Dewi Yi memasuki pintu gerbang Istana Langit dan berjalan menuju ruangan di mana seorang lelaki paruh baya sedang duduk menunggunya. Di depan lelaki itu, Dewi Yi menunduk memberi hormat.”Yang Mulia.”
Lelaki paruh baya yang terlihat berwibawa itu tampak memerhatikan Dewi Yi yang masih menunduk di depannya. “Kenapa kamu baru datang menghadapku? Apa ada hambatan hingga membuatmu lama untuk kembali ke sini?”
“Maafkan atas keterlambatanku. Itu karena aku harus benar-benar memastikan tentang keputusan yang aku ambil.” Dewi Yi masih menundukkan kepalanya, hingga lelaki itu berjalan mendekatinya.
“Bangkitlah, jangan menunduk di depanku. Yi Yuen, apa tugas yang Paman berikan padamu terlalu sulit? Kalau sulit untuk kamu lakukan, kenapa kamu mau mengemban tugas ini?”
Dewi Yi mengangkat kepalanya dan berdiri mendekati lelaki tua itu. Lelaki yang sudah dianggap seperti ayahnya sendiri.
“Paman, maafkan aku karena tidak membawa Zhi Yan kembali. Dia telah memiliki keluarga di bumi dan ada hal lebih penting yang membuatnya enggan untuk kembali.”
Lelaki itu menatapnya lekat. “Yi Yuen, kenapa hatimu bisa selemah itu? Apa yang sudah dilakukan Zhi Yan hingga membuatmu selemah ini?”
Dewi Yi sangat paham dengan kekecewaan lelaki itu terhadapnya. Namun, dia sudah terlanjur berjanji pada Zhi Yan untuk menyelidiki penyakit aneh yang menimpa beberapa warga di desanya.
“Paman, izinkan aku untuk mencari tahu tentang penyakit aneh yang diderita beberapa warga desa di mana Zhi Yan tinggal. Menurut Zhi Yan, itu bukanlah penyakit biasa dan aku sudah melihat mereka yang menderita penyakit itu. Mereka seperti dirasuki aura aneh dengan tubuh yang penuh dengan luka yang sulit disembuhkan. Menurut Zhi Yan, penyakit itu berasal dari Istana Langit.”
Lelaki itu terperanjat. Dia tidak percaya dengan apa yang diucapkan gadis itu padanya. “Apa maksud ucapanmu itu? Apa kamu pikir para dewa akan berbuat serendah itu?”
“Aku tahu Paman, tapi aku juga merasakan aura yang sangat aneh di tubuh mereka. Zhi Yan tidak mungkin menjadikan alasan penyakit itu untuk membuatnya tetap tinggal di sana. Dia adalah seorang Dewa Obat yang tahu tentang segala macam penyakit, tapi kali ini dia tidak bisa mengenali penyakit aneh itu. Paman, izinkan aku untuk mencari tahu. Jika apa yang dikatakan Zhi Yan itu memang benar, maka bisa saja Istana Langit telah disusupi pengaruh jahat.”
Mendengar ucapan Dewi Yi, lelaki itu terdiam. Walau sulit untuk diterima, tapi dia seakan tidak berdaya dengan ucapan Dewi Yi yang tak pernah berkata bohong padanya.
“Jika benar apa yang kamu katakan, maka lakukanlah. Namun, bila kenyataannya kamu salah, apa yang akan kamu lakukan?”
“Aku akan membawa Zhi Yan kembali dan menerima hukuman dari Paman. Namun, jika itu benar, aku akan membiarkan Zhi Yan tetap tinggal di sana dan beri aku wewenang untuk menghukum mereka yang telah melakukan kejahatan itu.” Dewi Yi terlihat tegas dengan ucapannya. Dia tidak akan mentolerir siapa pun yang melakukan kejahatan, baik di Istana Langit atau melibatkan manusia dan makhluk tak kasat mata lainnya.
Melihat kesungguhan ucapannya lelaki itu akhirnya menyetujui apa yang diminta Dewi Yi padanya. “Baiklah, Paman akan memberikanmu kewenangan untuk menyelidikinya. Namun, kamu harus melakukannya secara diam-diam dan jangan sampai ada yang mengetahui kalau kamu sedang menyelidiki kejahatan itu. Jika sudah punya bukti, segera laporkan pada Paman.”
“Baik, Paman!” Dewi Yi mengangguk dan meminta undur diri. Tidak ada waktu baginya untuk berdiam diri karena penyakit itu sudah mulai meluas.
Dengan bekal kemampuannya dan kedekatannya dengan para pelayan Istana Langit membuatnya dengan mudah untuk mencari informasi. Walau terkadang dia harus kecewa karena informasi yang dia dapatkan jauh dari harapannya.
Hingga suatu hari, dia mendapatkan informasi yang baginya terdengar sangat aneh. Dari salah satu pelayan yang melayani di kediaman Dewa Perang, dia mengetahui kalau ada satu aktifitas yang menurut pelayan itu sangat tidak wajar. Dewa Perang yang terkenal tegas dan tidak kenal ampun, beberapa kali terlihat meninggalkan kediamannya dan selalu pulang di saat matahari sudah terbenam. Dan itu terjadi sudah sejak dua bulan yang lalu.
Mendengar informasi itu, Dewi Yi mulai curiga. Pasalnya, itu bertepatan dengan mewabahnya penyakit aneh di desa tempat tinggal Zhi Yan. Dan penyakit itu hanya diderita penduduk di desanya saja dan tidak menyebar ke desa lain. Melihat keanehan itu membuatnya semakin penasaran dan membuatnya mengikuti Dewa Perang secara diam-diam.
Tanpa sepengetahuan Dewa Perang, Dewi Yi mengikutinya menuju pintu langit. Lelaki itu terlihat ingin meninggalkan Istana Langit dan bersiap menuju bumi. Padahal, pintu langit tidak bisa dilalui oleh dewa atau dewi yang tidak memiliki kewenangan atau izin. Pintu langit hanya boleh dilalui oleh dewa atau dewi yang melakukan tugas atau sudah mendapat izin dari Raja Langit.
Karena curiga, Dewi Yi terus mengikutinya hingga tiba di dalam sebuah hutan. Dewi Yi bersembunyi di balik semak sambil memerhatikan lelaki itu yang sepertinya sedang menunggu seseorang.
Saat dia masih memerhatikan, tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan kemunculan beberapa makhluk menyeramkan yang berdiri tepat di belakangnya. Mereka menatapnya dengan tawa menyeringai dan bersiap menyerangnya. Dengan gesit, Dewi Yi menghindar saat cahaya hitam mengarah padanya.
Melihat pertarungan yang tak jauh dari tempatnya berdiri, Dewa Perang memilih meninggalkan tempat itu dan mengurungkan niatnya untuk menemui seseorang. Sementara Dewi Yi sedang menghadapi serangan-serangan dari makhluk yang menyerangnya dengan membabi buta.
Suara dentuman dan retakan pohon terdengar saat kilatan-kilatan cahaya hitam mengarah padanya dan meleset ke arah pohon-pohon yang mulai tumbang. Kekuatan makhluk yang cukup banyak itu sempat membuatnya kewalahan, tapi mereka bukanlah tandingannya karena saat dia mengeluarkan pedang yang memancarkan warna kebiruan, makhluk-makhluk itu terkejut, hingga membuat mereka berhenti menyerang beberapa saat.
Namun, salah seorang di antara mereka tetap merangsek maju dan menyerangnya dengan satu serangan yang membuatnya terdesak. Satu hentakan dari cemeti berwarna hitam dari makhluk itu berhasil mengenai punggungnya hingga membuatnya meringis kesakitan.
Melihat Dewi Yi yang sudah terdesak, mereka kembali menyerangnya secara bersamaan, hingga membuat gadis itu menghindar beberapa langkah. Melihat mereka yang semakin beringas, gadis itu tersenyum sinis dengan tatapan matanya yang mulai berubah kebiruan.
Kini, Dewi Yi berdiri dan menatap mereka dengan tatapan matanya yang tajam. Mereka terkejut saat gadis itu berjalan ke arah mereka yang kini tak mampu untuk bergerak. Seakan ada suatu kekuatan yang menahan pergerakan tubuh mereka dan hanya bisa terdiam.
Kekuatan itu adalah kekuatan yang hanya bisa dilakukannya bila dalam keadaan terdesak. Dia mempunyai kekuatan yang tidak dimiliki oleh dewa mana pun. Dengan tatapan matanya itu dia mampu menghentikan pergerakan lawannya, tapi sebagai imbasnya dia akan mengalami kelelahan karena sudah mengeluarkan energi dan tenaga dalam yang cukup besar untuk kekuatannya itu.
Di depan mereka, Dewi Yi berdiri sambil memegang pedang yang memancar warna kebiruan. Warna yang selaras dengan warna matanya. Melihat tatapan matanya itu, mereka bergidik karena pedang ditangannya sudah bersiap menebas ke arah mereka.
“Aku tahu kalian berkomplot dengan Dewa Perang dan merencanakan sesuatu. Aku akan mengampuni jika kalian menjelaskan rencana kalian itu padaku. Aku tidak akan membunuh kalian jika kalian bekerjasama denganku. Cepat katakan padaku! Kenapa Dewa Perang ada di sini? Jika kalian menjawabnya, maka aku akan melepaskan kalian!”
Mereka terdiam. Hanya tatapan mata yang tampak liar saat menghindar dari tatapan Dewi Yi yang kini semakin mendekat.
“Oh, jadi kalian memilih diam?” Sontak saja pedang di tangannya terhunus ke arah salah satu makhluk, hingga berubah menjadi abu. Mereka terkejut melihat keberingasan Dewi Yi yang nyatanya membuat mereka tak berkutik.
“Apa kamu pikir kami takut padamu? Lihat saja, kamu akan hancur dan kekuasaan Raja Langit akan melemah. Kami tidak akan terus ditindas oleh kalian. Kami akan menguasai Istana Langit dan berbuat kerusakan di alam manusia. Lihat saja, semua dewa dan manusia akan tunduk pada kami,” ucap salah satu makhluk yang menatap ke arahnya hingga membuat Dewi Yi terkejut.
Rupanya, ada suatu konspirasi yang sengaja diciptakan untuk membuat kisruh di Istana Langit dan alam manusia. Kedua alam yang sepatutnya tidak bisa dicampuri.
“Jadi, kalian ingin memberontak dan menyerang Istana Langit?”
“Untuk apa kami menyerang karena kini keributan besar akan terjadi. Manusia akan binasa dan Istana Langit tidak akan bisa berkutik. Para dewa akan turun tangan membunuh manusia yang bagi kalian adalah terlarang dan kami rela mati jika itu bisa mengahancurkan kalian!”
Seketika saja Dewi Yi menghunuskan pedangnya ke arah kepala makhluk itu, hingga terlepas dari tubuhnya dan berubah menjadi abu. Dengan ganasnya, gadis itu melayangkan pedangnya ke arah makhluk lainnya yang kini bernasib sama, yaitu menjadi serpihan abu.
Warna matanya perlahan berubah. Sejenak, dia terduduk sambil memegang gagang pedang yang tertancap di tanah. Tubuhnya seakan kehilangan tenaga, hingga membuatnya mengatur pernapasan dan tenaga dalamnya kembali. Setelah dirasa cukup, dia kembali ke Istana Langit dan berniat melaporkannya pada Raja Langit.
Di dalam aula Istana Langit, terlihat semua dewa sudah berkumpul. Raja Langit tampak duduk di atas singgasana saat Dewa Perang mengatakan sesuatu hal yang membuat semua dewa terkejut.
“Dewa Perang, apa maksud ucapanmu kalau Dewi Keabadian telah melanggar peraturan langit? Apa kamu punya bukti atas ucapanmu itu?” tanya Raja Langit yang terkejut dengan tuduhan Dewa Perang pada Dewi Yi.
“Yang Mulia, Dewi Keabadian mempunyai tanggung jawab untuk membawa kembali Dewa Obat yang sudah meninggalkan Istana Langit dan memilih tinggal di alam manusia. Namun, nyatanya dia tidak berhasil membawanya kembali karena mereka berdua telah bekerjasama untuk mengelabui kita. Mereka telah jatuh cinta pada manusia!”
Suara riuh para dewa terdengar saat mendengar ucapan Dewa Perang dan perlahan terdiam saat melihat Dewi Yi berjalan di depan mereka.
Tatapan para dewa dan dewi yang ada di tempat itu menatap sinis ke arahnya. Namun, dia tidak peduli dan berjalan ke arah tengah aula dan berlutut di depan Raja Langit. “Yang Mulia, izinkan aku untuk melaporkan hasil penyelidikanku.”
“Apalagi yang akan kamu sampaikan. Apa kamu pikir kami akan percaya dengan kebohonganmu itu?” ucap Dewa Perang yang mencoba meraih perhatian para dewa lainnya.
“Cukup!” Raja Langit terlihat marah saat Dewa Perang mencoba menyudutkan Dewi Yi. “Yi Yuen, apa hasil yang kamu dapatkan?” tanyanya pada Dewi Yi yang kini bangkit dan berjalan ke arah Dewa Perang.
“Aku melihatnya keluar dari pintu langit dan ingin bertemu dengan seseorang. Dia telah berkonspirasi dengan Dewa Hitam untuk mengacaukan Istana Langit.”
Kembali suara riuh terdengar. Dewa Perang mulai tersudut, tapi dia kembali mengambil alih perhatian para dewa. “Pembohong! Apa buktinya kalau aku keluar dari pintu langit? Semua orang juga tahu kalau kamulah yang sering keluar masuk pintu langit. Yang Mulia, hukumlah Dewi Keabadian karena tidak mampu menjalankan tugasnya. Dia dan Dewa Obat telah berencana mengubah peraturan langit agar mereka bebas dan leluasa di alam manusia dan Istana Langit.” Dewa Perang seketika duduk berlutut di depan Raja Langit yang terlihat kecewa dengan Dewi Yi.
Suasana seketika hening. Tampak senyuman sinis di balik tatapan Dewa Perang yang melirik ke arah Dewi Yi. Dewi Yi terdiam karena dia memang tidak memiliki bukti yang kuat untuk bisa membela dirinya.
“Yang Mulia, selama ini Dewi Keabadian tidak pernah lalai dalam menjalankan tugasnya dan dia yang paling keras menegakkan peraturan langit. Apa mungkin dia berani menjatuhkan Istana Langit?” Seorang gadis yang seumuran dengan Dewi Yi tampak membelanya.
“Dewi Bulan, apa jangan-jangan kamu juga berkomplot dengannya? Aku tahu kalian bersahabat, tapi aku yakin kamu bukan dewi yang akan membuat kerusakan di Istana Langit.” Dewa Perang kembali mematahkan pembelaan Dewi Bulan, hingga gadis itu terdiam.
Dewi Yi menatap ke arah gadis itu sambil tersenyum tipis seakan ingin berterima kasih karena sudah membelanya.
Sementara riuh di aula istana, di depan pintu langit tampak terdengar keributan karena terjadi pertarungan antara penjaga pintu langit dan seseorang yang memaksa untuk masuk ke Istana Langit. Orang itu adalah Zhi Yan yang berusaha menerobos pintu langit untuk bisa bertemu dengan Dewi Yi.
“Yang Mulia, Dewa Obat memaksa untuk masuk dan bertemu dengan Dewi Keabadian.” Salah seorang penjaga datang melapor, hingga membuat tuduhan Dewa Perang kepada Dewi Yi semakin menguat.
Tanpa menunggu lama, Dewi Yi berlari ke arah gerbang pintu langit. Dia begitu terkejut saat melihat Zhi Yan yang kini tak berdaya dengan beberapa luka di bagian tubuhnya. “Zhi Yan, kenapa kamu datang ke sini?” tanya Dewi Yi yang kini berdiri di depannya.
“Mereka telah merasuki penduduk desa dan membuat kekacauan di sana. Kami tidak mampu melawan karena mereka tidak bisa dibunuh oleh senjata apa pun. Yi Yuen, bantu aku. Seluruh penduduk di desaku akan mati. Aku sengaja datang ke sini untuk mencarimu. Qiang dan Ling sedang bertarung melawan mereka dan menjaga keluargaku. Yi Yuen, bantu selamatkan keluargaku, aku mohon!” Zhi Yan menangis karena mengingat anak dan istrinya yang kini dalam bahaya.
“Yi Yuen, jangan lakukan itu! Jika kamu membunuh manusia yang dirasuki, itu artinya kamu telah melanggar peraturan langit. Kamu akan dihukum!” Dewi Bulan berusaha menahan Dewi Yi yang kini terlihat marah.
“Aku tidak peduli! Walau aku akan dihukum, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti keluargaku.” Dewi Yi berucap dengan air mata karena dia sudah menganggap keluarga Zhi Yan seperti keluarganya sendiri. Terlebih, saat ini dia begitu mengkhawatirkan Qiang yang perlahan sudah membuatnya jatuh hati dan Ling yang tak mungkin dia biarkan mati sia-sia.
“Zhi Yan, kita pergi!” Seketika saja tangannya meraih tubuh Zhi Yan dan melesat keluar dari pintu langit, tapi para penjaga tidak tinggal diam. Para penjaga berusaha menghentikan mereka yang ingin keluar dari pintu langit, hingga kembali terjadi pertarungan.
“Yi Yuen, pergilah! Biar aku yang akan menghadang mereka,” ucap Zhi Yan sambil mendorong tubuh Dewi Yi keluar dari pintu langit dan menghadang para penjaga untuk mengejarnya. “Yi Yuen, sampaikan pada keluargaku kalau aku sangat menyayangi mereka.” Seketika saja Zhi Yan maju menghadapi para penjaga di saat Dewi Yi telah keluar dari pintu langit.
Dengan sombongnya, Dewa Perang maju menghadapi Zhi Yan dengan pedang yang sudah terhunus. Dengan sekali serangan, pedangnya tertancap di perut lelaki itu dengan darah yang keluar dari mulutnya. “Aku tidak salah membunuhmu karena seorang pengkhianat memang layak untuk dibunuh!”
Zhi Yan terperanjat saat Dewa Perang mendekatinya. Seketika, dia terkejut karena merasakan aroma aneh yang tercium dari tubuh lelaki itu. Aroma yang sama dari tubuh yang dirasuki. “Kamu … kamu dalang dari semua ini!” ucap Zhi Yan sambil menunjuk ke arahnya. Dewa Perang tersenyum sinis sambil mendorong pedangnya yang masih tertancap di perut Zhi Yan.
Dengan sisa tenaganya, Zhi Yan melepas pedang yang tertancap di perutnya. “Aku harus memberitahukan hal ini pada Yi Yuen,” ucapnya sambil merangkak menuju pintu langit. Namun, tebasan pedang Dewa Perang menghentikannya. Seketika, Zhi Yan mati terkapar dengan luka menganga di punggungnya.