Sebagai Maba, tentunya ga luput dong dari yang namanya Ospek..
Wajib hukumnya bagi Maba untuk mengikuti Ospek Fakultas.
Dengan segala kegiatan yang menurutku sesuatu yang ga penting, selain ajang menonjolkan senioritas.
Sebelum mengikuti Ospek, aku sudah wanti-wanti kepada Nyi Among untuk tidak marah jika aku nanti dilhukum oleh senior. Aku bilang, itu hanya sekedar melatih mental dan kekuatan fisik. Sudah biasa, kataku.
Jangan sampai nanti jika aku dihukum senior, Nyi Among marah dan menghukum senior-senior itu…kan bisa berabe.
Hari pertama di kampus, kami dikumpulkan di aula untuk mendengarkan arahan senior tentang Ospek, dan apa saja yang harus dibawa.
“Duh…banyak banget sih yang mesti dibawa. Aneh-aneh lagi…!” kata seorang maba yang duduk di sampingku.
Seorang cowo yang tampak cuek dengan penampilannya.
“Woi… !” katanya sambil menyolek aku.
“Ada apa ?” tanyaku.
“Hai…aku Dino, kamu…?”
“Oh..aku Aji!”
“Kamu ambil jurusan apa Ji?”
“Teknik sipil… Kalau kamu?”
“Aku di Arsitektur… Kamu nyatet apaan?”
“Yang perlu dibawa pas Ospek. Kamu ga nyatet?”
“Lah…kamu kan nyatet…nanti aku tinggal nyontek punyamu…hehe…!”
“Sip dah… Eh ngomong2 banyak banget nih yang mesti dibeli. Kamu tahu daerah sini ga? Aku bingung nih, mesti beli di mana!”
“Tenang aja bro… Ntar kita belanja bareng!”
“Emang kamu hapal daerah sekitar sini?”
“Enggak….!”
“Yah…bisa nyasar donk nanti!”
“Ga usah khawatir. Aku punya kenalan baru, anak sini. Ntar aku kenalin… Biar kita belanja bertiga!”
“Maba juga?”
“Hu’umz… Pstt catet lagi tuh. Jangan sampai kelewat!”
“Iya…iya…!” sahutku sambil mencatat apa yang dikatakan senior.
Tak lama, usai sudah acara persiapan Ospek. Fyuh..lega.
Usai acara, Dino mengajakku menghampiri seorang maba cewe yang lagi ngobrol dengan temannya.
“Woi…Firda. Kenalin nih temen baruku!”
Seorang cewe dengan rambut sebahu mengulurkan tangannya. Aku menyambutnya..
“Firda…!”
“Aji….!”
“Kenalin nih, temanku Sinta!”
Aku menjulurkan tanganku pada Sinta yang mempunyai rambut panjang.
“Aku Aji…salam kenal!”
“Sinta…!” jawabnya. Suaranya pelan banget…
“Aku Dino…!” kata Dino sambil mengulurkan tangan.
Selesai salam-salaman, Dino mengutarakan niatnya untuk belanja kebutuhan Ospek bareng aku dan Firda.
“Wah…aku dah janjian sama Sinta, mau belanja bareng! Gimana dong?”
“Kami titip aja deh…!” sahut Dino.
“Ogah…. Ribet tahu, bawa barang segitu banyak. Apalagi naik motor!” jawab Firda.
“Gini aja deh…kita belanja berempat…!” usul Dino.
Aku diam saja, ga menanggapi. Dasarnya aku agak ga berani ngomong kalo di depan cewe.
“Gimana ya… Sinta, gimana? Mau ga kalau kita belanja bareng cowo2 ini?”
“Terserah…aku ngikut aja!”
“Ok deal….!” kata Dino senang.
“Kita langsung belanja aja sekarang, dan nanti kita kerjakan bareng-bareng di rumahku!” sahut Firda.
“Oke… Ji, kamu bawa motor?” tanya Dino padaku.
“Enggak… Aku ga punya motor!” jawabku.
“Ga papa, nanti kamu bonceng aku aja!” kata Dino. “Biar Firda sama Sinta!”
Sesudah diputuskan, kami segera berangkat berbelanja bersama.
Capek juga muter kesana kemari buat cari keperluan Ospek.
Syukurlah ada Firda yang hapal dengan jalan-jalan di kota ini.
Akhirnya, lengkap sudah belanjaan kami.
Dan kami segera menuju rumah Firda untuk membuat keperluan ospek
Rumah Firda ga terlalu jauh dari kampus. Katanya, dengan motor, ia cuma butuh 15 menit untuk ke kampus.
Rumahnya termasuk biasa saja, tapi besar dan terkesan kuno.
Mirip rumah-rumah orang jawa jaman dulu. Rumah Joglo.
Kami membuat alat-alat ospek bersama.
Ga terasa, sudah jam 5 sore. Untung semua sudah selesai.
“Fir…udah sore nih. Aku sama Aji pamit pulang dulu ya. Lagian semua udah selesai?”
“Iya… Aku juga mau nganterin Sinta pulang ke kostnya!”
Aku diantar pulang ke kost oleh Dino.
.
“Wah..asik banget kostmu Ji… Kost campur. Wih…bisa liat cewe bening tiap hari nih…!”
“Hehe…lumayan lah. Ga cuma liat batangan doang!”
“Wew…kalo aku kost di sini bakalan betah nih!”
“Pindah aja ke sini!”
“Yo jangan… Aku dah bayar kost buat setahun jew!”
“Dibatalin aja… Minta duitnya balik, trus pindah sini!”
“Ya ga bisa gitu lah… Ntar deh, sekali kali aku nginep di sini. Siapa tahu ketemu jodoh di sini…!”
“Boleh..boleh…!”
“Oke deh…aku balik dulu ya Ji?”
“Sip… Makasih ya atas bantuannya!”
“Ga usah dipikirin ah… Yuk, pulang dulu!”
Aku menunggu sampai Dino pergi, baru masuk kamar.
Hufft…capeknya sehari ini. Aku segera mandi dan menjalankan sholat. Sesudah sholat ‘Isya dan makan malam, aku langsung tidur.
Besok mesti berangkat pagi-pagi, biar ga telat buat upacara pembukaan Ospek.