Reinkarnasi Dewi Keabadian Episode 42

Chapter 42

Sejak bertemu dengan Zhi Ruo, Li Quan lebih banyak mengurung diri di ruangan pribadinya. Bukan tanpa alasan. Lelaki itu semakin menyukai melukis hingga membuatnya berlama-lama di ruangan itu untuk sekadar melukis wajah kekasih hati yang belum lama ini ditemuinya. Rasanya, sebulan terlalu lama hingga membuatnya harus menahan rindu yang semakin membuatnya resah.

Tatapan mata Li Quan tampak berbinar saat melihat hasil lukisan yang baru saja dibuatnya. Wajah cantik yang terlukis di atas kertas putih tampak berseri dengan senyum yang merekah indah. Li Quan tersenyum dan menyentuh wajah di lukisan itu hingga membuatnya terpana. “Aku sangat bahagia karena kita telah bertemu kembali. Istriku, aku pasti akan menemuimu lagi.”

Tak hanya Li Quan yang tampak bahagia. Di kamarnya, Qiang juga sedang merasakan hal yang sama. Pemuda itu tampak berseri saat mengingat kebersamaannya bersama Yi Yuen. Gadis itu nyatanya sudah berhasil membuatnya jatuh cinta. Entah dulu ataupun kini, cinta itu masih tetap sama. Bahkan, cintanya kini semakin kuat hingga membuatnya tak ingin melepaskan gadis itu lagi.

Di saat Qiang sedang membayangkan tentang Yi Yuen, pemuda itu tiba-tiba merasa terusik saat mendengar pintu kamarnya diketuk. Dengan langkah malas, dia segera bangkit dan membuka pintu.

Di depannya, Putri Anchi tengah berdiri sambil mengarahkan senyum padanya. Di tangan gadis itu, ada sebuah bungkusan yang ditentengnya. “Apa boleh aku masuk?” tanya gadis itu sambil tersenyum.

“Masuklah.”

Qiang mempersilakan Putri Anchi untuk masuk. Wajah gadis itu tersenyum saat masuk ke ruangan itu. Bungkusan yang dibawa olehnya lantas diletakkan di atas meja. “Aku membawakan makanan untukmu. Kamu pasti lelah karena baru menyelesaikan tugas dari ayahku. Aku sudah menyiapkan makanan kesukaanmu.”

Putri Anchi lantas membuka bungkusan itu dan mengambil beberapa lauk pauk dan diletakkan di atas sebuah piring kecil. “Ayo, makanlah.”

Piring kecil itu lantas disodorkan pada Qiang yang tersenyum padanya. Qiang tampak lahap saat menyantap makanan yang diberikan Putri Anchi padanya. Sedangkan gadis itu tampak tersenyum saat Qiang menerima makanannya itu dan mulai melahapnya.

“Apa kamu menyukai makanan yang kubawa untukmu?” tanya Putri Anchi sambil memberikan segelas air minum pada Qiang.

“Putri Anchi, aku menyukai makanan yang kamu bawa padaku, tapi itu tidak perlu lagi. Mulai saat ini, jangan lagi menemuiku dan membawakanku makanan. Aku tidak ingin membuatmu mengalami masalah karena selalu menemuiku di sini.”

Wajah cantik gadis itu tiba-tiba cemberut saat mendengar ucapan Qiang. Namun, dia kembali tersenyum dan meraih tangan pemuda itu dan membawanya ke luar dari tempat itu.

“Mulai sekarang, aku akan sering datang ke sini karena aku akan belajar bersamamu. Ayo, cepatlah. Ajari aku jurus baru yang waktu itu diajarkan ayah padamu. Aku juga ingin belajar agar aku bisa tunjukan pada ayah kalau aku juga bisa bertarung.”

Qiang tidak bisa mengelak saat Putri Anchi menarik tangannya dan memintanya untuk memperlihatkan jurus yang baru-baru ini diajarkan Li Quan padanya. Di saat Qiang memperagakan jurusnya itu, Putri Anchi tampak tersenyum sambil memperhatikan pemuda itu yang terlihat gagah. Putrinya Anchi menatapnya tanpa kedip dengan tangan kanan yang menopang dagunya. “Qiang, apa kamu tahu kalau aku sangat menyukaimu? Ah, rasanya aku ingin berterus terang tentang perasaanku padamu, tapi aku takut mendengar jawabanmu,” ujar gadis itu pelan.

Perasaan suka yang dia rasakan sejak kecil nyatanya telah tumbuh menjadi benih-benih cinta yang sulit untuk dielaknya. Ketampanan, perhatian, dan kepedulian Qiang padanya telah membuat hatinya luluh dan merasakan debar yang berbeda. Gadis itu nyatanya telah jatuh cinta.

Sejak dia merasakan sesuatu yang berbeda tentang perasaannya pada Qiang, gadis itu perlahan mulai menunjukan perhatiannya. Sesekali, dia datang ke kediaman Qiang untuk membawakan apa yang disukai pemuda itu. Terkadang, dia menunjukan sikap manja yang membuat Qiang merasa kurang nyaman.

Dua minggu setelah meninggalkan Yi Yuen, nyatanya rasa rindu mulai mengganggunya. Apalagi, dia mulai merasa kalau sikap Putri Anchi terlalu berlebihan padanya. Rasanya, dia tidak ingin berlama-lama berada di dekat gadis itu, tapi dia tidak bisa mengusir atau mengelak saat gadis itu ingin bertemu dengannya.

“Qiang, apa kamu ingin pergi?” tanya Putri Anchi saat bertemu Qiang yang akan meninggalkan pelataran halaman rumahnya.

“Maaf, aku harus pergi sebentar. Ada tugas yang diberikan ayahmu dan aku harus menyelesaikannya segera.”

Qiang lantas pergi. Melihatnya pergi, Putri Anchi terlihat kecewa. Walau dia sudah berusaha mendekati Qiang, tapi nyatanya pemuda itu selalu berusaha menjaga jarak dengannya. Bahkan, akhir-akhir ini, pemuda itu terlihat sibuk dengan urusan yang dia sendiri tidak paham. “Kenapa ayah selalu memberikannya tugas ke alam manusia? Sebenarnya, tugas apa yang sudah ayah berikan untuknya?”

Karena penasaran, Putri Anchi mengikuti Qiang secara diam-diam. Rupanya, dia tahu jalan pintas selain pintu langit yang pernah dilaluinya bersama Qiang. Tanpa sepengetahuan pemuda itu, Putri Anchi telah keluar dari Istana Khayangan dan mengikutinya dari belakang.

Putri Anchi terus berjalan di belakang Qiang yang masih tidak menyadari keberadaannya. Hingga langkahnya terhenti saat melihat pemuda itu berhenti di depan salah satu kedai. Putri Anchi terus memperhatikan dan dia cukup terkejut saat melihat seorang gadis keluar dari dalam kedai dan memeluk Qiang dengan mesra.

Putri Anchi tercekat. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Qiang membalas memeluk gadis itu dan masuk ke dalam kedai. Putri Anchi terduduk dengan air mata yang perlahan jatuh. “Qiang, apa karena dia kamu menghindar dariku? Apa kamu sadar dengan perbuatanmu itu?” Putri Anchi menyeka air matanya dan dia kembali melihat ke arah kedai yang tampak ramai dengan pengunjung. Gadis itu masih menunggu hingga dia kembali dikejutkan dengan kemunculan Qiang bersama gadis tadi. Mereka terlihat mesra dengan senyum yang selalu mengembang. Mereka berdua lantas meninggalkan kedai sambil bergandengan tangan.

Putri Anchi lantas mengikuti mereka dari belakang. Rasa sakit dan cemburu mulai bermain di hatinya. Rasanya, dia tidak sanggup melihat kemesraan yang ditunjukan Qiang dan gadis itu, tapi dia memaksakan hatinya untuk bisa bertahan. Dia hanya ingin memastikan apa yang disangkakan olehnya tidaklah benar. Sangkaan kalau Qiang tidak akan pernah mungkin menjalain kasih dengan seorang gadis dari kalangan manusia.

Sementara Qiang, tampak bahagia karena telah bertemu dengan Yi Yuen yang kini berjalan mesra di sampingnya. Gadis itu tersenyum riang saat Qiang membelikannya sebuah cincin giok berwarna hijau. Cincin yang terlihat indah itu kini melingkar di jari manisnya.

“Apa kamu suka?” tanya Qiang setelah memakaikan cincin itu di jari manis Yi Yuen. Gadis itu mengangguk sambil menatap cincin yang telah melingkar indah di jarinya. Tanpa mereka sadari, ada hati yang patah melihat kedekatan dan kemesraan mereka hingga hampir membuatnya melakukan kesalahan fatal. Putri Anchi telah bersiap dengan sinar hitam di ujung jarinya. Dia ingin membunuh gadis yang kini bersama Qiang dengan sinar mematikan yang keluar dari ujung jarinya itu. Dia seakan tak peduli dengan larangan untuk membunuh manusia. Namun, niatnya itu tertahan saat suasana di tempat itu tiba-tiba kisruh. Seorang lelaki terlihat mengamuk dan menghancurkan apa saja yang ada di depannya. Tatapan matanya kosong dengan sikap yang terlihat aneh.

Yi Yuen dan Qiang tidak beranjak saat orang-orang berlari dan menghindar dari amukan lelaki itu. Mereka berdua menatap lekat ke arah lelaki yang kini menyeringai di depan mereka.

“Yi Yuen, apa kamu lihat aura jahat di tubuh lelaki itu?” tanya Qiang yang dibalas anggukan oleh Yi Yuen.

“Ya, aku melihatnya. Sepertinya, dia dirasuki.”

Yi Yuen lantas maju dan berdiri di depan lelaki yang kini tertawa sinis di depannya. “Pergi kamu dari sini. Aku tidak punya urusan denganmu!” seru lelaki itu kasar.

“Aku akan pergi, tapi sebelum itu keluarlah dari tubuhnya. Setelah itu, aku akan memikirkan untuk mengampunimu atau tidak.” Yi Yuen tak beranjak hingga membuat lelaki itu tertawa.

“Apa kamu ingin aku keluar dari tubuhnya? Kalau aku tidak mau, kamu mau apa?”

Yi Yuen maju selangkah dan menatapnya lekat. “Aku masih berbaik hati padamu dan sudah memperingatkanmu, tapi jika itu pilihanmu, aku tidak. akan keberatan untuk menghadapimu.”

Yi Yuen menarik tusuk rambut dari balik jubahnya yang sekejap saja berubah wujud menjadi sebuah pedang berwarna kebiruan. Sontak, lelaki itu terkejut. Begitupun dengan Putri Anchi yang tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

“Pedang itu … ? Tidak mungkin!” Gadis itu terkejut bukan kepalang. Walau tidak terlalu yakin dengan apa yang dilihatnya, tapi dia tahu siapa pemilik pedang itu. Pemilik satu-satunya yang merupakan seorang dewi.

Putri Anchi terus memperhatikan mereka. Sementara Yi Yuen, tampak bersiap saat satu serangan dari lelaki itu mengarah padanya. Serangan yang membuat Qiang tidak tinggal diam. Walau dia tahu, dia tidak bisa membunuh manusia, tapi dia tidak bisa membiarkan Yi Yuen menghadapi lelaki itu sendirian.

“Qiang, jangan lakukan apapun, minggirlah!” Yi Yuen berseru saat melihat Qiang yang berusaha membantunya, tapi pemuda itu bergeming. Bagaimana bisa dia melihat gadis yang dicintainya itu menghadapi serangan bertubi-tubi tanpa dibantu olehnya. Di saat Qiang enggan pergi, Ling datang dan membantu Yi Yuen. Kolaborasi kedua gadis itu nyatanya mampu membuat lelaki yang dirasuki itu tersadar saat cahaya kebiruan yang terpancar dari pedang Yi Yuen mengarah ke tubuhnya. Pancaran cahaya yang hanya bisa dilihat oleh dewa ataupun makhluk tak kasat mata. Pancaran cahaya yang bisa mematikan para dewa dan makhluk astral tanpa ampun.

Putri Anchi semakin terkejut saat melihat pancaran cahaya itu. Apalagi, dia melihat Ling yang terlihat berbeda dengan manusia biasa. Dia bisa melihat wujud asli gadis itu yang merupakan siluman rubah.

“Siapa sebenarnya mereka? Gadis itu rupanya memiliki kemampuan yang cukup hebat. Mereka berdua tidak bisa dianggap remeh,” batin Putri Anchi yang belum berpaling dari mereka.

Lelaki yang dirasuki mulai tersadar. Sementara pembawa aura jahat yang merasukinya telah menghilang seiring butiran debu yang tertiup angin.

“Dewi Yi, Anda tidak apa-apa?” tanya Ling sambil mendekati gadis itu.

“Aku tidak apa-apa, tapi kenapa Bibi bisa ada di sini?”

“Aku hanya kebetulan lewat karena sedang mencari salah satu pelanggan yang tadi lupa mengambil obatnya. Ah, sebaiknya aku mencarinya sebelum dia menjauh. Dewi Yi, berhati-hatilah dan kamu, jangan ikut campur urusan manusia jika masih ingin bertemu Dewi Yi lagi.” Ling menatap ke arah Qiang yang mengangguk.

“Baiklah.”

Semua itu bukan tanpa alasan karena mereka tahu seorang penghuni Istana Khayangan dilarang untuk membunuh manusia. Karena itu, mereka melarang Qiang untuk membantu karena mereka khawatir pemuda itu melakukan kesalahan fatal.

“Qiang, aku mohon padamu untuk jangan melakukan apapun jika mengalami hal seperti tadi. Aku tidak ingin kamu melakukan kesalahan yang bisa membuat aku kehilanganmu. Aku … ”

“Maafkan aku, tapi aku tidak bisa melihatmu seperti itu. Walau harus kehilangan nyawaku demi untuk menyelamatkan dirimu, aku rela. Aku akan melakukannya.”

“Tidak! Jangan lakukan itu! Berjanjilah padaku untuk tidak melakukan apapun. Jika kamu melakukannya, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Apa kamu ingin aku merasa bersalah seumur hidupku? Qiang, berjanjilah padaku!”

Qiang lantas memeluk Yi Yuen yang kini menitikan air mata. “Baiklah, aku berjanji. Sudah, jangan menangis lagi.” Qiang menyeka air mata Yi Yuen yang mulai membasahi pipinya. “Aku janji tidak akan melakukannya lagi, tapi kamu juga harus berjanji padaku untuk tidak akan terluka saat menghadapi mereka,” lanjut Qiang yang kembali memeluknya. Yi Yuen mengangguk dan membalas pelukan itu.

“Sebaiknya kita kembali saja. Aku tidak ingin pertemuan kita terganggu dengan ulah makhluk-makhluk yang bisa membuatku khilaf,” ucap Qiang yang diaminkan Yi Yuen. Mereka berdua lantas kembali ke kedai. Putri Anchi tampak menyembunyikan dirinya saat mereka berjalan tak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan sembunyi-sembunyi, dia kembali mengikuti mereka. Kini, di depan pintu kedai, dia melihat seorang wanita yang terlihat khawatir saat melihat Qiang dan Yi Yuen yang baru saja datang.

“Putriku, kamu tidak apa-apa, kan?” tanya Zhi Ruo yang terlihat khawatir.

“Tenang, Bu. Aku tidak apa-apa.”

Zhi Ruo lantas memeluk Yi Yuen dan mengajak pasangan itu untuk masuk ke kedai. Sementara Putri Anchi terus memperhatikan mereka hingga hilang di depan pintu kedai.

“Siapa wanita cantik itu? Apa mungkin wanita itu adalah ibunya?” Putri Anchi terlihat penasaran dengan Yi Yuen yang nyatanya membuatnya begitu tertarik. Seorang gadis dari kalangan manusia yang memiliki kekuatan yang cukup luar biasa untuk seukuran manusia. Kekuatan yang bahkan tidak dimiliki olehnya.

“Aku harus mencari tahu siapa gadis itu. Bagaimanapun caranya, aku tidak akan membiarkan seorang manusia merebut Qiang dari tanganku. Lihat saja, aku pasti akan menyingkirkanmu!”

Putri Anchi yang terlihat marah, lantas pergi meninggalkan tempat itu. Dia sudah bertekad untuk menyingkirkan Yi Yuen dan menjadikan Qiang sebagai kekasihnya, bagaimanapun caranya.


Reinkarnasi Dewi Keabadian

Reinkarnasi Dewi Keabadian

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2020 Native Language: Indonesia
Gemuruh petir menggelegar di atas langit mendung. Rintik air hujan perlahan turun dengan derasnya dan membasahi ranting pepohonan di dalam hutan. Di mulut goa, terlihat seorang gadis sedang berteduh sambil membersihkan rambut dan wajahnya dari percikan air hujan. Wajahnya tampak gelisah karena khawatir hujan tidak akan reda. Melihat langit yang mulai senja dengan mendung yang menyelimutinya, gadis itu mulai memanjatkan doa, berharap hujan yang makin deras itu akan segera reda.   Terlihat, mulut gadis itu komat-kamit sambil memejamkan matanya. Wajahnya yang cantik, tampak anggun saat matanya terpejam. Doa-doa yang dipanjatkan setidaknya menjadi kekuatan tersendiri baginya. Walau doa tak henti dia panjatkan, nyatanya hujan tak juga reda. Bahkan, hujan turun semakin deras dengan suara petir yang menggelegar bersahutan.... Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera dibaca ceritanya...

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset