Rumah Bercat Putih episode 4

Chapter 4

“ enggak tau kenapa bang, semenjak kita menempati rumah ini, gue merasa seperti ada sesuatu yang selalu memperhatikan gerak gerik gue di rumah ini, selain itu gue juga merasakan adanya aura yang enggak enak dari setiap sudut ruangan yang ada di rumah ini…bahkan semalam itu sebenarnya gue merasakan adanya sesuatu yang memperhatikan gue, tapi berhubung gue udah merasakan rasa mengantuk yang teramat berat…yaaa..akhirnya gue bisa tertidur lelap…”

Lama kini gue terdiam mencoba untuk memahami maksud dari perkataan dina itu, dan sepertinya perkataan dina saat ini sangat bertolak belakang dengan keyakinan gue yang meyakini bahwa kejadian yang gue alami semalam sama sekali tidak terhubung dengan sesuatu yang berbau mistis

“ mungkin itu hanya perasaan lu aja na, dan mengenai kejadian yang telah gue alami semalam, sejujurnya gue meyakini bahwa semuanya itu sama sekali enggak terhubung dengan sesuatu yang bersifat mistis…” ucap gue dengan harapan bahwa perkataan gue ini akan menghilangkan imajinasi negatif yang ada di dalam pikiran dini

“ kapan lu mulai sekolah…?” tanya gue berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan ini ke arah topik pembicaraan yang lain

“ mungkin awal bulan depan bang…semuanya masih dalam proses pengurusan oleh bapak, dan mengenai kuliah lu bang, apakah lu yakin mau beristirahat kuliah dulu…?” tanya dina yang berbalas dengan anggukan kepala gue, hingga akhirnya setelah beberapa saat kami kembali terlibat dalam beberapa topik pembicaraan yang lain, gue mendengar suara kehadiran bapak di rumah ini bersama dengan seseorang

“ ini waktunya…” ucap gue seraya menarik pergelangan tangan dina untuk keluar dari dalam kamar, dan kini begitu bapak mendapati keberadaan gue dan dina yang telah keluar dari dalam kamar, bapak terlihat mengarahkan pandangan matanya ke arah gue dan dina, tapi hal tersebut dilakukannya tanpa menghentikan pergerakan dari langkah kakinya yang tengah berjalan menuju ke arah kamar yang berada di dekat ruang makan, dan kini diantara keberadaan bapak dan seorang tukang kunci yang telah berdiri di depan pintu kamar, gue dan dina segera berjalan menghampiri mereka, guna mencari tau atas apa yang akan dilakukan oleh dan bapak dan juga tukang kunci terhadap pintu kamar

“ muka lu kenapa tegang begitu sih bang….” tegur dina begitu melihat gue yang hanya terpaku dalam menyaksikan pergerakan dari tukang kunci yang mulai melaksanakan tugasnya, sejujurnya saat ini, diantara pergerakan tangan tukang kunci yang mulai menempatkan peralatan kerjanya pada rumah kunci, gue merasakan rasa tegang yang tengah gue rasakan ini, perlahan mulai menuju ke titik puncaknya, hal ini disebabkan rasa kekhawatiran gue atas sesuatu yaitu andaikan saat ini gue tidak bisa membuktikan kepada bapak atas apa yang telah gue alami semalam, tentunya bapak akan mulai menganggap gue sebagai seorang pengkhayal

“ maaf pak…sepertinya rumah kunci ini terpaksa harus saya bongkar…” ucap tukang kunci yang berbalas dengan persetujuan bapak untuk membongkar rumah kunci, mendapati persetujuan bapak tersebut, kini dengan cekatannya jari jemari tangan tukang kunci mulai bekerja melepaskan rumah kunci dari daun pintu, hingga akhirnya seiring dengan rumah kunci yang telah terlepas, tukang kunci mulai mencari tau penyebab dari pintu kamar ini tidak bisa dibuka

“ sepertinya ini sumber masalahnya pak…” terang tukang kunci tersebut sambil menyerahkan sebuah patahan anak kunci yang nampak sudah berkarat akibat termakan waktu, tatapan mata bapak terlihat begitu teliti dalam memperhatikan anak kunci yang kini berada di dalam genggaman tangannya

“ pantas saja pak bekti enggak menyerahkan kunci pintu kamar ini….rupanya…” selepas dari perkataanya yang kini terhenti, bapak mengarahkan pandangannya ke arah gue, dan sepertinya pandangannya itu mewakili keinginannya yang ingin mengatakan bahwa apa yang telah gue ceritakan tadi pagi adalah sebuah khayalan gue semata

“ sekarang semuanya sudah terjawab kan din…” ucap bapak sambil memperhatikan pekerjaan tukang kunci, hingga akhirnya seiring dengan keberhasilan tukang kunci dalam membuka pintu kamar, keberadaan dari pintu kamar yang telah terbuka kini mengantarkan sebuah aroma khas dari sebuah kamar yang sudah lama tidak berpenghuni, dan kini tanpa berbasa basi lagi, gue segera berjalan memasuki kamar, mengikuti langkah kaki bapak yang telah terlebih dahulu memasuki kamar

Gelap…pengap..dingin dan lembab….sepertinya itulah gambaran yang bisa gue berikan ketika untuk pertama kalinya gue memasuki ruangan kamar, keberadaan dari ruangan kamar yang terlihat seperti layaknya sebuah ruangan yang telah ditinggalkan lama oleh penghuninya, kini seperti menjungkir balikan keyakinan gue yang telah meyakini bahwa gue telah memasuki ruangan kamar ini dan mendapati suasana kamar yang bersih dan rapih

“ bagaimana din…apa kamu masih yakin dengan khayalan kamu itu…” sindir bapak diantara keinginan gue untuk memeriksa ruangan kamar, dan sepertinya keinginan gue ini kini terhambat dengan minimnya penerangan di dalam ruangan kamar ini, keberadaan dari sinar matahari yang masuk melalui celah lubang angin ruangan kamar, kini menjadi penerangan utama di ruangan kamar ini

“ buka jendela kamar itu bang…” pinta dina yang mungkin sudah merasa tidak tahan dengan aroma kurang enak di dalam kamar, mendapati permintaan dina tersebut, dengan segera gue langsung membuka jendela kamar, dan disaat itulah, aroma kurang enak di dalam kamar kini mulai tergantikan dengan udara segar yang secara perlahan mulai memasuki kamar

“ nah kalau begini kan lebih enak bang….” ucap dina diantara sinar terang cahaya matahari yang menerangi ruangan kamar, terlihat bapak kini mulai menyingkap satu persatu kain putih kumal dan berdebu dari barang barang yang ada di dalam ruangan kamar ini

“ benar benar unik…” gumam gue begitu melihat keberadaan barang barang tua di dalam ruangan kamar ini, nampak kini terlihat dihadapan gue keberadaan sebuah cermin besar dengan bingkai kayu jati masih menampakan pesonanya dan juga sebuah jam dinding tua dengan bandul jamnya yang besar terlihat masih menampakan keunikannya

“ sepertinya ini bisa bapak pergunakan untuk bersantai…” ucap bapak begitu menyingkap kain putih yang menutupi sebuah kursi santai yang terbuat dari rotan, dan sepertinya kursi tersebut adalah kursi yang biasa dipergunakan oleh orang tua jompo dalam menghabiskan masa tuanya di depan televisi

“ apa itu pak….” tanya gue dengan antusias begitu melihat bapak yang telah menyingkap sebuah kain yang menutupi keberadaan dari sebuah benda yang berbentuk kotak dengan sebuah tabung monitor kuno diatasnya, mendapati hal tersebut, gue segera menghampiri benda tersebut lalu menepiskan debu yang melapisi permukaannya

“ benda apaan sih bang…” tanya dina dengan rasa penasarannya

“ sepertinya itu komputer model lama…..” jawab bapak mewakili jawaban yang belum terucap dari mulut gue, sejujurnya…mungkin ini adalah pertama kalinya gue melihat sebuah bentuk komputer dari generasi komputer model lama

“ enggak usah aneh…komputer model lama memang bentuknya seperti itu..”

Selepas dari perkataan bapak tersebut, gue segera memeriksa keadaan komputer model lama yang kami temui ini, dan disaat itulah gue menemukan adanya retakan pada bagian atas monitor, selain itu terdapat juga retakan yang cukup parah pada layar monitor

“ mungkin monitor ini sudah pernah terjatuh…” ucap gue mencoba menarik kesimpulan

“ loh apa itu bang…?” tanya dina serya menunjuk ke arah sebuah kotak kecil yang berada tidak jauh dari posisi monitor, dengan segera gue mengambil kotak tersebut guna mencari tahu atas apa yang ada didalam kotak tersebut, hingga akhirnya seiring dengan kotak yang telah gue buka, gue mendapati beberapa benda kotak kecil berbentuk pipih dan berwarna hitam tersimpan di dalam kotak tersebut

“ sepertinya ini adalah media penyimpanan data…” terang gue kepada dina, pikiran gue kini mencoba untuk mengingat ingat kembali sebuah artikel yang dulu pernah gue baca, dan artikel tersebut membahas tentang media penyimpanan data dari masa ke masa

“ keren…unik banget bang….media penyimpanan data apa yah bang ..?, apakah komputer ini masih berfungsi…?” beberapa pertanyaan yang terucap dari mulut dina, kini mewakili rasa keingintahuan dina yang besar

“ mana gue tau…tapi sepertinya monitor ini sudah rusak…” jawab gue sekenanya, entah mengapa, gue juga merasakan rasa keingintahuan gue yang besar atas penemuan dari komputer model lama ini

“ pak….apa boleh, udin mengambil semuanya ini…?” tanya gue yang berbalas dengan anggukan kepala bapak, dan kini dengan dibantu oleh tukang kunci yang telah menyelesaikan pekerjaannya, gue segera memindahkan komputer model lama tersebut ke kamar gue, begitu juga dengan barang barang lainnya, kini bapak memindahkan jam dan kursi santai ke ruang keluarga, sedangkan untuk cermin besar, bapak meninggalkannya di ruangan kamar, karena bapak belum mempunyai tempat yang pas untuk menggantungkan cermin tersebut

“ mah….nanti sore, televisi dan perangkat elektronik lainnya akan diantarkan oleh kurir toko…” ucap bapak begitu memasuki rumah selepas mengantarkan tukang kunci keluar dari dalam rumah, dan bagi gue dan dina yang kini tengah asik bermain main dengan komputer model lama di dalam kamar, kini kabar yang terucap dari mulut bapak bagaikan sebuah embun penyejuk di padang yang gersang

“ pak…bagaimana dengan laptop dina…? jangan jangan bapak lupa beliin nih…” teriak dina lalu beranjak pergi meninggalkan kamar, mendapati hal tersebut, kini seakan tidak mau kalah dengan langkah yang telah dibuat oleh dina, gue juga menanyakan kepada bapak perihal laptop yang telah bapak janjikan

“ yah..pasti lupa nih…” ucap dina merajuk begitu melihat bapak yang hanya terdiam, keberadaan mamah yang tengah memanjakan anin di dalam pangkuannya, kini melemparkan senyumannya ke arah dina

“ bapak enggak lupa kok…ya sudah bapak mau ke kantor dulu..ada sedikit keperluan, mungkin dalam dua atau tiga hari lagi…bapak sudah bisa memulai rutinitas kerja seperti biasa..” mendengar perkataan bapak yang mengatakan bahwa bapak akan kembali ke kantor, untuk sejenak gue kini berpikir tentang media penyimpanan tua yang telah kami temukan di dalam kamar

“ pak…boleh udin meminta tolong sesuatu..?”

“ apa din..?” tanya bapak yang berbalas dengan penjelasan gue yang menginginkan agar bapak dapat memindahkan data data yang berada di dalam media penyimpanan tua ke dalam media yang bisa gue akses di laptop gue yang baru, dan kini begitu mendapati penjelasan gue tersebut, bapak dan mamah hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya, sepertinya mereka sudah sangat mengerti dengan sifat gue yang penuh dengan rasa keingintahuan yang tinggi

“ kamu tuh ya…kalau sudah penasaran pasti deh seperti itu…” gumam mamah seraya berdiri lalu mengajak dina untuk melaksanakan sholat zuhur, mendapati hal tersebut, gue segera mengambil kotak penyimpanan media data lalu menyerahkannya kepada bapak, dan selepas menerima kotak tersebut, bapak bergegas pergi menuju kantor

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul empat sore, penantian gue akan kehadiran bapak yang tak kunjung menampakan batang hidungnya, kini telah membuat gue memutuskan untuk mencari penyegaran di luar rumah, dan sepertinya ini adalah hal yang tepat, karena setelah beberapa hari gue menempati rumah ini, gue sama sekali belum pernah bersosialisasi dengan warga yang berada di sekitar rumah ini

“ mau kemana din…” tegur mamah begitu melihat gue membuka pintu rumah

“ mau mencari udara segar mah..” jawab gue lalu bergegas pergi meninggalkan rumah, dan seiring dengan langkah kaki gue yang telah berjalan menapaki jalan setapak kampung, sepertinya gue masih merasa teramat asing dengan suasana kampung ini, beberapa warga kampung yang kebetulan berpapasan dengan gue, terkadang menatap gue dengan perasaan aneh, mungkin mereka merasa asing dengan sosok gue yang masih teramat baru dikampung ini, hingga akhirnya diantara keterasingan gue ini, gue memutuskan untuk singgah di sebuah warung yang menjajakan makanan kecil

“ cari apa kang…?” tanya ibu penjaga warung begitu melihat kebingungan gue di depan warung, mendapati pertanyaan ibu penjaga warung, gue langsung mengutarakan tentang keinginan gue yang ingin membeli sebungkus rokok guna menggantikan rokok gue yang telah habis

“ kopinya satu deh bu…” pinta gue begitu melihat berbagai macam aneka gorengan yang tersaji di meja warung, dan tanpa menunggu lama, kini segelas kopi panas telah terhidang di hadapan gue

“ sepertinya ibu baru melihat akang di kampung ini…” ucap ibu penjaga warung berusaha membuka pembicaraan dengan gue, dan seiring dengan ucapannya tersebut, nampak kini terlihat keberadaan seorang pria yang usianya mungkin seusia dengan gue, ikut memperhatikan pembicaraan ini

“ panggil saya udin bu….kebetulan saya baru beberapa hari tinggal di kampung ini…” jawab gue seraya menyeruput kopi yang masih menampakan asap panasnya

“ ohh…pasti nak udin ini dari Jakarta yah…?” tanya ibu penjaga warung itu kembali, mendengar pertanyaan ibu penjaga warung tersebut, gue segera menjelaskan awal dan alasan kepindahan gue hingga akhirnya gue menetap dikampung ini

“ jadi…nak udin ini orang baru yang tinggal di rumah itu…?”

Kali ini gue mendengar kalimat pertanyaan yang terlontar dari mulut ibu penjaga warung seperti layaknya sebuah kalimat penekanan, mendapati hal tersebut, gue hanya meresponnya dengan menganggukan kepala

“ rumah yang bercat putih itu…yang besar dan ada kolam renangnya…?”

“ iya bu…memangnya ada apa..?”

Entah mengapa saat ini gue merasakan adanya keanehan dari pertanyaan ibu penjaga warung, dan sepertinya pertanyaan yang terucap dari mulut ibu penjaga warung, kini mengantarkan keberadaan pemuda yang mengikuti pembicaraan antara gue dan ibu penjaga warung, mulai mendekati keberadaan gue

“ agus…” sapa pemuda tersebut sambil menjulurkan tangannya ke arah gue

“ udin..” jawab gue seraya menyambut uluran tangan pemuda tersebut, untuk sejenak gue menatap ke arah wajah pemuda tersebut lalu kembali berpaling ke arah ibu penjaga warung

“ wah…ibu belum menjawab pertanyaan saya nih…memangnya ada apa bu..?” tanya gue dengan rasa keingintahuan yang tinggi akan maksud dari pertanyaan ibu penjaga warung


Rumah Bercat Putih

Rumah Bercat Putih

Status: Hiatus Tipe: Author: Dirilis: 2017 Native Language: Indonesia
Mempunyai rumah yang indah dan nyaman adalah idaman bagi semua orang, tapi bagaimana jadinya jika rumah yang kita tempati itu, rupanya tidak seindah dan senyaman seperti apa yang kita bayangkan
Berangkat dari sebuah kisah yang menceritakan tentang sebuah keluarga yang pindah dan menetap di sebuah desa di jawa barat, yaa..sebut saja keluarga tersebut dengan nama keluarga dirja, sebuah keluarga yang telah dikarunia dengan tiga orang anak, pekerjaan pak dirja yang bertugas sebagai pengawas perkebunan telah mengantarkannya singgah ke berbagai daerah dalam rangka mengawasi perkebunan dan salah satunya adalah desa yang berada di jawa barat ini
“ jadi rumah sebesar ini bapak beli dengan harga yang murah…?”

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset