Aqila tersenyum sumringah melihat pemadangan di depannya. Matanya tak henti menatap pohon cemara yang tinggi dan menyejukkan. Ia sangat berterimakash kepada Rangga karena telah membawanya ke tempat ini. Saat ini, mereka berdua berada di Pantai Cemara Sewu yang terletak di Kecamatan Kretek, Bantul, Yogyakarta. Meskipun Aqila sudah tiga tahuanan tinggal di Yogyakarta, tapi ia belum pernah ke Pantai Cemara Sewu. Karena selama ini hanya bermain di Mall dan nongrong di kafe. Sungguh generasi yang jauh dari alam.
“Ga, lo kok tau tempat sebagus ini sih?” tanya Aqila kepada Rangga.
“Gue kan asli sini,” sahut Rangga. Ia hanya menggeleng melihat Aqila yang masih terpesona dengan keindahan alam yang tersaji di depannya.
“Lo tinggal di sini udah berapa tahun sih? Kok liat tempat ini kayaknya kagum banget.”
“Tiga tahun Ga, tapi gue gak pernah dapet asupan wisata alam,” jawab Aqila sambil terus memandangi sekeliling sambil berdecak kagum.
“Dasar,” cibir Rangga.
Suasana sejuk, teduh, dan damai membuat Aqila melupakan segala macam kerumitan hidup. Ia benar-benar damai berada di tempat itu. Rasanya ia ingin pindah rumah dan menetap di tempat ini.
“Qil, kita ke gazebo sana yuk,” ajak Rangga sambil menunjuk gazebo yang berada tidak jauh dari mereka.
“Ngapain kesana?” tanya Aqila heran.
“Ya duduk lah, masa iya kita mau berdiri di sini terus,” sahut Rangga gemas.
“Emang kenapa kalo berdiri terus?” lagi-lagi Aqila bertanya dengan polosnya.
“Tau lah, gue mau kesana. Lo sendirian aja di sini biar dimakan binatang,” Rangga segera melangkah ke Gazebo dan meninggalkan Aqila yang belum bergerak dari tempatnya berdiri.
“Eh tunggu,” Aqila segera menyusul Ranga dan berjalan di sampingnya.
“Emang ada binatang Ga?” sambung Aqila.
“Banyak,” Rangga segera duduk di gazebo menikmati semilir angin.
“Serius? Binatang apaan emang?” tanya Aqila sambil ikut duduk di samping Rangga.
“Semut, burung, belalang. Mereka kan termasuk binatang,” jawab Rangga enteng.
“Sekalian aja nama lo disebutin!” jawab Aqila ketus karena baru sadar telah dibodohi oleh Rangga.
“Hahaha, ya lagian lo banyak tanya,” Rangga tertawa meliht ekspresi sebal Aqila.
“Udah gak usah ngambek. Lo mau ke area Pantai?” tanya Rangga karena Aqila hanya diam.
“Gak ah, panas. Enakan juga disini,” sahut Aqila seraya mengeluarkan ponselnya untuk selfie.
“Ga, selfie yuk,” ajak Aqila kepada Rangga.
“Boleh,” jawab Rangga sambil mendekatkan tubuhnya ke arah Aqila untuk berfoto.
Aqila segera bersiap untuk berfoto dan memilih gaya tersenyum. Begitupun dengan Ranga yang tersenyum sumringah memamerkan deretan giginya yang begitu rapi. Posisi mereka yang terlalu dekat dan tidak ada jarak membuat jantung Aqila bekerja lebih cepat dari biasanya.
Sehat-sehat ya jantung! Jangan bikin gue kelabakan. Batin Aqila.
Selain Aqila, Rangga pun merasakan hal yang sama. Tapi Rangga tetap bersikap normal dan bisa mengendalikan jantungnya. Ia masih ingat pesan dati atasannya untuk tidak jatuh hati pada kliennya sendiri. Maka dari itu, sebelum hal itu terjadi Rangga sudah mewanti-wanti pada dirinya sendiri.
Selesai berfoto, Rangga segera menjauh untuk mencari jarak dengan Aqila. Ini adalah pertemuan keduanya dengan Aqila, tapi ia merasa ada yang tidak beres dengan dirinya jika bersama Aqila.
“Ga, lo sering kesini juga?” tanya Aqila menoleh ke arah Rangga dan menatapnya.
“Ini ketiga kalinya gue kesini. Pertama sama nyokap, kedua sama mantan, dan ketiga sama lo,” jawab Ranga sambil menoleh ke arah Aqila. Mata mereka beradu, tatapan Rangga seolah mengunci Aqila. Dengan cepat Aqila memalingkan wajahnya karena detak jantungnya kembali tidak normal.
“Sama klien sebelumnya gak pernah?” tanya Aqila penasaran.
“Gue gak pernah ke alam kalo sama klien,” jawab Rangga yang membuat Aqila heran.
“Terus kenapa lo ngajakin gue ke alam?”
“Gue bosen ke tempat biasa, makanya gue ajak lo ke tempat ini. Lagian gue juga yakin banget kalo lo gak pernah ke tempat-tempat alam gini,” sahut Ranga meremehkan Aqila.
“Ih jangan salah, gue juga pernah ke alam kok,” sahut Aqila tidak terima.
“Oh ya? Kemana?” Rangga menoleh dan memberikan tatapan tidak percaya.
“Taman,” sahut Aqila lirih.
“Hahaha, oke oke. Gue sekarang percaya kalo seorang Aqila pernah wisata alam,” Rangga tertawa mendengar ucapan polos Aqila.
“Lo kenapa ngetawain gue sih? Taman kan termasuk alam,” Aqila menatap sinis ke arah Rangga.
“Iya iya terserah lo,” sahut Ranga singkat.
Setelah itu mereka berdua terdiam menikmati keindahan pohon cemara. Semilir angin membuat mereka hanyut ke dalam pikirannya masing-masing. Aqila dengan persoalan baru untuk menghadapi skripsi dan persoalan cinta yang tidak jelas. Sedangkan Rangga dengan persoalan dimasa lalunya bersama mantan dan kakak kandungnya.
Setiap orang mempunyai masalah masing-masing. Setiap orang juga mempunyai cara tersendiri untuk menyelesaikannya. Bisa saja hari ini mereka duduk bersama dengan masalah yang berbeda, namun bisa saja esoknya mereka duduk bersama dengan saling bertukar cerita dan memberikan solusi.
Kita tidak akan pernah tau seperti apa orang baru yang ada dihadapan kita. Dan kita juga tidak akan pernah tau akan terjadi apa dengan orang baru tersebut. Layaknya daun, hari ini ia jatuh tepat di dekat batangnya, tapi bisa saja esoknya ia berada jauh dari batangnya bahkan mungkin berada di tempat lain yang tidak terjangkau oleh batang tersebut.