“Lah…aku kira mau langsung pulang Sin?”
“Pengin lihat kostmu…hehe!”
‘Yaudah..ini kamarku, masuk aja..!” sahutku sambil membuka pintu.
Sinta mengikutiku masuk ke dalam kamar lalu duduk di lantai.
“Lumayan rapl untuk ukuran kamar cowo!” komentar Sinta.
“Ah…berantakan gini dibilang rapi. Aku tinggal ke kamar mandi dulu ya? Mau cuci muka dulu. Kalo mau minum, ambil di dispenser, atau kalau mau buat kopi atau teh..ada juga tuh!”
“Oke…!”
Aku ke kamar mandi meninggalkan Sinta di kamar buat cuci muka. Biar segeran dikit.
Saat aku kembali ke kamar, Sinta sudah membuat segelas kopi dan segelas teh.
“Nih, kamu kopi ya?” katanya.
“Wah..makasih… Jadi ngerepotin!”
“Ah..biasa aja. Aku biasa buatin kopi buat bapak di rumah!”
Aku menyeruput kopi buatan Sinta..wih..enak banget cuy..
Apa karena yang buatin cewe cantik, jadi terasa enak.banget ya?
“Gimana? Kurang manis ga?”
“Wuah…enak banget ini Sin.. Pinter kamu buat kopi!”
“Ah..biasa aja kok!” katanya sambil menunduk. Sekilas kulihat pipinya memerah…ih..gemess..
“Eh..Ji, aku penasaran nih. Tadi si Dino setelah berdua sama kamu kok terus bisa jalan gitu? Trus aku lihat kakinya dah kempis? Emang kamu apain?”
“Ah..ga aku apa-apain kok. Mungkin kebetulan aja sudah saatnya sembuh waktu itu!”
“Ah..masak bisa secepat itu sih?”
“Ya..kalo Allah sudah berkehendak, apapun bisa terjadi Sin!”
“Iya juga ya.. Semoga aja lekas sembuh si Dino. Ga tega lihatnya!”
“Amin…. Sin, maaf nih, bukannya mau ngusir nih, tapi dah mau maghrib nih. Kamu ga pulang?”
“Entar deh habis maghrib sekalian!”
“Ga sholat kamu?”
“Pengin jamaah sama kamu. Boleh ga?”
“Waduh…gimana ya? Aku ga ada mukena nih!”
“Jangan khawatir, aku selalu bawa mukena di tasku. Buat jaga-jaga kalau kuliah sampai malam!”
“Oh..ya udah.. Ambil wudhu dulu gih.. Dah adzan tuh!”
“Siap komandan!”
Selesai Sinta ambil wudhu, gantian aku yang ambil wudhu.
Lalu kami sholat maghrib berjamaah. Grogi juga jadi imam orang yang bukan keluargaku.
Usai sholat dan dzikir, kami lanjutkan ngobrol. Saat adzan ‘Isya, Sinta pamit pulang. Aku mengantarnya sampai ke gerbang kost.
Saat aku balik ke kamar, di jalan apu bertemu mas Didit.
“Cie..cie..tiap lihat kamu bawa cewe ke kost, ganti-ganti mulu. Laku banget nih..!”
“Apa sih mas… Mereka cuma teman kok!”
“Awalnya teman…lama-lama jadi suka…hahaha!”
“Masa suka sama semuanya mas…?”
“Jangan lah…pilih salah satu aja yang paling cocok sama kamu!”
“Ga tahu lah mas…. Enak berteman dulu aja!”
“Ya asal kamu ga ngasih harapan sama mereka.”
“Iya mas… Ke kamar dulu ya? Aku mau sholat dulu!”
“Oke sip… !”
Aku berlalu menuju kamar dan sholat.
Selesai sholat, aku membuka modul, mempersiapkan kuliah besok.
Pukul 21.00 aku dah ngantuk aja. Energi yang kukeluarkan untuk menolong Dino tadi membikin aku agak lelah juga.
Aku merebahkan diri di kasur dan bersiap tidur
Tak lupa membaca doa sebelum tidur, dan ayat kursi. Dah jadi kebiasaan setiap mau tidur.
Saat aku sudah siap untuk tidur…
“Aktifkan dulu perisai ghaibnya Den!” suara Saloka terdengar.
“Memengnya perlu ya?”
“Perlu nak… Kejadian di tempat temanmu tadi pasti akan ada akibatnya untukmu. Pengirim santet itu pasti mengalihkan serangannya padamu, karena kamu dianggap pengganggu!” kata Nyi Among yang tiba-tiba muncul.
“Wah…terus aku mesti gimana Nyi?”
“Selalu pasang perisai ghaib untuk melindungimu.. Kita tidak tahu kapan dia akan menyerang. Jadi kita harus senantiasa siaga!”
“Baik Nyi. Tapi apakah perisai ghaib akan tetap bekerja saat aku tidur?”
“Ilmu itu sudah ada dalam dirimu. Baik engkau tidur atau tidak, tetap akan melindungimu dari serangan ghaib. Cuma akan lebih kuat dayanya, jika sengaja kamu aktifkan!”
“Baik nyi.” Aku segera memusatkan konsentrasi, membangun perisai ghaib di sekeliling tubuhku.
Setelah itu, aku tertidur.
Aku tersentak bangun oleh suara meledak yang Cumiakkan telinga.
Aku segera duduk di kasurku dan mendengarkan dari mana arah suara itu.
DHUARRR….aku terlonjak kaget. Selarik cahaya merah menerpaku dan meledak sebelum menyentuh tubuhku.
Ada apa ini?”
“Saloka, ada apa ini?”
“Pengirim santet tampaknya mulai menyerang Den!”
“Menyerang aku?”
“Iya Den, tapi tenang saja, ilmunya belum cukup untuk menembus perisai Aden.”
“Yah…tapi kaget juga diserang kayak gini. Tuh..ada sinar merah lagi!”
Syuuttt…DHUAR… Duh…kena lagi deh. Bingung juga ngadepin yang kayak gini.
Hmm…aku ga boleh diam saja. Aku harus menghindari serangan ini.
Tapi gimana caranya? Serangannya cepet banget dan ga terduga arah datangnya.
Herannya, Saloka kok diem aja ga ngapa-ngapain. Cuman nonton aja kayaknya!
Aha…aku ada ide nih. Kucoba berkonsentrasi, meningkatkan kemampuan dan penglihatan batin. Kecepatan harus diatasi dengan kecepatan.
Wah, serangan datang juga.. Aku mencoba menghindar. Eits..bisa juga akhirnya. Tapi menghindar terus tanpa perlawanan malah capek sendiri.
Kucari perbendaharaan ilmu yang baru selesai aku pelajari. Selain perisai ghaib, penglihatan ghaib..aha….ada..ilmu pukulan ghaib.
Segera kupersiapkan diri sambil menghindari serangan yang datang. Kuletakkan kedua tanganku di depan dada seperti posisi menyembah…lalu saat serangan datang, aku melontarkan pukulanku menyambut serangan itu. Coba-coba saja lah…siapa tahu ada hasilnya.
GLARR…selarik cahaya merah yang datang berbenturan dengan pukulanku tadi…dan cahaya merah itu terpental jauh…melesat cepat membelah kegelapan malam.
Tapi heran, kok tembok, jendela dan pintu ga rusak ya? Aneh…!
Aku bersiap kembali, menunggu datangnya serangan. Keyakinanku tambah tebal dengan keberhasilanku mengatasi serangan itu.
Tapi kutunggu sekian lama…tak ada serangan susulan.
Amunisinya habis kali yak?
“Selesai sudah Den. Dia sudah tidak menyerang lagi!”
“Kok kamu tahu?”
“Pasti kirimannya tadi yang dihalau Aden kembali ke pengirimnya dan mengenai dirinya!”
“Ah..masa?”
“Iya Den..nyatanya dia ga nyerang lagi!”
“Duh..kasihan ya.. Senjata makan tuan. Padahal aku ga bermaksud buruk tadi, cuma membela diri!”
“Ya itu sudah resiko dia Den.. Main api ya kebakar!”
“Trus kenapa kamu tadi ga bantuin aku?”
“Disuruh sama Nyi Among…buar Aden bisa menerapkan ilmu yang dipelajari!”
“Kalau gagal gimana coba?”
“Kan ada perisai ghaib Den… Aden ga bakal luka kok!”
Hadeh…
Dikerjain nih sama Nyi Among dan Saloka.
Fyuh…untung selamat…