Yi Yuen terkejut mendengar pertanyaan lelaki itu pada ibunya. Sementara Zhi Ruo menggenggam tangan putrinya itu dengan erat.
“Zhi Ruo, maafkan aku. Bukan maksudku mengungkit masa lalu, tapi apa kamu tahu kalau selama ini aku selalu mencarimu?”
Zhi Ruo tidak peduli dengan ucapan lelaki itu. Sambil menggenggam tangan Yi Yuen, Zhi Ruo memilih meninggalkan tempat itu.
Melihat Zhi Ruo pergi lelaki itu mencoba untuk mengejar. Dengan sisa kekuatannya dia berusaha turun dari tempat tidur, tapi dia terjatuh ke lantai karena tubuhnya belum benar-benar pulih.
“Zhi Ruo, aku mohon jangan tinggalkan aku lagi.” Lelaki itu memohon dan menangis, hingga membuat pelayan setianya ikut menangis.
Walau memohon nyatanya Zhi Ruo tidak peduli. Dia terus berjalan bersama Yi Yuen dan menerobos jalanan yang masih terlihat sepi. Keduanya berjalan tanpa ada sepatah kata yang terucap. Sementara Yi Yuen hanya mengikuti kemana ibunya akan membawanya pergi.
Matahari pagi perlahan terlihat saat mereka tiba di sebuah pinggiran hutan. Serabut warna kemerahan begitu indah di cakrawala. Terlihat begitu memukau dengan kicauan suara burung yang mulai terdengar. Sayup-sayup suara ayam hutan yang berkokok ikut meramaikan suasana di pagi itu, tapi tidak bagi keduanya yang terdiam karena menyimpan kesedihan.
Zhi Ruo dan Yi Yuen kembali melakukan perjalanan. Tak peduli dengan kabut pagi yang masih menutupi kawasan hutan. Walau matahari sudah terlihat, tapi hawa dingin masih terasa, hingga merasuk menembus tulang.
Mereka terus berjalan, hingga tiba di depan sebuah goa. Goa itu tidak asing bagi keduanya. Goa itu adalah tempat tinggal mereka sebelum tinggal di desa. Suasana di dalam goa masih terlihat seperti dulu. Tidak ada yang berubah, hanya saja terdapat beberapa tanaman liar yang mulai tumbuh merambat di dinding goa.
“Putriku, apa kamu ingin tahu siapa ayahmu?” tanya Zhi Ruo yang perlahan duduk di atas sebuah batu. Wajahnya tampak sedih dengan air mata yang perlahan jatuh.
Melihat ibunya menangis membuat Yi Yuen merasa bersalah. “Ibu, maafkan aku. Aku tidak akan bertanya lagi tentang ayah. Ibu, aku mohon jangan menangis lagi.” Yi Yuen duduk berlutut di depan ibunya sambil menggenggam tangannya. Melihat ibunya menangis membuatnya ikut bersedih. Baginya, kebahagiaan ibunya adalah yang utama. Apa pun permintaan ibunya pasti akan dia lakukan.
Zhi Ruo tersenyum di antara air matanya yang jatuh. Tangannya membelai lembut wajah putrinya yang kini duduk di depannya. “Maafkan Ibu, Nak. Sudah saatnya kamu tahu siapa ayahmu. Ibu tahu selama ini kamu pasti merindukannya dan Ibu juga merasakan hal yang sama.” Kembali air matanya jatuh dengan wajah yang menunduk.
“Apa kamu ingin dengar cerita tentang ayah dan Ibu?” tanya Zhi Ruo sambil menatap putrinya. Sekilas, wanita itu tersenyum karena mengingat masa-masa bahagia saat bersama suaminya di masa lalu.
“Duduklah di samping Ibu dan Ibu akan menceritakan siapa ayahmu.”
Yi Yuen kemudian duduk di samping ibunya sambil menyandarkan kepalanya di lengan sang ibu.
“Apa kamu percaya kalau cinta tidak terbatas pada waktu dan pada siapa kamu jatuh cinta?” tanya Zhi Ruo membuka kata.
Yi Yuen hanya terdiam karena dia sendiri tidak tahu apa arti cinta itu sesungguhnya. Karena selama ini, dia tidak pernah membuka hatinya pada siapa pun apalagi untuk merasakan jatuh cinta.
“Hutan ini tidak asing bagi Ibu karena Ibu sudah sering keluar masuk untuk mencari tanaman obat dan di hutan ini, Ibu bertemu dengan ayahmu.”
“Apa ayah tinggal di hutan ini?”
“Iya. Bahkan, untuk waktu yang sangat lama.”
“Lalu, bagaimana lelaki itu bisa mengenal Ibu?”
“Lelaki itu bernama Zu Min. Seorang lelaki beristri yang waktu itu membawa paksa Ibu ke rumahnya. Awalnya, dia begitu kasar dan memaksa Ibu untuk melayaninya, tapi entah mengapa dia perlahan menjadi lembut terhadap Ibu dan berjanji akan menikahi Ibu setelah dia kembali dari perjalanannya. Katanya, dia jatuh cinta pada Ibu dan tidak mencintai istrinya karena mereka dipaksa untuk menikah, tapi rupanya istrinya tidak terima begitu saja dan menyuruh orang untuk menyingkirkan Ibu. Mereka membawa Ibu ke dalam hutan ini dan bermaksud membunuh Ibu, tapi sahabat Ibu berhasil menolong Ibu walau akhirnya dia harus mati di tangan mereka.” Zhi Ruo kembali teringat pada Yuen, sahabat sedari kecil yang selalu ada untuknya bahkan rela mati untuk menyelamatkan dirinya.
“Di saat Ibu terdesak, saat itulah ayahmu datang menolong Ibu. Mereka ketakutan hingga lari meninggalkan hutan, tapi setelah beberapa hari Zu Min datang mencari Ibu dan bermaksud membawa Ibu pergi dari hutan ini. Namun, di saat yang sama Ibu mulai merasakan sesuatu pada ayahmu. Ibu merasa kami pernah saling berjumpa di kehidupan sebelumnya. Wajahnya tak asing bahkan namanya juga tak asing, hingga akhirnya kami sadar kalau kami pernah saling mencintai di masa lalu.”
Yi Yuen mengangkat kepalanya dan menatap ibunya dengan heran. “Apa mungkin itu bisa terjadi, Bu?
Zhi Ruo mengangguk. “Di masa lalu, kami saling mencintai, tapi kami terpisah karena ayahmu dibawa pergi. Dia telah membunuh manusia yang mencoba menodai Ibu hingga akhirnya dia harus menanggung hukuman. Sementara Ibu, harus menanggung kerinduan dan mencarinya di setiap kelahiran. Dan di saat itulah kami bertemu. Ayahmu ternyata adalah seorang Dewa yang telah dihukum menjaga satu kekuatan tersembunyi di hutan ini selama 1000 tahun. Itulah sebabnya, hutan ini disebut sebagai hutan larangan karena ayahmu tidak akan membiarkan manusia atau makhluk jahat memasuki hutan ini.”
“Lalu, di mana ayah?”
“Lima bulan setelah kami bersama, masa hukuman ayahmu berakhir dan dia harus kembali ke Istana Langit. Kakekmu sendiri yang datang menjemputnya. Walau menolak untuk pergi, ayahmu tetap tidak bisa berbuat apa-apa karena kekuatan yang selama ini dijaga olehnya telah menyatu dengan tubuhnya, hingga membuatnya terpilih menjadi Raja di Istana Langit.”
Zhi Ruo menatap wajah Yi Yuen dan membelai kepala putrinya itu dengan lembut. “Saat itu, Ibu sedang mengandung dirimu dan Ibu sengaja tidak memberitahukannya pada ayahmu karena Ibu takut dia akan membakang pada ayahnya sendiri. Maafkan Ibu karena melepas ayahmu pergi dan membuatmu lahir tanpa mengenal ayahmu sendiri. Walau begitu, Ibu yakin ayahmu sangat menyayangimu. Bahkan, nenekmu datang menemui Ibu dan membantu persalinan Ibu saat melahirkanmu. Dia yang memberimu nama Yi Yuen dan dia yang pertama menggendongmu. Bahkan, dia bersujud di depanmu karena takdirmu yang terlahir dari reinkarnasi seorang dewi, yaitu Dewi Keabadian.”
Yi Yuen terkejut. Pasalnya, nama Dewi Keabadian sudah tak asing di telinganya. Beberapa arwah bahkan telah mengatakan tentang dirinya yang merupakan reinkarnasi Dewi Keabadian yang akan mengguncang Istana Langit.
“Itulah sebabnya, Ibu tidak merasa khawatir saat kekuatan di dalam dirimu muncul tiba-tiba. Sejak kecil, kekuatan itu sudah ada. Dan Ibu menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya padamu. Sekarang, semua rahasia tentang kekuatanmu dan juga ayahmu sudah Ibu ceritakan. Ibu merasa beban di dada Ibu sudah berkurang.”
“Apa Ibu sangat ingin bertemu dengan Ayah?” tanya Yi Yuen sambil menggenggam tangan ibunya.
Sejenak, Zhi Ruo menunduk. Di dalam hatinya, rasa rindu akan kehadiran Li Quan kembali di sisinya sangat dia harapkan. Setidaknya, sebelum kematian datang menjemputnya dia berharap bisa bertemu dan menumpahkan kerinduan untuk suaminya itu. Namun, apa daya karena hal itu tidak mungkin bisa terjadi.
“Jika benar aku adalah reinkarnasi Dewi Keabadian, aku pasti bisa menunju Istana Langit dan bertemu dengan ayah. Aku akan memintanya untuk datang menemui Ibu. Aku janji akan membawa ayah pada Ibu. Aku janji, Bu!”
Ucapan Yi Yuen tidaklah main-main. Dia sudah bertekad, bagaimanapun caranya dia harus bertemu dengan ayahnya dan memintanya untuk menemui ibunya.
Zhi Ruo hanya bisa tersenyum dan menatap ruangan goa yang membuatnya teringat dengan suaminya itu. Setelah puas berada di sana mereka memutuskan untuk kembali setelah berziarah ke makam Yuen dan makam ibunya. Namun, suatu hal yang tak terduga terjadi. Di perjalanan, mereka melihat pertarungan antara seorang pemuda dengan beberapa bayangan hitam yang terlihat menakutkan.
Dari balik semak, mereka berdua memerhatikan pertarungan tak seimbang itu. Walau begitu, sang pemuda terlihat biasa saja tanpa ada rasa takut sedikit pun. Berbekal sebuah pedang di tangannya, dia melawan dan menyerang bayangan hitam yang mulai mengurung dirinya.
Pemuda itu tiba-tiba melakukan gerakan berputar yang sangat cepat dan tubuhnya perlahan melayang ke atas udara, hingga menimbulkan pusaran angin yang cukup kencang. Bayangan hitam yang mengurungnya perlahan mulai terpencar, bahkan ada yang terlempar hingga terjerembab di atas tanah.
Tubuh pemuda itu perlahan berhenti berputar dan dan masih melayang di atas udara. Dari atas sana, dia bisa melihat puluhan bayangan hitam yang mulai bangkit dan bersiap melakukan serangan balasan, tapi dia terkejut saat melihat salah satu bayangan yang menatap ke arah dua orang wanita yang perlahan keluar dari balik semak.
“Sialan!” Pemuda itu lantas bergegas menuju bayangan hitam yang menatap ke arah Yi Yuen dan Zhi Ruo dengan tatapan matanya yang merah. Namun, bayangan hitam lainnya tidak begitu saja membiarkan pemuda itu mendekat.
Bayangan hitam kembali melancarkan serangan ke arah pemuda itu. Bahkan, serangan mereka semakin beringas hingga membuatnya kewalahan. Bukan karena tidak mampu, tapi dia mengkhawatirkan keselamatan dua wanita yang kini sedang diperhatikan oleh salah satu bayangan hitam.
“Akhirnya kita bertemu lagi. Ah, sungguh takdir yang sangat membahagiakan.” Suara bayangan hitam itu terdengar kasar. Mulutnya menyeringai dengan senyum sinis yang menampakkan gigi-gigi taringnya yang mencuat. Tatapan matanya mengarah pada Zhi Ruo yang tak asing baginya.
“Kamu akan menjadi tawanan kami. Dengan begitu, Raja Langit akan menuruti permintaan kami!”
Bayangan hitam itu lantas maju dan mencoba meraih tubuh Zhi Ruo, tapi Yi Yuen tidak tinggal diam.
“Ibu, menjauh dariku!”
Zhi Ruo menuruti perintah putrinya itu dan bersembunyi di balik semak. Sementara bayangan hitam kini mengalihkan perhatiannya pada Yi Yuen.
“Ibu? Jadi, kamu adalah anak dari Raja Langit?”
Tiba-tiba saja bayangan hitam itu tertawa dengan suara yang terdengar menakutkan. Mengetahui gadis di depannya adalah anak dari Raja Langit membuat dia tertawa.
“Teman-teman, hari ini adalah hari keberuntungan bagi kita. Ternyata takdir sudah berbaik hati hingga kita bisa bertemu dengan istri dan putri dari Raja Langit. Jangan pedulikan pemuda itu dan segera tangkap kedua wanita ini. Mereka adalah senjata kita. Raja Langit pasti tidak akan keberatan jika memenuhi permintaan kita jika dia tidak ingin anak dan istrinya ini mati di tangan kita.”
Suara tawa terdengar dari mulut mereka. Mereka masih ingat dengan Zhi Ruo yang merupakan istri dari Li Quan yang kini telah menjadi Raja Langit.
Mendengar ucapan bayangan hitam tentang anak dan istri Raja Langit membuat pemuda itu bergerak dengan sangat cepat dan tiba-tiba saja dia sudah berdiri di depan Yi Yuen. “Biar aku yang menghadapi mereka. Cepat, bawa ibumu pergi dari sini!”
Yi Yuen bergeming. Dia masih menatap pemuda yang menutup setengah wajahnya itu. Pemuda misterius itu lantas bertarung dengan bayangan-bayangan hitam yang rupanya mengincar Yi Yuen dan Zhi Ruo. “Cepat, bawa ibumu pergi dari sini!” Kembali pemuda itu memerintahkan Yi Yuen untuk pergi.
Yi Yuen lantas meraih tangan ibunya dan membawanya pergi dari tempat itu, tapi langkahnya tiba-tiba terhenti.
“Ibu, tunggu aku di sini. Aku akan membantu pemuda itu. Sepertinya, dia bukan manusia biasa. Aku harap dia bisa memberitahu kita tentang Istana Langit. Semoga saja dia menjadi petunjuk untuk kita bertemu dengan ayah.”
Zhi Ruo mengangguk dan bersembunyi di balik semak. Yi Yuen lantas bergegas menuju pemuda yang masih bertarung melawan bayangan hitam yang semakin banyak. Rupanya, kehadiran Yi Yuen dan Zhi Ruo telah memancing kedatangan mereka.
“Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tidak membawa ibumu pergi dari sini?” Pemuda itu terkejut saat melihat Yi Yuen yang ikut bertarung melawan bayangan hitam.
“Aku tidak akan membiarkanmu mati melawan mereka. Sepertinya, kamu bukan manusia biasa dan aku ada sedikit keperluan denganmu. Karena itu, aku akan membantumu menghabisi mereka.”
Yi Yuen lantas meraih tusuk rambut yang ada di sanggulnya dan seketika berubah menjadi sebuah pedang. Sontak, pemuda itu terkejut. Begitu pun dengan bayangan hitam yang menatap heran ke arahnya.
“Kenapa? Apa kalian masih mau berurusan denganku?”
Puluhan bayangan hitam perlahan mundur ke belakang saat Yi Yuen berjalan maju ke arah mereka. Mereka cukup terkejut saat melihat pedang yang ada di tangan Yi Yuen.
“Bukankah, itu adalah pedang milik Dewi Keabadian?”
“Ya, ini adalah milikku. Apa kalian ingin merasakan bagaimana rasanya jika pedangku ini menebas tubuh kalian?”
Seketika saja mereka ketakutan saat melihat Yi Yuen mengayunkan pedangnya. Pedang yang memancarkan warna kebiruan itu rupanya telah membuat mereka ketakutan, hingga satu per satu dari mereka menghilang dan meninggalkan tempat itu.
Pedang di tangannya tiba-tiba kembali seperti wujud semula. Dia lantas menusuk kembali tusuk rambut di sanggulnya dan berniat menemui pemuda itu, tapi dia harus kecewa karena pemuda itu juga telah menghilang.