Pada tahun berikutnya, 2010..
Selama beberapa bulan pasca gempa belakangan ini, pusat kota seakan sudah menjadi kota hantu, karena disepanjang jalan pusat kota ini hanya terdapat puing-puing bangunan yang telah hancur rata dengan tanah. Tidak hanya itu, bau-bau mayat masih saja tercium menyengat, padahal katanya semua mayat-mayat itu telah dievakuasi dan dikuburkan secara massal. Kabar miring pun kian meluas di media sosial, ada yang mengatakan bahwa masih ada orang yang hidup di puing-puing bangunan tersebut, karena pernah terdengar diberita bahwa ada seorang pemulung ketika malam hari, ia berjalan di sekitar puing-puing bangunan itu untuk mencari barang-barang sisa reruntuhan tersebut. Ia mendengar suara seorang anak kecil yang sedang menangis sembari meminta tolong. Padahal sudah diyakini bahwa semua jenazah pada saat itu telah dievakuasi oleh tim medis. Maka dari itu, pemerintah setempat memutuskan untuk mengadakan shalat ghaib massal untuk menenangkan jiwa-jiwa yang tidak tenang tersebut.
Beberapa bulan berikutnya, suasana di pusat kota pun sudah mulai membaik, toko-toko sudah mulai banyak yang dibuka, bangunan-bangunan yang hancur pun sudah mulai direnovasi, dan sekolah-sekolah serta perkantoran yang sempat diliburkan kini telah ber-operasi seperti sediakalanya. Memang, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa bencana gempa pada tahun 2009 lalu itu sangat banyak menyisakan luka mendalam bagi masyarakat di kotaku ini. Terutama bagi keluargaku juga, karena salah satu sepupuku meninggal dunia akibat gempa tersebut. Ia terkurung dibangunan tempat ia belajar tambahan. Padahal kata orang-orang yang selamat ditempat itu, sepupuku itu sempat keluar dari bangunan itu, namun ketika diisukan tsunami oleh sebagian masyarakat setempat, ia terpaksa masuk kembali ke bangunan tersebut dan berakibat bangunan itu roboh dan menindih seluruh anak-anak yang ada didalam bangunan itu. Sungguh menyedihkan, aturannya selamat namun karena mendengar isu yang tidak benar itu, malah berujung kepada malapetaka. Semoga ia tenang di alam sana, Aamiin.
Sekarang aku sudah berada di kelas enam dan ini adalah hari pertama aku masuk sekolah pasca gempa tahun 2009 lalu. “Eh, ada khalil!” sahut salah satu anak kelas sambil menunjuk-nunjuk ke arah pintu masuk kelas. Aku yang ketika itu sedang tidur-tiduran tiba-tiba menegakkan kepalaku dan melihat ke arah yang ditunjukkan anak itu. “Eh, khalil!” sapaku ketika itu. Wah, rasanya sungguh bahagia melihat teman lama yang tak bersua kini berada didepan mata. “Apa kabarmu lil? sehat?” ucapku sambil menepuk pundaknya kala itu. “Alhamdulillah val, baik ini.. Sudah lama juga dirumah, bosan!” jawabnya sambil tertawa cekikikan. “Ah, iya kamu kelamaan dirumah..” Nampaknya keadaan tubuhnya saat ini sudah lumayan sehat dari yang sebelumnya. Sekilas aku pun teringat akan gambar yang dibuat oleh khalil, “Oh iya lil.. gini, gambarmu kemarin itu buat aku kan?” tanpa basa-basi aku pun langsung menanyakan hal itu kepadanya. “Gambar yang mana?” jawab khalil dengan ekspresi sedikit kaget. “Itu lho.. yang kamu letakkan dibawah meja sebelum kamu sakit itu..”
Terlihat khalil sedang berpikir kala itu, “Hmm.. oh! gambar teka-teki itu?” aku pun langsung menganggukan kepalaku. “Yaa, itu cuma teka-teki.. sebenarnya buat anak-anak kelas ini.. kan lagi musimnya pada waktu itu..” aku pun kembali bertanya seolah tak percaya apa yang khalil katakan ketika itu, “Hah? cuma teka-teki? bukannya itu untukku lil?” khalil pun menggelengkan kepalanya dan menjelaskan bahwa gambar yang ia buat ketika itu memang untuk anak-anak kelas ini, namun tidak sempat ia mainkan teka-teki itu karena besoknya ia keburu sakit. Memang sih, pada waktu itu disekolahku lagi musim-musimnya anak-anak kelas membuat teka-teki bergambar seperti itu, tapi aku tidak menyangka saja, jadi tidak ada hubungannya dengan rumah dinas itu. Perasaanku ketika itu sedikit kecewa, tapi juga sedikit lega karena gambar itu tidak ada kaitannya dengan apa yang aku alami selama ini. “Oh iya val, ternyata penampakan yang kami lihat dirumah fajar dulu itu bukan hantu lho!” tiba-tiba khalil mengalihkan pembicaraannya dan mencoba untuk membicarakan hal yang dulu yang pernah kami bahas sebelumnya. “Eh? terus apa?” tanyaku penasaran, “Cuma orang gila.. kemarin dia udah diangkut sama mobil dinas rumah sakit kejiwaan..” pungkasnya sembari tertawa cekikikan.
“EH?!”
Tamat.