Reinkarnasi Dewi Keabadian Episode 38

Chapter 38

Malam itu juga, mereka semua sudah bersiap. Wang Wei dengan beberapa pengawal sudah berjaga di depan pintu ruangan itu. Zhi Ruo mulai meracik obat yang harus diberikan pada pangeran muda. Sementara Yi Yuen, sudah duduk bersila dan memunggungi pangeran muda yang duduk di depannya.

“Pangeran, bertahanlah. Aku masih harus membuka jalan darahmu agar tubuhmu bisa kembali bergerak.”

Yi Yuen kembali melakukan hal yang sama. Kedua telapak tangannya diletakkan di punggung pangeran muda dengan cahaya kebiruan yang memancar dari kedua telapak tangannya itu. Tubuh sang pangeran bergetar perlahan saat cahaya kebiruan merayap ke seluruh tubuhnya.

Mata Yi Yuen terpejam dengan keringat yang sudah membasahi wajahnya. Begitu pun dengan pangeran muda yang juga mengalami hal serupa. Hampir satu jam Yi Yuen menyalurkan tenaga dalamnya pada pemuda itu, hingga akhirnya pangeran muda kembali memuntahkan darah hitam, tapi kali ini tidak terlalu banyak.

Zhi Ruo menyeka darah hitam yang keluar dari mulut pangeran muda. Begitu pun dengan keringat yang sudah membasahi tubuhnya. Pemuda itu masih duduk dan perlahan mengangkat kepalanya saat melihat Yi Yuen bangkit dan beranjak dari tempat duduknya.

“Tunggu!” serunya dengan suara yang terdengar melemah. “Terima kasih,” lanjutnya seiring senyuman.

Yi Yuen mengangguk sambil tersenyum. “Tolong temani Pangeran, aku akan beristirahat sebentar,” ucapnya pada siluman rubah yang sedari tadi berada di tempat itu.

“Baik, Dewi.”

Setelah meminta izin pada ibunya untuk beristirahat sebentar, Yi Yuen kemudian keluar dari ruangan itu. Setelah tiba di depan pintu, tiba-tiba saja dia hampir terjatuh andai Wang Wei tidak segera meraih tubuhnya.

“Sebaiknya, kamu istirahat dulu. Tenaga dalammu sudah terkuras untuk mengobati pangeran muda. Aku akan mengantarmu ke kamar yang sudah disediakan untukmu dan bibi.”

Pemuda itu lantas memapah Yi Yuen yang tampak lelah. Dua kali gadis itu harus mengerahkan tenaga dalamnya dan itu cukup membuatnya kelelahan.

Yi Yuen diantar ke salah satu ruangan yang berada tidak terlalu jauh dari ruangan pangeran muda. “Masuklah, aku akan berjaga di depan. Istirahatlah.”

Yi Yuen mengangguk dan masuk ke dalam ruangan setelah Wang Wei meninggalkannya dan berjaga di depan pintu. Semua itu dilakukan bukan tanpa alasan, karena mereka tahu ada pihak-pihak tertentu yang tidak menginginkan mereka menyembuhkan pangeran muda.

Yi Yuen duduk bersila di atas tempat tidur. Matanya terpejam sambil mengatur napas perlahan. Dia harus berkonsentrasi untuk mengembalikan kekuatan tubuhnya yang terkuras. Baru saja dia memejamkan matanya, dia terhentak saat mendengar suara gaduh di depan pintu kamarnya.

Yi Yuen bangkit dan berlari menuju pintu dan dia melihat Wang Wei sedang bertarung dengan enam orang bertopeng.

“Yi Yuen, cepat selamatkan pangeran muda dan ibumu. Biar mereka aku yang tangani!” seru Wang Wei.

Yi Yuen kemudian berlari menuju ruangan pangeran muda, tapi salah satu dari orang bertopeng berlari mengejarnya.

“Tidak akan aku biarkan kalian menyentuhnya!” Wang Wei melemparkan pedangnya ke arah lelaki yang mencoba menghadang Yi Yuen dan lelaki itu tersungkur dengan pedang yang menembus punggungnya.

Yi Yuen terus berlari dan dia melihat para pengawal sedang bertarung dengan beberapa orang bertopeng yang sama dengan yang kini dihadapi oleh Wang Wei.

Para penyususp itu berusaha untuk menerobos masuk ke dalam ruangan di mana pangeran muda berada. Yi Yuen tidak tinggal diam. Walau kekuatannya mulai melemah, dia tidak peduli dan berusaha untuk masuk ke dalam ruangan itu di mana pangeran muda dan ibunya berada. Gadis itu kemudian ikut menyerang sekelompok orang bertopeng yang ternyata cukup tangguh.

Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Yi Yuen merangsek maju dan mengambil sebilah pedang yang teronggok di atas tanah. Gadis itu menyerang tanpa ampun karena dia tidak ingin penyusup itu masuk dan mencelakai ibunya. Di saat Yi Yuen sedang bertarung dengan salah satu penyusup, tiba-tiba saja pintu ruangan itu terbuka.

Mereka semua terkejut saat melihat pangeran muda berdiri di depan pintu. Pemuda yang terlihat baik-baik saja itu lantas melayangkan pandangannya ke arah Yi Yuen yang mulai terdesak. Pemuda itu kemudian melompat dan berdiri tepat di depan penyusup yang hampir saja melukai Yi Yuen.

Dengan tangan kosong, pangeran muda yang memiliki postur tubuh yang gagah itu dengan mudahnya menghalau penyusup itu dengan pukulan tangannya yang menghantam keras di bagian dada. Seketika saja penyusup itu terpental hingga beberapa meter ke belakang.

Melihat pangeran muda yang baik-baik saja, tanpa komando para penyusup itu mulai maju dan menyerangnya. Sementara Yi Yuen, terlihat lemah dengan napasnya yang terengah-engah. Walau begitu, dia masih sempat membantu pangeran muda yang kini bertarung melawan para penyusup.

Pangeran muda rupanya cukup tangguh. Pemuda yang memiliki kemampuan bela diri yang cukup hebat itu mampu menghalau setiap serangan yang tertuju padanya. Bahkan, dia sangat lihai dalam memainkan pedang, hingga dua orang penyusup telah tumbang karena tebasan pedangnya itu.

Kemampuan bertarungnya itu ternyata andil dari kekuatan tenaga dalam yang diberikan Yi Yuen padanya. Kekuatan tenaga dalam gadis itu telah membuka jalan darah dan sendi-sendi yang semula terkunci menjadi terbuka hingga kemampuan bertarung pemuda itu semakin bertambah.

Sebelum jatuh sakit, pangeran muda sudah belajar ilmu beladiri. Pemuda itu rupanya belajar secara sembunyi-sembunyi pada salah satu kerabat ibunya yang saat itu menjabat sebagai panglima pasukan istana. Namun, kerabat ibunya itu kini telah dipenjara karena difitnah. Mereka menuduhnya sebagai pemberontak.

Sejak saat itu, satu per satu kerabat ibunya yang dekat dengannya mulai terbunuh. Mereka ditemukan tak bernyawa atau menghilang secara misterius. Pangeran muda yang mulai kehilangan pegangan saat itu ternyata cukup mudah untuk didekati, hingga membuat dirinya menjadi sasaran pembunuhan. Mereka tidak langsung membunuhnya, tapi secara perlahan mencekokinya dengan racun dibalik makanan kesukaannya. Makanan yang selalu membuatnya teringat pada mendiang sang ibu.

Pangeran muda yang lugu dan polos, kini terlihat gagah. Para penyusup yang berusaha membunuhnya dibuat kewalahan olehnya. Satu per satu penyusup dibuat tak berdaya saat serangan tangan kosong miliknya menghantam keras di bagian dada. Tak ayal, mulut mereka di penuhi darah segar yang memaksa keluar.

Wang Wei dan pasukan istana tiba-tiba datang seiring dengan Yi Yuen yang kini terduduk sambil berpegangan pada pedang yang tertancap di tanah. Wajah gadis itu memucat dengan peluh yang membasahi wajahnya. Napasnya memburu dengan darah yang keluar dari sudut bibirnya.

Melihat pasukan istana datang, para penyusup berusaha untuk kabur, tapi pangeran muda telah mengeluarkan titah untuk menangkap mereka hidup atau mati.

Pemuda itu lantas meraih tubuh Yi Yuen ke dalam bopongannya dan membawa gadis itu ke dalam ruangan. Tubuh Yi Yuen yang melemah itu lantas dibaringkan di atas tempat tidur miliknya.

“Nyonya, maafkan aku. Karena diriku, dia kehilangan banyak tenaga. Aku mohon, maafkan aku.” Pangeran muda itu menunduk di depan Zhi Ruo.

“Pangeran, jangan khawatir, putriku baik-baik saja. Aku akan merawatnya dan dia akan kembali sembuh.”

Pangeran muda kemudian kembali keluar dan melihat prajurit istana sudah berhasil menangkap beberapa para penyusup. Pemuda itu lantas memberi perintah untuk semua pasukan istana agar bersiap-siap. Setelah memberi perintah, pemuda itu kembali ke dalam ruangan dan melihat Yi Yuen yang masih terbaring lemah.

“Maafkan aku. Aku akan menyelesaikan masalah ini sendiri. Terima kasih karena sudah membantuku.” Pemuda itu lantas menggenggam tangan Yi Yuen dan mengusapnya lembut.

Tak lama kemudian, pangeran muda bangkit dan berjalan keluar dari ruangan itu. Kini, dirinya tampak gagah dalam balutan jubah berwarna biru khas seorang pangeran. Bersama Wang Wei dan pasukan prajurit istana, mereka berjalan menuju salah satu ruangan yang terlihat mewah. Di depan ruangan itu, mereka sempat dihadang oleh dua orang pengawal yang berjaga. Tanpa perintah, Wang Wei maju dan menghunus pedangnya ke arah dua orang pengawal itu hingga tewas.

“Cepat, kepung tempat ini dan jangan biarkan satu pun yang lolos!” Pangeran muda memberi perintah.

Wang Wei lantas mengerahkan pasukannya untuk mengepung ruangan itu. Pengawal yang bertugas di tempat itu tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat pangeran muda yang telah berdiri dengan tatapan matanya yang tajam.

“Seret wanita itu keluar!” perintah pangeran muda pada Wang Wei yang segera mendobrak pintu ruangan itu. Seorang wanita yang berusaha berontak tampak marah saat dirinya dibawa keluar dengan paksa.

“Lepaskan aku! Jangan menyentuhku dengan tangan kotor kalian! Aku akan memenggal kepala kalian! Lepaskan aku!”

Wanita yang mengenakan jubah permaisuri itu tidak terima diperlakukan seperti itu. Dia berusaha berontak, tapi sama sekali tidak digubris oleh pangeran muda.

“Pangeran, apa yang kamu lakukan? Apa kamu tega melakukan ini pada ibumu sendiri?” tanya wanita itu sambil menangis.

“Ibu? Kamu bukanlah ibuku. Ibuku adalah wanita yang baik. Dia adalah permaisuri yang dihormati dan dicintai semua orang.”

Wanita itu menatap pangeran muda sambil tersenyum sinis. “Permaisuri? Aku adalah permaisuri, bukan ibumu. Ibumu telah mati dan hancur menjadi tanah. Wanita itu pantas untuk mati karena dia telah mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Aku membencinya, bahkan setelah dia mati pun aku tetap membencinya. Seharusnya, kamu juga mati dan menyusul ibumu ke neraka. Aku menyesal karena tidak menyingkirkanmu sejak dulu. Kalian berdua pantas untuk mati!”

Wanita itu meracau dengan kata makian dan sumpah serapah yang ditujukan pada pangeran muda dan ibunya. Tanpa dia sadari, raja mendengar semua ucapannya itu. Wajah lelaki yang sudah senja itu terlihat sedih. Dia sama sekali tidak menyangka kalau wanita yang selama ini menjadi permaisurinya adalah wanita yang sangat kejam.

“Bawa dia ke penjara!” perintah raja yang membuat permaisuri terkejut.

“Yang Mulia …. ” Wanita itu tampak pucat saat melihat raja yang tiba-tiba muncul di depannya.

“Cepat bawa dia pergi! Aku tidak ingin melihat wajah pembunuh istriku!” Raja menitikkan air mata karena mengingat mendiang sang istri yang ternyata mati dibunuh.

“Ayah.” Pangeran muda mendekati ayahnya dan lelaki itu memeluknya sambil menangis.

“Maafkan Ayah karena tidak bisa melindungimu dan juga ibumu. Ayah sangatlah bodoh, hingga dibutakan olehnya. Maafkan Ayah, Nak.”

Ayah dan anak itu menangis sambil berpelukan. Sementara permaisuri sudah dibawa ke penjara. Berkat pangeran muda yang memaksa ayahnya datang ke kediaman permaisuri, akhirnya lelaki itu tahu kalau istri yang sangat dicintainya ternyata mati di tangan wanita itu.

Setelah mengantar ayahnya kembali ke kamar, pangeran muda bergegas menuju ruangannya. Dia mempercepat langkahnya karena khawatir dengan keadaan Yi Yuen. Setibanya di sana, dia tersenyum saat melihat gadis itu yang kini sudah sadar.

“Apa kamu baik-baik saja?” tanya pemuda itu yang kini duduk di samping Yi Yuen.

Melihatnya, Yi Yuen memaksa untuk bangkit, tapi pemuda itu melarangnya. “Istirahatlah, malam ini kamu dan ibumu tidur saja di ruangan ini. Besok pagi, aku akan menemuimu lagi. Istirahatlah.” Pangeran muda membelai lembut puncak kepala Yi Yuen dan tersenyum padanya. Pemuda itu kemudian pamit dan meninggalkan tempat itu.

Keesokan harinya, pangeran muda yang sudah terlihat tampan itu mendatangi ruangan di mana Yi Yuen dan ibunya berada. Pemuda itu terlihat tampan dan berwibawa. Langkahnya cukup tegas saat berjalan ke arah Yi Yuen dan Zhi Ruo yang sudah bersiap meninggalkan istana.

“Apa kalian bermaksud untuk kembali?” tanya pangeran muda saat melihat kedua wanita itu sudah selesai berkemas.

“Tugas kami sudah selesai dan kami harus segera kembali. Pangeran, jangan lupa meminum obat yang sudah kami berikan. Untuk saat ini, Pangeran harus banyak beristirahat karena kondisi Pangeran belum sepenuhnya pulih,” ucap Zhi Ruo sambil menundukan setengah badannya. Begitu pun dengan Yi Yuen yang melakukan hal serupa.

“Apa kondisimu sudah membaik?” tanya pangeran muda yang berjalan menghampiri Yi Yuen.

“Sudah, Pangeran. Aku baik-baik saja. Dan, terima kasih atas hadiah yang sudah diberikan kepada kami.”

Karena jasa mereka, raja memberikan penghargaan berupa uang dan perhiasaan yang bagi mereka terlalu banyak. Walau berusaha untuk menolak, tapi mereka tidak bisa membantah atau menolak apa pun pemberian dari istana.

“Kami mohon undur diri, Pangeran.”

Yi Yuen dan Zhi Ruo kembali menunduk dan memberi hormat di depan pemuda itu. Mereka kemudian keluar dan sudah ditunggu Wang Wei dengan kereta kuda yang bersiap mengantar mereka kembali ke kedai.

Mereka kemudian pergi meninggalkan rasa penasaran di hati pangeran muda. Rasa penasaran akan hatinya yang mulai bergejolak karena satu rasa yang belum sempat diucapkannya. Melihat kereta yang mulai menjauh dan membawa seseorang yang mulai mengganggu hatinya, pemuda itu berlari keluar dan menunggangi kudanya mengejar kereta yang membawa Yi Yuen dan ibunya kembali ke kedai.

Iringan kereta yang hanya diantar oleh Wang Wei tampak mulai menjauh dan menyusuri jalanan sepi. Suasana di pagi hari nyatanya masih belum terlalu ramai dan masih terlihat lengang. Hingga tiba-tiba iringan kuda berhenti mendadak karena kereta mereka sudah dihadang oleh sekelompok pria bertopeng yang kini mengarahkan anak panah ke arah mereka.


Reinkarnasi Dewi Keabadian

Reinkarnasi Dewi Keabadian

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2020 Native Language: Indonesia
Gemuruh petir menggelegar di atas langit mendung. Rintik air hujan perlahan turun dengan derasnya dan membasahi ranting pepohonan di dalam hutan. Di mulut goa, terlihat seorang gadis sedang berteduh sambil membersihkan rambut dan wajahnya dari percikan air hujan. Wajahnya tampak gelisah karena khawatir hujan tidak akan reda. Melihat langit yang mulai senja dengan mendung yang menyelimutinya, gadis itu mulai memanjatkan doa, berharap hujan yang makin deras itu akan segera reda.   Terlihat, mulut gadis itu komat-kamit sambil memejamkan matanya. Wajahnya yang cantik, tampak anggun saat matanya terpejam. Doa-doa yang dipanjatkan setidaknya menjadi kekuatan tersendiri baginya. Walau doa tak henti dia panjatkan, nyatanya hujan tak juga reda. Bahkan, hujan turun semakin deras dengan suara petir yang menggelegar bersahutan....Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera dibaca ceritanya...

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset