Rumah Dinas episode 4

BAGIAN 4 - MALAM PERTAMA

Keesokan harinya bang ewo pun pamit untuk pulang ke rumahnya yang berada pinggiran kota, tidak jauh dari rumah lama kami. Dan aku pun kembali kepada aktifitasku biasanya yaitu sekolah, pulang, namun pada kali ini aku sangat mengurangi jatahku untuk bermain di halaman belakang sejak kejadian waktu itu. Rasanya rumah ini sungguh terasa asing bagiku sekarang, atau karena aku saja yang terlalu panaroid ya? memang, aku bisa dikatakan sebagai anak yang paling penakut di keluarga ini. Nonton film horror saja, bisa tidak tidur semalaman. Jadi, aku lebih menyibukkan diriku untuk bermain game playstation pada waktu itu. Ketika aku bermain game playstation ini, memang pikiranku akan hal-hal yang membuatku takut sedikit terlupakan. Namun itu hanya bersifat sementara, karena ketika malam telah tiba semua pikiran-pikiran liarku mengenai ruangan yang terkunci itu kembali meluap. Gelisah tak tentu arah, mencoba untuk tidur pun aku tidak bisa karena pikiranku yang selalu mengingat akan hal-hal yang menakutkan mengenai ruangan yang terkunci itu. Aku mencoba untuk menenangkan pikiranku pada saat itu, dari menghitung domba dari satu sampai seratus hingga memikirkan kejadian-kejadian lucu yang ada di sekolah hari ini. Namun semuanya nihil dan tidak ber-dampak sedikit pun kepadaku, padahal mulutku sudah penuh dengan nguapan yang menyuruhku untuk tidur terlelap. Hal hasil aku pun hanya bisa melihat jam yang terus berputar dengan pelannya sambil memikirkan hal-hal yang menakutkan itu.

Tidak terasa jarum jam pun sudah menunjukkan ke angka sebelas, orang tua dan adikku pun terlihat sudah tidur terlelap. Badanku tak nyaman, pikiranku pun sangat gelisah pada saat itu. Lantas aku ubah posisi tidurku yang semula terlentang menjadi tengkurap, berharap dengan aku mengubah posisi tidurku itu, akan lebih membuat badanku terasa lelah. Tapi, ternyata pilihanku itu salah besar. Bukannya lelah yang aku dapatkan melainkan pengalaman spiritual yang aku rasakan ketika itu. “tap..tap..tap..” Aku mendengar suara langkah-langkah kaki yang berlari-lari kecil di balik pintu kamarku itu.“Oh.. mungkin oomku baru pulang..” pikirku dalam hati. Awalnya aku mengabaikannya saja, namun setelah beberapa menit kemudian langkah-langkah kaki itu pun kembali ku dengar. Pada kali kedua ini, aku masih mencoba untuk ber-positif thinking, “mungkin oomku lapar..” hingga aku mendengar suara tersebut untuk yang ketiga kalinya. Dan lagi-lagi aku masih ber-positif thingking, “cepat juga oomku makannya ya..” Selang beberapa menit setelah itu, terdengar lagi untuk yang ke-empat kalinya. Dan kali ini aku benar-benar takut sekaligus penasaran. “Masa iya oomku malam-malam mondar-mandir? emang mau ngapain?” pikirku sembari mengecek keadaan di balik pintu kamarku itu lewat ventilasi yang berada di pintu itu. Ya, di pintu kamarku terdapat ventilasi kecil yang letaknya dibagian bawah dari pintu tersebut. Jadi, aku bisa mengecek keadaan dari balik pintu itu, lewat celah-celah kecilnya tersebut.

“tap..tap..tap…” Yang benar saja! yang aku lihat malam ini bukan main adanya, antara percaya dan tidak percaya. Seketika badanku waktu itu langsung gemetar, mulutku tiba-tiba membisu, bulu kudukku perlahan-lahan berdiri, namun mataku tak bisa memicing sedikit pun. Pandanganku seketika ter-fokus pada bayangan-bayangan kaki yang berukuran mungil yang berlari-lari ke arah dapur, lalu balik lagi ke arah ruang tamu. Sontak, aku pun langsung menutup kepalaku dengan bantal dalam-dalam dan tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apa pun dari mulutku. Tidak lagi aku bisa berpikir panjang saat itu, yang bisa kulakukan hanya lah memejamkan mata hingga pada akhirnya aku pun terlelap. Dan aku berharap, keesokan harinya aku bisa menceritakan kejadian semalam pada orangtuaku. Namun anehnya pada keesokan harinya itu, sekilas aku terlupa dengan kejadian semalam hingga aku pun tidak ingat untuk menceritakannya kepada orangtuaku. Tapi, kejadian itu kembali teringat ketika malam hari tiba disaat aku ingin tidur. Entahlah aku pun tidak mengerti, apa yang membuatku lupa untuk menceritakannya kepada orangtuaku, atau jangan-jangan mereka sedang mem-permainkan pikiranku? lantas untuk apa? apakah mereka takut untuk dianggap ada oleh manusia? atau apakah mereka ingin dianggap tidak ada oleh manusia? sungguh pikiranku pada saat itu benar-benar tidak karuan lagi.

Dua hari telah berlalu sejak malam pertama mereka menampakkannya kepadaku, di malam kedua kemarin mereka juga masih tetap menampakkan kehadirannya kepadaku, pada jam yang sama, tempat yang sama dengan langkah-langkah kaki yang sama. Entah apa maksud mereka melakukan hal itu, apakah mereka hanya ingin menakut-nakutiku? atau apakah mereka ingin mengajakku bermain? tapi seharusnya mereka paham bahwa aku terlalu takut untuk bermain bersama mereka. Di hari ketiga ini, aku benar-benar bertekat untuk menceritakannya kepada orangtuaku, apa yang aku lihat pada dua malam kemarin. Tapi nyatanya tekatku hilang bersama dengan ingatanku, sesaat aku melupakan lagi apa yang harus aku sampaikan kepada orangtuaku itu. Namun aku menyadarinya sekarang, sepertinya aku tidak lupa dengan apa yang ingin aku sampaikan kepada orangtuaku saat itu, hanya saja aku merasa berat untuk menceritakan hal-hal tersebut kepada mereka. Mungkin, kalian pun pernah mengalami atau berada diposisi yang sama. Aku pun sulit menjelaskannya mengapa, tapi aku yakin kalian yang pernah berada pada posisiku ini pasti mengerti apa yang kumaksud.

Malam pun telah tiba, aku sudah bersiap-siap dengan mentalku untuk menghadapi suara-suara aneh yang mereka buat. Detik demi detik, menit demi menit, setia aku melihat jarum jam yang berputar dengan lambatnya. Dan tidak terasa jarum jam pun telah menunjukkan pada angka sebelas, senantiasa aku tunggu kode-kodean dari mereka. Tapi anehnya, sudah lewat lima menit, suara-suara mereka pun masih belum terdengar, aku tunggu lagi dengan mental yang sudah aku persiapkan sebelumnya sembari mengubah posisi tidurku menjadi tengkurap dan sesekali melihat ke arah ventilasi pintu tersebut. Tapi, lima belas menit setelahnya, tiga puluh menit setelahnya, hasilnya nihil. Mereka pada malam ini tidak menampakkan dirinya seperti malam-malam sebelumnya. Ada apa? apakah mereka sudah pergi dari rumah ini? atau apakah mereka sudah puas untuk menakut-nakutiku? setidaknya aku pun menunggu mereka hingga aku terlelap dengan tidur tengkurapku. “Malam ini, sepertinya tidurku sangat nyenyak sekali..”

Keesokan harinya (hari ke-empat setelah penampakkan pertama), aku pun melanjutkan aktifitasku seperti biasanya sebagai anak pelajar yang dari pagi sampai sore aktifitasku untuk pergi menimba ilmu ke sekolah dan dari sore hingga malam aku pergunakan untuk bermain game atau membuat peer sekolahku jika ada. Pikiranku mengenai kejadian-kejadian sebelumnya mulai memudar, dan pada saat itu jam menunjukkan angka sepuluh. Aku pun berbaring di tempat tidurku, sekilas aku melihat ke arah tempat tidur adikku yang tidak jauh dari tempat tidurku, “Oh, masih belum tidur ya..” gumamku sembari aku melihat adikku sedang berbincang-bincang dengan orangtuaku. Aku pun sudah tidak lagi menghiraukan kejadian-kejadian kemarin itu, hingga aku pun lengah karenanya. Ketika orangtuaku sudah terlelap tidur, dan ketika adikku masih bersiap-siap untuk tidur.. “tap…tap..tap…” seketika itu pun aku keringat dingin karena mendengarkan suara-suara aneh yang tidak ingin kudengar lagi, “aku pikir mereka telah benar-benar pergi..” lalu aku pun melihat angka jarum jam yang telah menunjukkan angka sebelas. Diam membisu dengan bulu kudukku yang berdiri, aku pun langsung mengambil posisi tidur tengkurap sembari melihat ke arah ventilasi pintu itu. Lantas, adikku ketika itu melihatku dan berkata, “bang.. ngapain?” aku pun langsung menyuruh adikku untuk diam dengan kodean tanganku padanya. Karena penasaran, adikku menghampiriku dan melihatku sedang memperhatikan ke arah ventilasi pintu kamar itu.

“Ngapain bang liat-liat kesana?” tanya adikku. Aku pun langsung menarik tangannya dan menyuruhnya untuk melihat ke arah ventilasi pintu tersebut, dan kami pun pada saat itu sama-sama memperhatikan bayangan-bayangan anak kecil yang sedang berlari-lari itu. Aku pikir ini hanyalah imajinasiku saja. Tapi ternyata bukan! adikku juga melihat dan mendengar sama dengan apa yang aku lihat dan aku dengar. Dan pada saat itu, diam dan melihat yang hanya bisa kami lakukan. Tidak lama setelah penampakan bayangan-bayangan itu berhenti, kami pun dibuat terkejut dan langsung memendam kepala kami dengan bantal dalam-dalam, hingga kami tidak mendengar apa yang kami dengar pada malam itu. “Ini, benar-benar sudah jauh lebih menyeramkan..” Bayangkan saja setelah suara langkah-langkah dan bayangan kaki itu berhenti, kami langsung dikejutkan kembali dengan suara orang yang sedang memasak di dapur. Gesekkan antara wajan dan spatula jelas terdengar dari kedua telinga kami. Malam ini benar malam-malam terburuk yang pernah kami alami, namun untungnya kami terselamatkan oleh kantuk yang membuat kami terlelap disaat kami memendamkan kepala dengan dalamnya. “Fix, besok aku akan menceritakan kepada orangtuaku mengenai apa yang aku dan adikku alami malam ini.”


Rumah Dinas

Rumah Dinas

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2020 Native Language: Indonesia
Waktu ku kecil dulu aku tinggal di rumah dinas oomku , rumah nya sangat besar , mungkin ga bisa disebut "rumah biasa" karena di dalamnya terdapat makhluk lain yang bersemayam didalam rumah itu.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset