SANG PAMOMONG episode 22

Chapter 22

Aku memacu motor menuju sebuah bukit yang jadi tempat tujuan kami. Teh Desi duduk di belakangku dan memeluk pinggangku. Yah…tahu sendiri lah…pasti ada benda kenyal yang menempel ketat punggungku.
Bikin jadi deg deg-an gimana gitu.
Sedikit terpecah konsentrasiku…
Lalu keinget kejadian waktu helmku dicium Azizah, aku segera mengembalikan konsentrasiku.
Bisa bahaya nih kalo meleng dikit aja di jalan yang ramai.
Perjalanan selama 1 jam kami tempuh sebelum sampai di tempat tujuan.
Wah..ternyata indah sekali tempatnya. Kami bisa melihat kota kami dari puncak bukit ini.
Ah…itu sepertinya gedung kampusku.
Kelihatan kecil dari sini.
Teh Desi tampak sangat menikmati pemandangan indah tersebut.
Suasana agak ramai karena memang hari libur. Banyak keluarga yang berlibur ke sini.
Senang juga melihat anak-anak berlarian dan bermain bersama orang tua mereka.
Aku jadi inget masa kecil waktu ibu masih hidup. Aku dan bapak ibu sering bertamasya bersama tiap akhir pekan.
Senang sekali rasanya waktu itu…
Tapi semua tinggal kenangan..

“Ji…kenapa nangis?”
Aku tersentak oleh teguran Teh Desi barusan.
“Ah…ga papa Teh. Melihat keluarga yang piknik itu, mengingatkanku pada almarhumah ibu!”
“Oh…maaf. Aku ga tahu. Kamu yang sabar ya?”
“Ga papa Teh… Udah lewat lama juga. Mungkin aku yang terlalu sentimentil!”

Kami terdiam beberapa lama, bingung mau bicara apa.
Ah…aku dah merusak suasana.

“Teh..jalan-jalan yuk. Sambil cari warung… Udara sejuk bikin aku laper nih!”
“Ayok dah.. Aku juga laper, apalagi tadi cuman sarapan bubur!”

Kami berjalan berdua sambil mencari warung yang cocok dengan selera kami. Banyak sih warung disitu, tapi aku cari yang ada daftar harganya, supaya ga kena tipu…hehe.
Selagi kami celingukan cari warung, kami melihat ada keramaian di sebuah tempat.
Banyak orang berkerumun… Ada apa ya? Karena penasaran, aku melangkah menuju kerumunan itu.
Teh Desi ikut di sampingku.

Ramai sekali orang di tempat itu. Orang-orang membentuk sebuah lingkaran yang mengurung seseorang di dalamnya.
Aku menghampiri seorang bapak.

“Maaf pak, ada apa ya?”
“Ini mas, ada yang kesurupan. Kata orang-orang, karena dia buang air kecil sembarangan!”
“Wah… Terus gimana pak?”
“Lagi dipanggilin orang yang bisa ngusir gituan Mas!”

“Ji…serem ah. Kita pergi aja yuk!”
“Iya Teh. Pak, maaf kami tinggal dulu ya? Teman saya agak takut ini!”
“Iya mas .. Kasihan temennya dah pucat gitu!”

Aku dan Teh Desi pergi ke warung di dekat situ.
Agak sepi warungnya, karena orang-orang pada nonton kejadian itu.

Kami memesan makan dan minuman. Lalu menikmatinya dengan tenang.
Aku masih penasaran sih, tapi karena Teh Desi takut, terpaksa ga jadi nonton.

“Mas dan mbaknya ga nonton yang kesurupan?” tanya ibu2 pemilik warung.
“Enggak Bu, serem…!” jawab Teh Desi.
“Mbak takut ya sama begituan?”
“Iya Bu!”
“Kalau takut, emang sebaiknya ga usah nonton aja. Daripada nanti ketakutan!”

Seorang lelaki masuk ke warung makan itu!
“Gimana To? Sudah sembuh yang kesurupan?”
“Belum Bu… Yang masuk agak kuat ini. Susah banget ngeluarinnya. Padahal sudah dua orang yang nyoba!”
“Wah…berat kayaknya nih! Terus gimana?”
“Ga tahu Bu… Biarin yang tahu hal kayak gitu yang ngatasin lah!
Kopinya Bu?”
“Ya, tunggu sebentar….!”

Aku mendengarkan percakapan mereka. Ternyata makhluk yang merasuki orang tadi belum bisa diusir.
Kasihan juga orang itu. Walaupun salah, tapi aku tetep kaaihan juga.
Mau ikut bantu, tapi pasti Teh Desi ga mau diajak ke sana.
Gimana baiknya ya?

“Teh, aku lihat ke sana dulu boleh?”
“Trus aku gimana?”
“Teteh di sini aja dulu, sambil.ngabisin makan!”
“Tapi bentar aja ya?”
“Iya teh…!”

Aku segera cabut menuju TKP. Wah..udah mirip detective aja…

Aku melihat orang yang kerasukan sedang duduk sambil mengomel ga karuan.
Nah…aku bingung lagi nih, mau ngobatin, tapi ga mau ketahuan orang lain.
Gimana caranya coba?
Ah…coba aku ajak negoisasi aja, siapa tahu berhasil.
Aku berkonsentrasi dan menujukan pikiranku pada orang yang kerasukan, mencoba berkomunikasi dengan makhluk itu. Aku mencoba menyapa, dengan suara batin tentunya.

“Maaf, mengapa kamu merasuki orang ini?”
“Grr…siapa kamu ikut campur urusanku?”
“Aku hanya ingin tahu mengapa kau memasuki raga orang ini?”
“Grr…orang ini sudah mengotori rumahku. Dia mengencingi rumahku!”
“Lalu apa maumu?”
“Aku ingin membalasnya dengan membuatnya lumpuh!”
“Apakah kamu ga bisa memaafkannya? Biarlah dia nanti minta maaf padamu!”
“Kenapa aku harus memaafkannya?”
“Dia ga tahu bahwa tempat dia kencing adalah rumahmu. Dia tidak bisa melihatmu dan rumahmu, jadi dia ga sengaja mengotori rumahmu!”
“Aku ga mau memaafkannya!”
“Kalau kamu ga mau memaafkannya, aku akan menghajarmu!”
“Apa kamu mampu…grr…?”
“Kamu lihat wanita di sampingku ini?” kataku sambil menunjuk Saloka.
“Grr…cuma anak perempuan seperti itu bisa apa?”

Aku bertanya pada Saloka, apakah dia bisa menghadapi makhluk itu?
Dengan senyum manisnya, dia mengangguk.

“Berikan peringatan padanya!”
Saloka mengangguk dan melesat menuju orang yang kerasukan. Dia menampar dan menendang orang itu. Bukan orang itu yang dihajar, tapi makhluk yang di dalamnya.
Makhluk itu mencoba melawan.
Terlihat irang yang kerasukan itu bergerak seperti berkelahi dengan sesuatu yang tak nampak.
Tapi musuhnya adalah Saloka…jin yang sangat kuat. Tak lama orang yang kerasukan itu merengek-rengek minta ampun.
Saloka segera menyuruh makhluk itu untuk meninggalkan raga orang itu.
Makhluk itu menyetujuinya, dan tampak segulung asap keluar dari tubuh orang yg kerasukan.
Tubuh orang itu menjadi lemas dan segera ditolong oleh orang-orang yang mungkin temannya.
Aku meninggalkan tempat itu dan kembali ke warung makan tadi.
Teh Desi sudah menunggu dengan tak sabar.

“Lama banget sih Ji? Aku pikir kamu lupa sama aku?”
“Ah…cuma sebentar kok Teh. Masa aku lupa sama Teh Desi. Bisa dimarahin ortu teh Desi nanti?”
“Apaan sih…? Kita kemana lafi sekarang?”
“Pulang aja yuk Teh… Aku ada tugas yang mesti dikerjakan nih!”
“Oke deh…! Ayok pulang…!”

Kami lantas menuju tempat parkir, dan mengambil motor.
Kembali ke kota lagi…

Kembali menghadapi rutinitas…

Sampai di kost, kami menuju kamar masing2. Aku segera mandi dan sholat.
Setelah itu, mengerjakan tugaa kuliah.
Jam 3 sore, kelar sudah tugasnya… Fyuh..lega. Satu tugas selesai. Saatnya sholat lalu ngopi dan merokok.
Menikmati hidup….
Kopi baru habis setengah gelas, hpku berteriak nyaring.
Wah…ada apa ini, kok Mbak Dinda nelpon?

“Halo mbak, assalamu’alaikum!”
“Wa’alaikum salam. Kamu lagi ngapain Ji?”
“Lagi nyantai nih Mbak!”
“Bisa ke kost sekarang? Darurat nih…!”
“Siap Mbak… Aku segera ke sana!
Assalamu:alaikum!”

Ga nunggu balasan salam, telpon kututup dan segera meluncur ke kost Mbak Dinda.
Ada apa sih? Kayaknya kok panik amat.
Cukup 15 menit, sudah sampai di kost mbak Dinda.
Aku segera masuk dan menuju kamar mbak Dinda.

“Aji…ke sini!”
Kulihat mbak Dinda melambaikan tangan padaku. Dia ada di sebuah kamar yang lain.
Aku bergegas menghampirinya.

“Ada apa mbak? Kayaknya panlk tadi waktu nelpon?”
“Tuh…temenku sakit!”
“Lah…ngapain manggil aku coba? Tak panggilin dokter ya?”
“Ga ada gunanya… Penyakitnya bukan penyakit biasa. Itu penyakit kiriman.”
“Ah..masa. Kok mbak tahu?”
“Tahu lah.. Keturunan keluarga kita kan punya kemampuan warisan!”
“Kemampuan apa mbak?”
“Ah…masih pura-pura aja kamu. Dah…obati dulu temanku itu!”
“Ga mau ah.. Banyak orang gitu!*
” Dah entar kita yang di dalam kamar, biar yang lain nunggu di luar!”
“Iya deh…biar aku coba!”

Mbak Dinda lalu menyuruh teman-temannya menyingkir keluar. Tinggalah aku, mbak Dinda dan teman mbak Dinda yang sakit.


SANG PAMOMONG

SANG PAMOMONG

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Dalam kepercayaan Jawa, bayi yang baru lahir, didampingi oleh sosok PAMOMONG. MOMONG dalam khasanah bahasa Jawa, artinya Mengasuh. Nah..sosok Pamomong itu bisa juga disebut sebagai PENGASUH. Sosok Pamomong adalah sosok.ghaib yang hanya bisa dilihat oleh sang jabang bayi. Kadang kita melihat bayi yang ketawa-ketawa sendiri, sambil matanya melihat ke atas. Dipercaya, bahwa saat itu, sang bayi sedang diajak bercanda atau bermain oleh Pengasuhnya. Dari kepercayaan tersebut, cerita ini terlahir. Sebuah kisah fiksi yang akan menceritakan tentang seseorang yang sampai masa dewasa bisa melihat dan berkomunikasi dengan Sang Pamomong. Semoga bisa menghibur para reader semua.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset