak anggun saat matanya terpejam. Doa-doa yang dipanjatkan setidaknya menjadi kekuatan tersendiri baginya. Walau doa tak henti dia panjatkan, nyatanya hujan tak juga reda. Bahkan, hujan turun semakin deras dengan suara petir yang menggelegar bersahutan....Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera dibaca ceritanya...

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset