Reinkarnasi Dewi Keabadian Episode 45

Chapter 45

Li Quan tampak murka saat memasuki ruangan pribadinya. Semua lukisan yang ada di ruangan itu telah raib dan tidak menyisakan satu lembarpun. Para pelayan dan penjaga yang ada di tempat itu tak luput dari amukannya. Terlebih saat dia tahu kalau yang memerintahkan mereka untuk menyingkirkan lukisan itu adalah Putri Mu Rong.

Putri Mu Rong yang baru datang terlihat biasa saja saat memasuki ruangan itu. Wajahnya sudah tidak menunjukan ketakutan lagi. Di depan Li Quan, wanita itu berdiri dan menatap lelaki itu tajam. “Ada apa? Kenapa kamu memanggilku? Bukankah, ruangan ini tidak bisa aku masuki? Tapi kenapa … ”

“Sudahlah, hentikan omong kosongmu itu!” bentak Li Quan kasar. “Aku tahu kamu yang melakukan semua ini, kan? Mana semua lukisanku? Cepat kembalikan semua lukisanku padaku!” lanjut Li Quan yang terlihat marah.

Putri Mu Rong hanya tersenyum kecut saat melihat Li Quan marah dan membentaknya. “Ambil saja di tempat pembakaran sampah. Tempat lukisan-lukisan itu seharusnya memang ada di tempat sampah.” Putri Mu Rong berusaha tenang walau sebenarnya hatinya bergejolak penuh amarah. Hanya karena lukisan, lelaki itu begitu murka padanya.

“Apa yang sudah kamu lakukan pada lukisan-lukisan itu?” Li Quan mendekat ke arah Putri Mu Rong dan mencekik lehernya dengan kasar. Sungguh, dia tidak akan pernah memaafkan siapapun yang mengganggu keluarganya. “Apa kamu juga dalang dibalik kejadian di alam manusia?” tanya Li Quan yang kembali membuat Putri Mu Rong tersenyum mengejek ke arahnya.

“Alam manusia? Apa urusanku dengan mereka? Ah, apa mungkin kamu turun ke alam manusia untuk menemui wanita itu dan juga anakmu?”

Li Quan melepaskan cengkeraman di leher wanita itu. Dia cukup terkejut mendengar ucapan Putri Mu Rong. “Kenapa? Apa kamu cemburu? Bukankah, aku pernah bilang padamu kalau aku tidak pernah mencintaimu? Ya, aku memang menemui istri dan juga putriku. Apa itu masalah bagimu?”

Putri Mu Rong mengepalkan kedua tangannya. Ucapan Li Quan begitu menyakitkan hatinya. Dia berusaha menahan air mata dan amarahnya. “Baik, temui saja mereka dan kamu akan menanggung konsukwensi atas perbuatanmu itu. Apa kamu pikir kamu bisa selamanya bersama mereka? Li Quan, kamu tidak pantas menjadi Raja Khayangan karena sudah melakukan perbuatan terlarang. Lihat saja, kamu pasti akan menyesal karena sudah memperlakukanku seperti ini!”

Putri Mu Rong kemudian keluar dari ruangan itu. Sementara Li Quan sadar dengan ancaman yang dilontarkan wanita itu padanya. Li Quan lantas memutuskan untuk melakukan pertemuan di aula istana. “Pengawal, berikan pengumuman untuk segera berkumpul di aula istana sekarang juga,” perintahnya pada salah satu pengawal.

“Baik, Yang Mulia.”

Setelah memberikan pengumuman, aula istana kini dipenuhi para dewa. Mereka terlihat bingung dengan pengumuman yang tiba-tiba. Li Quan kemudian memasuki aula istana dan duduk di singgasana. Melihatnya, para dewa dan dewi yang ada di ruangan itu menunduk memberi hormat.

Sesaat, suasana menjadi hening. Suara riuh yang semula terdengar sontak terdiam. Li Quan mengedarkan pandangannya pada wajah-wajah yang masih menundukan kepala di depannya. “Apa kalian tahu alasan pertemuan ini?” tanya Li Quan datar.

“Tidak, Yang Mulia,” jawab mereka serempak dengan kepala yang masih menunduk.

“Angkat kepala kalian dan lihat aku!” Suara Li Quan menggema hingga membuat semua dewa dan dewi di tempat itu mengangkat kepala dan menatap ke arahnya. Mereka terkejut melihat Li Quan yang terlihat marah.

“Hari ini, aku, Li Quan akan memberikan singgsana ini pada siapa saja yang mampu mengambil kekuatan ini dariku!” Kembali, Li Quan berucap dengan suaranya yang menggema hingga membuat tempat itu bergetar. Suasana menjadi riuh saat mereka mendengar ucapan lelaki itu.

“Yang Mulia, apa maksud Yang Mulia?” tanya seorang dewa yang memilki hubungan pertemanan yang cukup dekat dengannya.

“Hari ini, aku akan membuat pengakuan. Aku telah turun ke alam manusia.”

Sontak, suasana kembali riuh. Suara-suara bisikkan kembali terdengar. Sementara Dewa Perang tampak tersenyum sinis saat mendengar pengakuan Li Quan di depan semua orang. Dewi Bulan dan juga suaminya terlihat terkejut dengan pengakuan putra mereka.

“Kenapa? Apa kalian ingin tahu alasannya? Baiklah, aku turun ke sana untuk menemui istri dan juga putriku.”

Kembali semua orang dibuat terkejut. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau raja mereka sendiri telah melanggar peraturan langit.

“Karena itu, aku akan menyerahkan singgasana ini pada siapa saja yang mampu mengambil kekuatan ini dariku. Majulah, dan datang ambil kekuatan ini dariku dan aku akan menyerahkan singgasana ini padanya,” lanjut Li Quan bersungguh-sungguh karena inilah yang dia inginkan. Dia tidak pernah menginginkan singgsana yang membuatnya harus berpisah dengan wanita yang dia cintai.

Sebuah cahaya putih berukuran sebesar mutiara tampak bersinar di atas telapak tangan kanan Li Quan yang terbuka. Kekuatan itulah yang telah menyatu dengan tubuhnya hingga menjadikannya Raja Istana Khayangan.

Semua orang tampak kagum dengan cahaya putih itu dan mereka tahu setiap Raja Istana Khayangan pasti memilki cahaya itu. Namun, mereka tidak menyangka kalau Li Quan akan senekat itu dan memberikan cahaya itu pada siapa saja yang bisa mengambil cahaya itu darinya walau mereka sadar, tidak ada yang bisa mengambil cahaya itu selain diberikan langsung oleh Raja Istana Khayangan secara langsung.

“Kenapa? Apa tidak ada di antara kalian yang mau mengambil kekuatan ini dariku?” tanya Li Quan yang kemudian bangkit.

“Yang Mulia, ampunkan kami. Kami tidak pernah berniat untuk mengambil kekuatan itu dari Yang Mulia. Selama ini, Yang Mulia sudah menjadi raja yang kamu kagumi. Karena itu, kami tidak akan mempermasalahkan kepergian Yang Mulia ke alam manusia, tapi kami mohon untuk tidak meninggalkan singgasana ini Yang Mulia.” Seorang lelaki paruh baya berucap sambil menundukan setengah badannya.

“Bohong!” Suara Li Quan kembali bergema hingga membuat tempat itu bergetar. Semua orang yang ada di tempat itu seketika terkejut. “Aku tahu di antara kalian ada yang ingin menjatuhkanku. Dan aku, tidak akan mengampuni siapapun yang berani membuat makar di Istana Khayangan!”

“Yang Mulia, apa maksud ucapan Yang Mulia?”

“Aku tahu ada di antara kalian ada yang ingin melakukan hal yang sama seperti yang pernah terjadi di masa lalu. Ada yang ingin membuatku membunuh manusia sama seperti yang mereka lakukan pada Dewi Keabadian. Mereka melakukan kerjasama dengan Dewa Hitam dan membuat kekacauan di alam manusia. Kalian semua tahu, kalau manusia tidak akan mungkin bisa membunuh manusia yang dirasuki dan seorang dewa akan menghilang selamanya jika dia membunuh manusia yang dirasuki itu. Dan saat aku berada di alam manusia, manusia yang dirasuki telah membuat kerusakan dan membunuh manusia yang tidak berdosa.”

Ucapan Li Quan kembali membuat para dewa di tempat itu saling memandang. Mereka tidak menyangka Dewa Hitam yang menjadi musuh mereka selama berabad-abad telah kembali melakukan kejahatan besar yang melibatkan penghuni Istana Khayangan.

“Aku tahu di antara kalian ada yang menginginkanku lengser dari singgasana ini dan aku tidak keberatan akan hal itu, tapi silakan datang dan ambil sendiri kekuatan ini. Jika tidak, aku akan tetap ada di sini dan tidak ada yang bisa melarangku untuk menemui istri dan anakku di alam manusia. Jika ada yang berani menentangku, datang dan hadapi aku!”

Semua orang terdiam. Tidak ada yang berani membantah atau bahkan menentang setiap kata yang diucapkan Li Quan. Mereka seakan tak berkutik karena satu kata yang keluar dari mulut Raja Khayangan adalah sebuah titah yang patut dilaksanakan.

Li Quan kemudian meninggalkan aula Istana Khayangan dan menuju ruangan pribadinya. Dewi Bulan dan suaminya lantas mengikuti putranya itu dan ikut masuk bersamanya. Melihat kedua orang tuanya, Li Quan tahu akan ada banyak pertanyaan yang akan dilontarkan kedua orang tuanya itu dan dia harus bisa dia berikan jawaban.

“Li Quan, apa kamu sungguh-sungguh dengan ucapanmu tadi? Apa kamu pergi menemui wanita itu dan anaknya?” Lelaki berjubah putih dengan rambut yang juga memutih itu terlihat berdiri di depan Li Quan dan menatapnya tajam.

“Ayah, mereka adalah istri dan putriku dan itu berarti anakku adalah cucumu. Apakah Ayah belum puas memisahkanku dengan mereka? Lagipula, tidak ada yang akan menentangku lagi untuk menemui mereka.” Li Quan kemudian duduk dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

“Ayah sama sekali tidak menyangka kamu nekat melakukan pelanggaran terhadap peraturan langit dan dengan kekuasaanmu itu kamu membungkam semua dewa. Li Quan, apa kamu sadar dengan perbuatanmu itu?”

“Suamiku, tenanglah. Kita bisa bicarakan baik-baik.” Dewi Bulan mencoba menenangkan suaminya yang mulai terlihat marah.

“Putraku, apa keadaan mereka baik-baik saja?” tanya Dewi Bulan yang lebih melunak dibanding suaminya.

“Mereka tidak akan baik-baik saja jika Dewa Hitam kembali melancarkan serangan. Apa Ibu tahu siapa yang sudah mengalahkan mereka? Dia adalah Yi Yuen, putriku yang juga merupakan reinkarnasi Dewi Keabadian.”

Ayahnya terkejut saat mendengar apa yang diucapkan Li Quan, tapi tidak bagi Dewi Bulan yang sudah mengetahuinya sejak Yi Yuen terlahir ke dunia.

“Jadi, ramalan itu ternyata benar? Istriku, apa kamu juga tahu tentang hal ini?”

Dewi Bulan mengangguk. “Aku sudah tahu sejak dia masih di dalam kandungan ibunya,” jawab Dewi Bulan. “Tusuk rambut yang Ibu berikan padamu adalah senjata rahasia milik Dewi Keabadian yang sengaja Ibu simpan dan takdir telah menuntunmu untuk mengembalikan tusuk rambut itu kepada pemiliknya. Kita harus melindunginya dan mencari tahu siapa yang sudah bekerja sama dengan Dewa Hitam untuk menyingkirkanmu,” ucap Dewi Bulan kepada suami dan putranya itu.

“Ibu, apa mungkin kejadian di masa lalu dan kejadian kemarin yang mendalanginya adalah orang yang sama? Apa Ibu tahu siapa yang pernah dicurigai Dewi Keabadian waktu itu?” tanya Li Quan yang membuat Dewi Bulan kembali mengingat masa lalu.

“Dia adalah Dewa Perang, orang yang dicurigai oleh Dewi Keabadian, tapi hingga kini tidak ada bukti yang mengarah padanya.”

“Istriku, itu hanyalah sangkaan yang tidak ada bukti. Lagipula, Dewa Perang adalah sahabat baikku dan juga besan kita. Apa mungkin Dewa Perang berniat jahat untuk menjatuhkan menantunya sendiri?”

Sesaat, mereka terdiam. Apa yang dikatakan lelaki itu tidaklah salah karena mereka tahu bagaimana keakraban dan kedekatan yang terjalin antara kedua lelaki yang telah bersahabat sejak lama itu. Tak ingin membantah, Li Quan hanya diam dan mulai berpikir untuk menyelidiki sahabat ayahnya sekaligus mertuanya itu.

Setelah orang tuanya pergi, Li Quan lantas memanggil Qiang. “Awasi Dewa Perang dan jangan sampai ada yang curiga padamu.” Li Quan memberi perintah dan Qiang menyanggupinya. Pemuda itu lantas keluar dari ruangan itu dan bergegas melaksanakan perintah gurunya.

Diam-diam, Qiang mulai mengerahkan orang-orang yang selama ini menjadi kaki tangannya dalam mencari informasi. Pemuda itu rupanya memilki banyak informan yang bisa memberikan informasi padanya, tapi kali ini rasanya terlalu sulit hingga tak satupun informan yang berhasil mendapatkan informasi yang dia inginkan. Dewa Perang rupanya begitu licik dan pandai menyembunyikan kejahatannya itu hingga tak seorangpun yang dapat mencium atau melacak kejahatannya itu.

Qiang kembali melaporkan hasil penyelidikannya yang ternyata tidak membuahkan hasil. Dewa Perang tidak terbukti memiliki aktivitas yang mencurigakan. Apa yang dilakukan lelaki itu masih terlihat wajar dan normal.

“Aku masih tidak percaya jika bukan dia pelakunya. Qiang, jangan lengah. Terus perhatikan Dewa Perang karena aku yakin dia adalah dalang dibalik semua kejadian ini.”

“Baik, Guru.”

Qiang kemudian kembali ke rumahnya. Sudah beberapa hari ini dia sibuk karena memenuhi tugas yang diembankan Li Quan padanya. Padahal, saat ini dia begitu merindukan Yi Yuen dan mengkhawatirkan keadaan kekasihnya itu.

Setibanya di depan halaman rumah, Qiang melihat Putri Anchi yang berdiri menunggunya. Putri Anchi yang melihat kedatangannya, lantas berlari kecil mendekatinya. “Qiang, aku ingin bicara denganmu.” Putri Anchi bersikap lemah lembut di depan Qiang, tapi pemuda itu seakan tak peduli dan masih berjalan hingga tiba di depan pintu.

“Pergilah, aku tidak ingin bicara apapun denganmu.” Qiang bermaksud membuka pinti, tapi Putri Anchi menghadanganya dan berdiri di depan pintu.

“Aku tidak akan pergi sebelum kamu mendengar apa yang akan aku katakan.” Putri Anchi menatap Qiang dalam-dalam. Namun tiba-tiba, gadis itu memeluk Qiang hingga membuat pemuda itu terkejut.

“Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!” Qiang melepaskan tubuh Putri Anchi yang memaksa memeluknya

“Qiang, aku mencintaimu, tapi kenapa kamu mencintai gadis dari kalangan manusia? Bukankah, kamu tahu kalau dia tidak akan bisa menjadi milikmu? Tapi kenapa kamu masih saja menemuinya dan tidak peduli padaku yang sangat mencintaimu?” Putri Anchi berucap dengan air mata yang perlahan jatuh membasahi pipinya. Namun, tidak bagi Qiang yang hanya menatapnya datar.

“Pergilah, aku tidak ingin menjelaskan apapun padamu.” Qiang tidak peduli dan berusaha untuk masuk ke dalam rumahnya, tapi dia menghentikan langkahnya saat Putri Anchi mengatakan sesuatu hal yang membuatnya menatap gadis yang kini menangis di depannya.


Reinkarnasi Dewi Keabadian

Reinkarnasi Dewi Keabadian

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2020 Native Language: Indonesia
Gemuruh petir menggelegar di atas langit mendung. Rintik air hujan perlahan turun dengan derasnya dan membasahi ranting pepohonan di dalam hutan. Di mulut goa, terlihat seorang gadis sedang berteduh sambil membersihkan rambut dan wajahnya dari percikan air hujan. Wajahnya tampak gelisah karena khawatir hujan tidak akan reda. Melihat langit yang mulai senja dengan mendung yang menyelimutinya, gadis itu mulai memanjatkan doa, berharap hujan yang makin deras itu akan segera reda.   Terlihat, mulut gadis itu komat-kamit sambil memejamkan matanya. Wajahnya yang cantik, tampak anggun saat matanya terpejam. Doa-doa yang dipanjatkan setidaknya menjadi kekuatan tersendiri baginya. Walau doa tak henti dia panjatkan, nyatanya hujan tak juga reda. Bahkan, hujan turun semakin deras dengan suara petir yang menggelegar bersahutan....Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera dibaca ceritanya...

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset