Saat sudah sampai di dalam, Aqila segera menyerahkan kado yang dibawanya kepada Vena dan menyalaminya.
“Selamat menempuh hidup baru sebagai seorang isteri Vena. Semoga hari bahagiamu saat ini merupakan awal dari momen-momen bahagia dalam rumah tangga kamu selanjutnya,” ucap Aqila memberikan ucapan selamat kepada Vena, teman SMAnya dulu.
“Makasih Qila, kamu juga semoga cepet nyusul ya Qil. Pacarnya ganteng loh, jangan kelamaan,” jawab Vena seraya melirik Rangga sekilas.
Qila hanya mengangguk dan tersenyum. Nyusul ke warkop? Batin Qila jengah. Gak tau aja ni orang kalo gue dateng sama pacar sewaan. Batinnya lagi.
Setelah dirasa cukup, Aqila dan Rangga segera berbaur dengan tamu-tamu yang lain. lebih tepatnya, Aqila ingin makan!
Tapi sebelum keinginannya itu tercapai, Aqila kaget bukan kepalang melihat sosok Delon sedang berdiri bersama seorang wanita. Mereka berdua terlihat sangat serasi, benar-benar pasangan yang sempurna.
“Delon,” ucap Aqila lirih.
Rangga menoleh dan menanyakan apa yang diucapkan Aqila, “Lo tadi ngomong apa?”
Aqila hanya diam dan mengabaikan pertanyaan Rangga. Pandangannya tidak lepas dari sosok Delon. Merasa diabaikan, Rangga mengikuti arah pandang Aqila yang sontak membuatnya kaget.
“Delon,” ucap Rangga lirih.
Aqila menoleh ke arah Rangga karena menyadari bahwa Ranga menyebut nama Delon, mantan pacarnya. Sebelum Aqila bertanya lebih lanjut, Delon sudah menghampirinya dan menyapa.
“Hai Qil? Lo pacaran sama adik gue?” tanya Delon.
Aqila semakin bingung dengan suasana yang sedang dihadapinya. Adik? Adik siapa? Adik yang mana? Batin Aqila bingung.
“Ini Rangga adik gue, lo pacaran sama dia?” Delon mengulangi pertanyaannya karena ia menyadari kebingungan Aqila.
“Adik?” tanya Aqila lirih.
“Emang lo masih nganggep gue adik?” tanya Rangga ketus.
Sebelum Delon menjawab, Rangga sudah menarik tangan Aqila untuk keluar.
“Kita pulang.”
“Tapi gue belum…”
Sebelum Aqila berhasil menyelesaikan kalimat penolakannya, Rangga sudah menyeretnya keluar.
“Rangga lepasin!” Ucap Aqila setengah berteriak saat berada disamping mobil Rangga.
“Lo itu apa-apaan sih? Gue belum pamitan sama Vena dan lo seenak jidat narik tangan gue!” ucap Aqila dengan nada kesal karena sudah tidak bisa menahan emosinya.
“Masuk!” bukannya menjawab, Rangga justru membukakan pintu dan menyuruh Aqila untuk masuk ke dalam.
“Ga, lo itu pacar sewaan gue! Kan lo udah bilang kalo lo bakal professional berperan sebagai pacar sungguhan. Kenapa lo bertindak seenaknya?” Aqila sudah benar-benar kesal sekarang.
Didalam ia bertemu Delon dengan selingkuhannya, dan sekarang Rangga justru membuatnya emosi.
Rangga mendorong Aqila untuk masuk ke dalam dan segera menutup pintunya. Setelah itu ia berjalan memutar untuk masuk dan mengemudi dengan cepat menjauhi gedung tersebut.
Di dalam mobil, Aqila hanya diam dan mengabaikan Rangga. Sebenarnya ia ingin bertanya pada Rangga tentang ucapan Delon. Tapi ia urungkan karena dirinya sedang tidak mood.
“Delon itu siapanya lo?” tanya Rangga lirih saat mobilnya berhenti di lampu merah.
“Apa hak lo tanya gitu? Itu privasi gue dan lo gak ada hak buat menanyakan. Mending sekarang lo anterin gue pulang dan urusan kita selesai,” sahut Aqila ketus sambil meliriknya sekilas.
Rangga segera melajukan mobilnya saat lampu hijau menyala. Ia hanya diam dan fokus menyetir. Moodnya benar-benar hancur setelah bertemu dengan kakak kandungnya itu.
Keheningan yang mereka ciptakatakan akhirnya membawa mereka sampai di rumah Aqila.
Aqila membuka pintu mobil dan segera masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada Rangga. Ia benar-benar kacau karena kejadian tadi.
Rangga hanya menatapnya dari dalam mobil dengan perasaan tak karuan. Ia merasa bersalah karena sikapnya yang tidak professional. Ia ingin meminta maaf kepada Aqila tapi ia urungkan karena pasti akan diabaikan begitu saja.
Setelah terdiam beberapa menit, akhirnya ia memutuskan untuk pulang. Lebih tepatnya pulang ke kelab malam untuk mencari minuman segar. Ia membutuhkan minuman tersebut untuk melupakan masalahnya sejenak. Ya sejenak.
Sedangkan Aqila, ia langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengganti pakaiannya dengan baju tidur. Ia ingin sekali tertidur dan melupakan kejadian yang baru saja dialaminya. Ia juga ingin meredakan emosinya dengan tertidur. Tapi ia justru tidak bisa tertidur karena memikirkan ucapaan Delon yang mengatakan bahwa Rangga adalah adiknya.
“Sialan! Kenapa gue penasaran banget sih?” tanya Aqila lirih.
“Mana ceweknya cantik banget lagi, pantesan dia lebih milih cewek itu dibandingin gue.” Lagi-lagi Aqila mengomel sendiri.
Aqila mengubah posisi tidurnya menjadi miring berharap dapat memejamkan mata. Tapi tetap saja ia tidak bisa. Kenapa reaksi Ranga gitu ya waktu Delon bilang kata Adik? Batin Aqila.
“Ah sialannnnn! Kalo gini gue gak akan bisa tidur. Bisa-bisa mati penasaran nih!” ucap Aqila kesal dan bangun untuk mengambil ponsel. Ia berniat menghubungi Ranga dan menanyakannya.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.
Emang bener-bener kambing ini bocah! Kemana aja coba? Pake acara nonaktifin telepon lagi. Batin Aqila kesal.
Dunia yang terlalu sempit atau takdir yang membuat skenario tak terduga dari orang-orang yang berada di dekatnnya. Aqila sudah membuang jauh-jauh sosok Delon, tapi ia justru bertemu di tempat yang sama sekali tak terduga. Ia juga sudah rela mengeluarkan uang untuk menyewa pacar, tapi sialnya Delon menyatakan bahwa Rangga adalah adiknya. Benar-benar kebetulan yang merumitkan.
“Oh shit! Abis ini gue harus ngapain? Nemuin Rangga terus tanya? Mana mungkin! gue kan cuma klien dia,” ujar Aqila sambil mengetuk-ngetuk ponselnya sambil berpikir.
Satu jam Aqila berpikir sampai akhirnya ia tertidur pulas karena lelah berpikir. Lebih tepatnya lelah karena otaknya tidak bisa diajak untuk berpikir.