Setelah memasuki ruangan itu, mereka cukup terkejut. Pasalnya, di dalam ruangan itu terpampang lukisan wajah dua orang wanita yang memenuhi hampir seluruh sudut di ruangan itu. Wajah dua orang wanita yang membuat Putri Anchi terperanjat. Gadis itu terkejut saat mengetahui ayahnya menyimpan lukisan wajah dua orang wanita yang belum lama ini dilihatnya.
Putri Mu Rong terlihat marah saat melihat lukisan-lukisan itu. Dengan penuh kekesalan, wanita itu mulai merobek-robek beberapa lembar lukisan yang ada di depannya. Wajahnya memerah menahan kemarahan dan kebencian yang membuncah. Tak hanya itu, dia bahkan memerintahkan dua orang pelayan untuk mengumpulkan lukisan-lukisan itu. “Cepat! Kumpulkan semua lukisan itu dan bawa padaku!”
Dua orang pelayan yang diperintah itu lantas mulai mengambil lukisan-lukisan dan mengumpulkannya menjadi satu. Tak satupun lukisan yang tersisa di ruangan itu. Semuanya telah dikumpulkan dan dibawa ke tempat pembakaran. Di dalam tong besar, lukisan-lukisan itu dimasukkan dan api mulai membakar tatkala seorang pelayan mulai menyalakan api. Kepulan asap mengepul dan kobaran api mulai melahap setiap lukisan hingga hangus menjadi serpihan abu.
Wajah kesal dan cemburu tidak bisa disembunyikan Putri Mu Rong saat melihat wajah di lukisan itu. Wajah wanita yang terlihat cantik itu nyatanya tak bisa hilang dari pikirannya. Wajah wanita yang sudah membuat Li Quan tak peduli lagi padanya.
Sementara Putri Anchi masih bergolak dengan perasaannya. Dia tidak menyangka, ayah yang selama ini dikaguminya ternyata memiliki wanita lain. Bahkan, memiliki seorang putri yang nyatanya telah membuatnya terluka. Gadis itu mengepal tangannya dan bergegas meninggalkan tempat pembakaran. Putri Mu Rong yang melihatnya pergi, lantas mengikutinya.
“Putriku, kamu mau ke mana?” tanya Putri Mu Rong saat melihat putrinya itu bergegas pergi.
“Aku ingin menemui mereka. Bagaimana bisa mereka merebut ayah dan Qiang dariku. Aku tidak akan membiarkan ibu dan anak itu merebut apa yang sudah menjadi milikku.”
Putri Mu Rong terkejut mendengar ucapan Putri Anchi yang ternyata mengetahui kedua wanita yang ada di lukisan itu. “Tunggu dulu! Putriku, apa kamu mengenali mereka?”
Putri Anchi menghentikan langkahnya dan menatap ibunya lekat. “Gadis yang ada di dalam lukisan itu adalah gadis yang sudah merebut Qiang dariku dan wanita yang ada di lukisan itu adalah ibunya yang juga merupakan istri dari ayah. Mereka berdua adalah wanita yang sudah merebut ayah dan Qiang dariku. Aku tidak akan membiarkan mereka bahagia di atas penderitaan kita.” Ucapan yang di sertai air mata itu kembali membuat rasa benci di hati Putri Mu Rong kian bertambah. Tak hanya dirinya yang disakiti, putrinya pun tak luput disakiti oleh dua wanita yang sangat dibencinya itu.
“Putriku, jangan lakukan apapun. Sebaiknya, kita temui kakekmu dan biarkan dia yang akan mengurus semuanya.”
Kedua wanita itu lantas bergegas menuju kediaman Dewa Perang. Rencana besar yang sudah disiapkan, nyatanya sudah benar-benar terlaksana. Tanpa mereka ketahui, Dewa Perang telah melancarkan kerusakan dan kegaduhan di alam manusia. Dia kembali melakukan kerjasama dengan Dewa Hitam untuk membuat kisruh di alam manusia.
Suasana desa di mana Zhi Ruo bermukim kini mulai gaduh. Orang-orang berlarian dan berusaha menghindar dari beberapa orang lelaki yang memiliki tingkah yang aneh. Mereka seperti mayat hidup yang dikontrol. Suara teriakan dan tangisan terdengar saat satu persatu warga desa menjadi korban. Tanpa ampun, manusia yang dirasuki itu mulai membunuh, tak peduli wanita, pria, atau anak kecil yang ditemui pasti akan menjadi korban keberingasan mereka.
Dari atas lembah tak jauh dari desa, Yi Yuen dan Qiang bisa melihat kegaduhan yang semakin meluas. Asap mengepul dari beberapa tempat hingga membuat Yi Yuen terlihat curiga. “Sepertinya, di desa telah terjadi kekacauan. Qiang, aku harus memeriksa keadaan desa.”
Yi Yuen bergegas menemui kedua orang tuanya dan memberitahukan perihal kekacauan yang dilihatnya. Mereka berempat lantas menuju desa dan mereka terkejut saat melihat mayat-mayat bergelimpangan dengan luka yang terlihat mengenaskan.
“Ayah, apa yang terjadi?”
Li Quan memeriksa salah satu mayat dan dia bisa menyimpulkan kalau itu bukanlah ulah manusia.
“Jadi, apa menurut Ayah ini ulah siluman?”
“Bukan, ini ulah Dewa Hitam!”
Mendengar hal itu, Qiang teringat dengan cerita tentang Dewa Hitam yang menyebabkan Dewi Keabadian menghilang. “Guru, apa itu berarti kita tidak bisa membunuh mereka jika mereka masih menguasai tubuh manusia?” Li Quan mengangguk.
“Lantas, bagaimana kita bisa menghentikan kekacauan ini jika kita tidak bisa membunuh mereka? Guru, tidakkah ada cara yang bisa kita lakukan?”
“Qiang, bawa istri dan putriku pergi dari sini. Biar aku yang akan menghadapi mereka.”
“Tidak, Ayah! Aku tidak akan membiarkan Ayah melakukannya!” Yi Yuen mencoba melarang ayahnya. “Biar aku yang akan menghadapi mereka. Ayah pergi saja membawa Ibu ke kedai. Qiang, tolong jaga orangtuaku.”
Walau enggan membiarkan Yi Yuen menghadapi mereka, tapi hanya itu jalan satu-satunya. Hanya Yi Yuen yang bisa menghadapi mereka. Ling dan Kangjian yang baru saja datang, ikut bergabung dengan Yi Yuen.
“Kangjian, bawa warga yang masih selamat dan suruh mereka untuk bersembunyi. Jangan biarkan mereka keluar.”
“Baik, Nona.” Kangjian lantas melakukan seperti apa yang diperintahkan Yi Yuen padanya.
Kekacauan yang ditimbulkan ternyata telah membuat kerajaan mengerahkan pasukan menuju tempat kejadian. Wang Wei yang memimpin pasukan bertemu dengan Yi Yuen dan Ling yang sudah bersiap untuk menyerang.
Pasukan yang dipimpin Wang Wei lantas merangsek maju dan menyerang manusia yang dirasuki itu, tapi setiap serangan yang dilancarkan tidak membuahkan hasil. Pedang yang mengenai tubuh mereka tak berhasil meninggalkan luka. Tubuh mereka bagaikan sebuah batu yang tidak mempan untuk dihancurkan.
Melihat keanehan itu, Wang Wei memerintahkan pasukannya untuk mundur. Setengah pasukannya kini telah menjadi korban dari manusia yang dirasuki itu.
Setelah memperhatikan pergerakan dan kekuatan dari manusia yang dirasuki, Yi Yuen mulai maju sambil mengeluarkan tusuk rambut miliknya dari balik jubah. Sebuah pedang yang memancar warna kebiruan kini berada di genggamannya. Bersama Ling, kedua gadis itu maju bersamaan dan mulai menyerang tanpa ampun.
Yi Yuen mengayunkan pedangnya dan menyasar kepala dari setiap manusia yang dirasuki. Walau tak mudah, Yi Yuen berhasil menebas batang leher beberapa orang hingga kepala terlepas dari badan. Bayangan hitam yang keluar dari tubuh tak bernyawa itu kini menjadi incaran Ling. Gadis itu dengan lincah mengarahkan pedangnya ke arah bayangan hitam yang berusaha melarikan diri. Suara erangan terdengar saat satu persatu bayangan hitam berhasil dimusnahkan dalam sekali tebasan pedang.
Wang Wei yang melihat kemampuan kedua gadis itu merasa takjub. Dia tidak menyangka, kedua gadis yang menjadi sahabatnya itu ternyata memiliki kemampuan yang sangat mengagumkan. Keduanya mampu mengimbangi kekuatan masing-masing hingga membuat lawan tidak berkutik.
Tanpa mereka sadari, Dewa Perang memperhatikan Yi Yuen dan Ling dari jauh. Dia cukup terkejut saat melihat kedua gadis itu yang mampu melawan makhluk yang dikirimkannya itu. Apalagi saat melihat Yi Yuen memegang pedang yang memancarkan warna kebiruan hingga membuat lelaki itu semakin tidak percaya dengan apa yang kini dilihatnya.
“Tidak mungkin! Pedang itu sama seperti pedang milik Dewi Keabadian dan gadis itu, dia mampu membunuh manusia-manusia yang sudah dirasuki. Siapa sebenarnya gadis itu? Apa mungkin dia adalah Dewi Keabadian?”
“Dia adalah anak ayahku. Gadis itu adalah anak ayah dari seorang wanita dari kalangan manusia.” Putri Anchi tiba-tiba muncul di samping Dewa Perang dan lelaki itu semakin terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.
“Tidak mungkin! Jadi, karena gadis itu dan ibunya, ayahmu tega menyakiti ibumu. Tapi, bagaimana bisa dia memiliki pedang itu? Apa mungkin dia adalah renkarnasi Dewi Keabadian?”
Mendengar penuturan kakeknya itu, Putri Anchi kembali mengarahkan pandangannya ke arah Yi Yuen yang sedang bertarung dengan gesitnya. Gadis itu cukup kagum dengan kemampuan Yi Yuen yang ternyata memiliki kemampuan yang sangat hebat. “Pantas saja waktu itu dia tidak takut padaku, ternyata dia juga memiliki darah seorang dewa.”
“Ayo, sebaiknya kita pergi dari sini. Mereka sudah kalah!” Dewa Perang lantas menghilang disusul Putri Anchi yang juga ikut menghilang.
Benar saja, satu persatu manusia yang dirasuki telah mati bergelimang darah. Kepala mereka terlepas dari badan. Bayangn hitam yang mencoba kabur, tak luput dari serangan Ling hingga satu persatu hangus menjadi abu.
Kedua gadis itu lantas memperhatikan mayat-mayat yang bergelimpangan. Yi Yuen kemudian memeriksa tubuh mereka dan dia bisa melihat tubuh tak bernyawa itu mengeluarkan gelembung-gelembung air yang berbau busuk dari permukaan kulit mereka. Ling yang melihat itu lantas mendekat ke arah Yi Yuen. “Mereka memiliki kondisi yang sama dengan yang kita alami di masa lalu,” ucap Ling yang membuat Yi Yuen menatap heran padanya.
“Bibi, apa maksud Bibi?”
“Dewi, kejadian ini persis dengan apa yang kita alami waktu itu. Aku tahu kamu masih tidak mengingatnya, tapi melihat tubuh mereka yang mengeluarkan bau busuk dan tidak bisa dibunuh oleh manusia atau dewa sekalipun, aku yakin ada yang mencoba mengulang kejadian lalu. Ada yang ingin menjatuhkan ayahmu!”
“Apa maksud, Bibi?”
“Ada yang menginginkan Ayah membunuh mereka,” ucap Li Quan yang tiba-tiba datang bersama Qiang.
“Itu benar,” jawab Ling yang membenarkan ucapan Li Quan. “Dewi, saat ini ada yang menginginkan ayahmu mati. Setidaknya, itu yang ada di dalam analisaku. Rencana mereka sama dengan yang mereka lakukan padamu di masa lalu karena mereka tahu, kamu tidak akan membiarkan manusia mati di tangan manusia yang sudah dirasuki itu. Mereka ingin melakukan hal yang sama karena ayahmu tidak akan membiarkanmu dan Nyonya disakiti oleh mereka. Dan jika ayahmu membunuh mereka, maka ayahmu akan bernasib sama sepertimu dulu. Tubuhnya akan menghilang tak berbekas.”
Penjelasan Ling membuat Yi Yuen mengepalkan kedua tangannya. Walau dia belum terlalu mengingat apa yang dialaminya di saat terakhirnya di masa lalu, tapi dia tidak akan membiarkan siapapun melukai kedua orang tuanya.
“Putriku, maafkan Ayah karena tidak bisa membantumu menghadapi mereka, tapi Ayah janji akan mencari tahu siapa dalang dibalik kejadian ini.”
“Tidak mengapa, Ayah. Tapi, Ayah juga harus berhati-hati karena aku tidak ingin Ayah dilukai oleh mereka.”
“Jangan khawatir, Nak. Apapun akan Ayah lakukan untuk melindungimu dan juga ibumu. Sekarang, kembalilah ke kedai. Ibumu pasti mengkhawatirkanmu. Ayah dan Qiang harus segera kembali.”
“Baiklah, Ayah.”
Sebelum pergi, Qiang masih sempat bicara berdua dengan Yi Yuen. Dia terlihat begitu khawatir pada kekasihnya itu. “Kamu baik-baik saja, kan?” tanya Qiang sambil menggenggam tangan kekasihnya itu.
“Aku baik-baik saja. Qiang, tetaplah seperti ini. Jangan pernah kamu ikut campur jika mereka kembali menyerang. Aku tidak ingin kamu menghilang seperti diriku di masa lalu. Ah, andai saja aku ingat siapa dalang dibalik kejadian di masa lalu, aku pasti akan mengejarnya hingga ke ujung dunia.” Yi Yuen terlihat kesal karena penggalan kisah di masa lalu belum diingat sepenuhnya.
Walau mengangguk di depan Yi Yuen, nyatanya Qiang tidak bisa membiarkan kekasihnya itu melawan seorang diri. Rasanya, dia ingin menghancurkan manusia yang dirasuki itu dengan pedangnya walau tubuhnya sendiri akan menghilang, tapi janji yang sudah dibuatnya di depan Yi Yuen tidak bisa diingkari olehnya.
“Qiang, aku mohon lindungi ayahku. Aku tahu ada yang berusaha menyingkirkannya. Andai saja aku bisa ke Istana Khayangan, aku akan ke sana dan melindungi ayahku dengan tanganku sendiri. Saat ini, aku juga tidak mungkin meninggalkan ibuku, karena itu tolong bantu aku untuk melindungi ayahku.”
Qiang lantas memeluk Yi Yuen dan mengangguk mengiyakan permintaan kekasihnya itu. “Jangan khawatir, aku pasti akan melindungi ayahmu. Sekarang, kembali dan beristirahatlah.”
Qiang dan Li Quan akhirnya kembali ke Istana Khayangan. Li Quan tampak marah dengan kejadian yang baru saja terjadi. Dia tidak menyangka, ada yang berusaha menyingkirkan dirinya. “Qiang, mulailah mencari tahu. Sepertinya, ada yang tahu kalau kita berada di alam manusia. Kamu harus mencari tahu siapa di balik semua kejadian ini.”
“Baik, Guru.”
Sementara di Istana Khayangan, Dewa Perang masih memikirkan gadis yang ternyata anak dari Li Quan. Kehebatan gadis itu rupanya membuat dirinya terkejut. Kekuatan seperti yang dimiliki oleh Dewi Keabadian.
“Ayah, apa rencanamu berhasil?” tanya Putri Mu Rong yang baru saja datang.
Dewa Perang hanya diam dan wanita itu mengerti dengan sikap ayahnya itu. “Apa itu berarti Li Quan akan kembali ke Istana Khayangan? Apa di masih hidup?”
“Diamlah! Biarkan ayahmu ini berpikir!”
Wanita itu terkejut saat dibentak ayahnya sendiri. Dan itu artinya masalah yang sedang dihadapi ayahnya tidaklah gampang. Seketika, wanita itu terlihat ketakutan. Wajahnya memucat karena memikirkan nasibnya saat Li Quan kembali. Dan ketakutannya itu bertambah saat seorang pelayan berlari ke arahnya. “Nyonya, Yang Mulia mencarimu.”
“Apa maksudmu?”
“Sepertinya, Yang Mulia marah besar karena semua lukisan di ruangan pribadinya telah hilang.”
Putri Mu Rong semakin ketakutan. Dia tidak menyangka kalau masalahnya akan semakin rumit. Dia berusaha mencari alasan untuk bisa dia jelaskan pada suaminya itu, tapi rasanya tidak ada alasan yang bisa dia katakan. Pikirannya seakan buntu hingga satu alasan tiba-tiba muncul dipikirannya.