SANG PAMOMONG episode 19

Chapter 19

Sore itu aku mengantarkan Azizah ke kost dia. Sepanjang jalan kami masih ngobrol. Zizah melingkarkan tangannya di pinggangku. Ada benda kenyal menempel di punggungku.
Sebagai lelaki normal, jelas adikku terbangun dari tidur lelapnya.
Moga-moga ga kesenggol tangan dia…hehe.
Kode keras ini… Seolah Zizah mau mengatakan bahwa dia suka sama aku.
Tapi aku pura-pura ga tahu aja. Biar dibilang ga peka juga ga papa deh.

Saat dekat daerah kostnya, Zizah melepaskan pegangannya pada pinggangku. Mungkin malu kalo dilihat teman kostnya.
Aku menurunkan Zizah di depam pagar kostnya!

“Mampir dulu Ji!” ajaknya.
“Makasih Zah… Bentar lagi maghrib. Aku langsung pulang ya?”
“Iya deh… Hati-hati di jalan ya?” katanya dan CUP… Dia mengecup pipiku eh…bukan…helmku.
Aku terpana sesaat…lalu aku menghidupkan motorku.
“Assalamu’alaikum…!” aku pamit.
“Wa’alalkum salam…!”.

Aku memacu motorku menuju jalan pulang ke kost. Tapi pikiranku melayang ke Zizah.
Udah fix ini… Zizah suka sama aku.
Aku mengelus helmku yang tadi dicium Zizah… Beruntungnya kau helm…dicium gadis cantik.

Karena pikiran yang ngelantur…hampir saja aku menabrak seorang ibu yang menyeberang jalan.
Untunglah aku sempat menarik tuas rem, hingga kecelakaan itu tidak terjadi.

” Woi…llhat-lihat dong kalau naik motor…!” kata ibu2 itu dengan marah.
“Maaf bu…maaf…!” sahutku meminta maaf.

Ibu itu berlalu sambil ngomel panjang pendek. Aku mengelus dada, merasa lega bahwa aku tidak sampai menabrak ibu itu.
Aku menarik nafas panjang dan mengembalikan konsentrasiku.
Gara-gara helmku dicium, aku jadi ga konsen.
Ah…parah.
Aku melajukan motorku, kali ini fokus ke jalanan. Ga mau kejadian tadi terulang lagi.
Sampal di kost, aku segera sholat dan dzikir…tapi kenangan helm dicium kembali lagi.
Duh…kok jadi ga konsen gini sih…

Selesai dzikir, aku mencoba membuka modul kuliah. Mengalihkan pikiran pada pelajaran.
Tapi lagi-lagi konsentrasiku buyar…
Cuman gara-gara sebuah ciuman di helm..
Jujur, baru ini aku dicium cewe.
Makanya jadi keingetan terus…

Akupun membuat kopi dan menuju teras kamar. Duduk sambil ngopi dan ngerokok. Membayangkan kalo tadl aku ga pake helm, gimana rasanya ya, dicium Zizah?

“Wayo….ngalamun aja!”
Aku tersentak kaget… Menoleh ke arah suara.
“Eh..teh Desi… Bikin kaget aja!”
“Kamu sih..ngelamun mulu. Dipanggil berkali-kali sampai ga denger. Ngelamunin apa.sih?”
“Ga ngelamunin apa-apa kok Teh!”
“Ah..yang bener? Orang dari tadi melongo aja. Tuh, rokoknya abunya sampai panjang gitu ga diisep!”
“Hehe… Lagi mikirin tugas kuliah Teh… Ada yang belum paham!” jawabku ngawur.
“Oh .. Pelan-pelan diulangi, nanti lama-lama juga paham!”
“Ini Teh Desi emang sengaja ke sini ya?”
“Tadi aku ke kamar mandi. Aku sapa, kamu cuek aja. Kembali dari kamar mandi, aku sapa lagi diem aja. Ga taunya lagi melamun…!”
‘Hehe…maaf Teh.. Aku ga denger tadi!”
“Ya jelas ga denger, orang lagi bengong…!” kata Teh Desi sambil duduk di hadapanku, meraih gelas kopiku dan menyeruputnya.

“Wah..enak juga kopi buatanmu!”
“Bekasku itu lho Teh. Ga jijik apa?”
“Jijik kenapa? Emang kamu buang ingus dl kopi?”
“Ya enggak lah Teh. Ya siapa tahu jijik,.minum dari gelasku!” kataku sambil memandang Teh Desi.
Lah..baru nyadar kalo Teh Desi cuman pake kaos ketat dan celana pendek. Byuh…pahanya yang putih tampak menggoda. Dadanya yang membusung…wuah….
Ya Allah….godaan apalagi ini.
Aku segera mengalihkan pandangan ke puntung rokok yang hampir habis. Biar ga ketahuan kalo barusan menikmati pemandangan indah.

“Kamu ga belajar Ji?”
“Udah tadi Teh, sebentar. Lha bingung, jadi ngopi dulu biar rileks!”
“Sayang, Teteh lain jurusan sama kamu, jadi ga bisa ngajarin!”
“Ga papa teh..besok biar aku tanyain sama dosen saja. Teteh udah selesai belajarnya?”
“Udah .. Sampe pegel leher liat diktat mulu! Makanya ini istirahat dulu!”
“Iya Teh… Teteh mau aku buatin kopi?”
“Ga usah, nebeng punyamu aja. Lagian gelasmu gedhe gini. Entar kebanyakan kopi ga bisa tidur malah repot!”
“O iya Teh, gimana kabar ortu Teh Desi?”
“Alhamdulillah sehat… Sejak Risda sembuh, ortuku jauh lebih baik sekarang!”
“Alhamdulillah, aku ikut seneng kalo gitu Teh..”
“Nah…si Risda nih… Katanya kalau lulus mau kuliah di sini juga. Mau kost sama aku. Gimana pendapatmu?”
“Lah ..kok pendapatku sih Teh? Ga punya pendapat aku!”
“Aku mikir, kalo 1 kamar kost buat berdua, kurang luas. Jadi aku pengin 2 kamar kost. Tapi kamu tahu sendiri, kamar kost di sini penuh semua.”
“Oh..gini aja Teh, sementara ngekost berdua, sambil nunggu ada kamar kosong.”
“Wah..iya. Kok ga kepikiran ya? Bagus usulmu Ji!”
“Emang boleh Teh, Risda kuliah di sini sama ortu Teteh?”
“Terpaksa boleh… Dia kalo dah punya keinginan ga diturutin, bisa ngambek berminggu-minggu!”
“Masak sih Teh… Kelihatannya anaknya periang gitu!”
“Kamu belun tahu sih.. Maklum, anak bungsu…ya gitu deh!”

Sambil ngobrol, mataku sesekali melirik paha dan dada Teh Desi…hehe.
Pemandangan indah jangan disia-siakan guys….mubazir…
Ga perlu munafik, cowo disuguhin pemandangan kayak gini pasti lirak-lirik lah
Normal kan ya?

“Huah…teteh ngantuk nih. Balik kamar dulu ya?” katanya sambil menggeliat. Duh itu dada makin membusung aja deh.
“Eh..iya teh. Met istirahat..!”
Teh Desi beranjak menuju kamarnya, baru dua langkah, dia berbalik.
“Ada apa Teh?”
“Kamu jangan kemalaman tidurnya. Jaga kesehatan!’
” Siap Teh!”
Akhirnya si bohai berjalan menuju kamarnya.
Ga salah kalo Dino melotot melihat Teh Desi…emang seksi abis sih.
Kok baru sekarang aku nyadar yak?
Apa gara-gara helmku dicium tadi?
Bisa jadi…..

Akupun beranjak masuk kamar…balik ke kamar mandi, trus sholat Isya.
Sebisa mungkin khusyuk…walau bayangan Zizah dan Teh Desi bersliweran.
Jadi ga khusyuk akhirnya…
Mending tidur aja deh..daripada pikiran melayang kemana-mana.


SANG PAMOMONG

SANG PAMOMONG

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Dalam kepercayaan Jawa, bayi yang baru lahir, didampingi oleh sosok PAMOMONG. MOMONG dalam khasanah bahasa Jawa, artinya Mengasuh. Nah..sosok Pamomong itu bisa juga disebut sebagai PENGASUH. Sosok Pamomong adalah sosok.ghaib yang hanya bisa dilihat oleh sang jabang bayi. Kadang kita melihat bayi yang ketawa-ketawa sendiri, sambil matanya melihat ke atas. Dipercaya, bahwa saat itu, sang bayi sedang diajak bercanda atau bermain oleh Pengasuhnya. Dari kepercayaan tersebut, cerita ini terlahir. Sebuah kisah fiksi yang akan menceritakan tentang seseorang yang sampai masa dewasa bisa melihat dan berkomunikasi dengan Sang Pamomong. Semoga bisa menghibur para reader semua.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset