Aqila berdiri di depan cermin besar yang ada di kamarnya. Sesekali ia mematut dirinya apakah ada yang kurang atau sudah sempurna. Aqila tampil cantik mengenakan Off-shoulders ruffle dress dengan perpaduan warna hitam dan gold yang membuatnya begitu elegan. Tak lupa juga ia memadukan dengan heels berwarna gold senada. Sedangkan rambutnya ia biarkan terurai. Tak lama terdengar ketukan pintu kamarnya dengan suara Mamanya yang memanggil dirinya.
“Qila, itu Rangga udah nunggu dibawah.”
“Iya ini Qila mau keluar,” Aqila segera memutar gagang pintu dan berjalan keluar.
“Cantiknya anak Mama, bener-bener serasi banget loh sama Rangga,” goda Mamanya yang membuat Aqila malu.
“Ish, apaan si Mama. Aqila kan ga ada apa-apa.” Jawabnya tak terima ketika sedang menuruni anak tangga.
Sesampainya di bawah, Aqila benar-benar dibuat kagum dengan penampilan Rangga. Sempurna! Batin Aqila. Rangga mengenakan stelan jas berwarna dark grey dengan dipadukan kaos berwarna putih polos dan sneakers berwarna putih senada dengan kaosnya. Sedikit formal namun sporty.
“Hai Qila,” sapa Rangga menyadarkan Aqila.
“Oh, hai,” sahut Aqila gugup.
“Ya udah Ma, kita pergi dulu ya. Oh ya Papa kok gak keliatan?” tanya Aqila kepada Mamanya.
“Yaudah sana, pulangnya jangan kemaleman. Papa lagi lembur,” jawab Mamanya.
“Kita pergi dulu ya Tante,” ucap Rangga sopan sambil menyalami Mama Aqila.
“Iya, jagain anak Tante ya Ga,” ucap Mamanya sambil tersenyum penuh arti.
“Qila bukan anak kecil Ma,” protes Aqila tidak terima.
Setelah itu Rangga dan Aqila berjalan keluar dan memasuki mobil. Seperti biasa Rangga membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Aqila untuk masuk.
Mereka terdiam beberapa saat karena masih mengaggumi satu sama lain. Terutama Rangga! Ia benar-benar seperti orang yang tersihir saat pertama kali melihat Aqila turun dari tangga. Cantik dan elegan. Seperti itulah pandangan Rangga terhadap Aqila.
“Oya nikahannya dimana?” tanya Rangga memecah keheningan.
“Di gedung Adisutjipto,” sahut Aqila singkat.
“Temen kuliah lo yang nikah?”
“Bukan, dia temen SMA gue,” jawab Aqila sambil memandang lurus ke jalanan yang tak begitu ramai.
“Temen SMA?” tanya Rangga tak mengerti.
“Iya temen SMA waktu di Kebumen dulu. Kebetulan dia kuliah di sini, tapi beda kampus.” Terang Aqila.
“Satu angkatan kan? Kok udah nikah duluan? Apa MBA?” tanya Rangga yang sukses membuat Aqila mendelik ke arahnya.
“Ish ini orang pikirannya jauh banget.”
“Kan gue nanya Qila,” sahut Rangga tidak terima seraya melirik Aqila sekilas.
“Ya gak MBA juga kali. Emang udah ketemu jodohnya aja makanya nikah.
“Lo gak pengen nikah sekarang?” tanya Rangga tiba-tiba.
Aqila refleks memukul lengan Rangga pelan karena pertanyaan Rangga yang membuatnya dongkol.
“Kalo nikah mah pengen, tapi gak sekarang juga kali.”
Rangga tersenyum sekilas. “Ya kirain,” sahutnya.
“Oh ya Ga, kalo lo nikah…berarti nikahnya sama klien?” tanya Aqila penasaran.
“Apa sih kepo banget. Mau nikah sama siapa aja juga bukan urusan lo,” sahut Rangga dengan malas.
“Kan gue cuma nanya, sewot amat!” sahut Aqila ketus.
“Siapa juga yang sewot Maemunah?” udah yuk turun,” ujar Rangga sambil bersiap untuk turun.
Aqila celinga-celinguk memastikan apakah memang benar sudah sampai. Setelah memastikannya, ia segera turun.
“Kok lo gak bukain pintu buat gue Ga?” tanya Aqila saat sudah turun dari mobil.
“Gak sekalian minta digendong sampai di dalem gedung?” tanya Rangga sambil menaikkan sebelah alisnya.
Sebelum Aqila protes, Rangga sudah mengulurkan tangan padanya.
“Apa?” tanya Aqila bingung.
“Gandengan dong, kan aku pacar kamu,” Rangga segera meraih tangan Aqila dan menggandengnya masuk kedalam.