Sudah 2 hari aku di rumah… Biar ga bosen, aku main ke kebun bapak membawa cangkul dan sabit. Siapa tahu ada yang bisa dikerjakan di kebun.
Sampai di kebun, ternyata ditanami singkong dan jagung oleh bapak. Wah rumputnya sudah lumayan tlnggi. Aku segera bergerak ..menyiangi rumput dengan sabit.
Wah…sudah lama ga di kebun, sebentar saja udah bersimbah peluh.
Tapi nanggung kalo berhenti.. Masih banyak rumputnya. Sekalian olah raga deh…
Saloka.asik.duduk di gubug yang ada di tengah kebun. Sementara aku masih asik menyiangi rumput, saat kurasakan ada aura gelap yang mendatangi.
Aku segera bersiaga, Saloka sudah berada di dekatku.
Tak lama, muncul sesosok makhluk astral berbentuk nenek tua yang kurus dan keriput.
Wajahnya mengerikan…rusak parah.
“Siapa kamu?” kataku.
Nenek.itu diam.saja memandangku dengan bola matanya yang hitam. Serem amat ni nenek-nenek.
Aku sudah siaga penuh… Takut kalau dia menyerang mandadak.
Seluruh tubuhku sudah kulindungi dengan perisai ghaib.
Nenek jelek itu semakin mendekat…dan…
Wuzz…syuttt…dia menyerangku dengan sebuah pukulan. Cepat sekali gerakannya. Saloka.melesat, menghadang serangan nenek itu. Segera terjadi benturan dua pukulan…
BLARRR….
Masing-masing terdorong mundur selangkah. Saloka memperkuat ilmunya… Seluruh tubuhnya tampak terselubung aura ungu terang yang tebal. Nenek tua itu juga meningkatkan ilmunya. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat.
Aku agak mundur… Takut terkena imbas dari bemturan dua ilmu tingkat tinggi.
Saloka berteriak nyaring dan menyerang nenek itu.
Nenek itu menyambut serangan Saloka.
Pertempuran seru terjadi di tengah kebun, di siang hari.
Jual beli pukulan berlangsung seru. Ledakan-ledakan akibata beradunya pukulan, terus terjadi.
Mereka bergerak sangat cepat, hingga hanya terlihat warna ungu dan hitam berkelebat kesana kemari.
Tampaknya nenek itu sangat kuat. Sampai sekian lama, Saloka belum mampu mengalahkan nenek.itu. Jangankan mengalahkan, mendesak saja belum mampu.
Aku mulai tak sabar… Kalo terus-terusan begini, pekerjaanku bakal.terbengkalai.
Aku mulai memusatkan konsentrasi dan mengumpulkan tenaga batin hingga level puncak.
Pikirku, sekali serang harus kena dan KO.
‘Saloka, berhentilah…biar aku hadapi dia!”
“Baik..!” jawab Saloka sambil melompat, menjauhkan diri dari soaok.nenek itu.
Aku kini berhadapan dengan nenek itu.
Segera kusiapkan tenaga batinku sekuatnya, lalu aku lontarkan pukulan penuh tenaga itu ke arah nenek itu.
Sekali kena, pasri.hancur lebur nenek itu.
Tapi..yang terjadi tak sesuai harapan. Nenek itu meloncat dan menghindar dari pukulanku.
Tenaga batinku menjadi sia-sia.
Aku kehabisan tenaga, perlu waktu untuk menghimpun tenaga batin lagi.
Saat itulah nenek itu menyerangku.
Aku tertegun…apa yang bisa kulakukan?
Menghindar sudah tak mungkin.
Aku hanya menunggu pukulan.itu mengenai tubuhku.
Tamat sudah riwayatku…
Saloka berusaha menghadang serangan itu, tapi sudah agak terlambat.
Saat serangan itu akan memcapai tubuhku, sesosok bayangan menyambut pukulan itu, dan memunahkannya. Lalu sosok itu melakukan sebuah serangan pada nenek itu.
Iya…cuma sebuah serangan. Dan dengan telak menghajar aosok nenek itu. Terdengar jeritan mengerikan, dan sosok nenek.itu hancur lebur menjadi segumpal asap dan menghilang.
Sosok penolong itu menghampiriku.
“Ibu?”
“Iya Nak…kamu ga apa-apa?” tanya Nyi Among padaku.
“Aku baik-baik saja Ibu!”
“Syukurlah… Lain kali, jangan pernah menggunakan seluruh tenaga pada satu serangan. Kejadian tadi bisa menjadi pelajaran untukmu!”
“Baik Ibu…!”
Nyai Among segera menghilang. Swbuah pelajaran kudapat hari ini.
Sebuah pelajaran yang hampir menewaskan aku.
Aku segera melanjutkan kerjaku. Tapi sudah kurang semangat lagi.
“Mas Aji….!” sebuah suara memanggilku. Suara Anin nih!
“Mas di sini Nin…!” sahutku.
Lalu tampak Anin dan Lisa mendekat. Kulihat Anin membawa rantang. Aha…sarapan ini.
“Sarapan dulu Mas. Anin.sudah masak nih!”
“Iya, taruh saja si gubug. Mas cuci tangan dulu!”
Aku segera menuju parit di dekat kebun dan mencuci tanganku. Air di parit itu bening sekali.
Aku lalu menuju ke gubug, dan ternyata Anin sudah menyiapkan bagianku.
Begitu sampai di gubug, Anin menyodorkan rantang untukku.
“Kalian makan sekalian aja, nemenin Mas makan!”
“Iya mas… Ayo Lis..kita makan sekalian, masih cukup kok ini!”
“Iya Lisa, ga usah malu!” kataku.
“Iya Mas…!” sahut Lisa.
Anin segera mengambilkan nasj, sayur dan lauk untuk Lisa, baru setelah itu dia mengambil untuk dirinya sendiri.
Nasi hangat, aayur lodeh, sambal terasi, dan lauk ikan asin. Mwnu sederhana, tapi nikmat banget.
Apalagi dimakan di kebun setelah bekerja..wow..nikmatnya nambah lagi.
Kulihat Anin dan Lisa juga makan dengan nikmat.
Selesai makan, aku meneguk air teh yang dibawa Anin pakai cerek.
Segar..
“Alhamdulillah…enak banget Nin! Dah pinter masak kamu!” kataku.
“Syukur deh kalo Mas suka. Baru belajar kok Mas!”
“Eh..kalian ga sekolah?”
“Libur mas… Ada acara di sekolah.. Jadi siswa diliburkan semua.”
“Oh…gitu to!” kataku sambil menyalakan sebatang rokok.
“Lisa teman sekelas Anin ya?”
“Enggak Mas, kita beda kelas kok.” jawab Lisa malu-malu.
“Gimana, kerasan di kota ini?”
“Kerasan Mas… Udaranya masih sejuk dan ga terlalu bising!”
“Syukur lah… !”
Kami masih mgobrol banyak hal sampai agak siang.
Lalu kami pulang bersama-sama..
Lisa tampak agak malu-malu kalau di dekatku. Mungkin karena baru kenal ya?
Sesampai di rumah, aku segera mandi dan ganti baju.
Lalu duduk santai di ruang tamu sambil nonton TV.
“Mas…Lisa mau pamit nih!”
“Mas….Lisa pulang dulu ya?”
“Iya Lis… Hati-hati di jalan?”
“Iya Mas… Assalamu’alaikum!”
“Wa’alaikum salam…!”
Setelah Lisa pulang, Anin mendekatiku.
“Mas…kayaknya Lisa suka deh sama Mas Aji!”
“Ah…masa iya sih? Darimana kamu tahu?”
“Kalau di dekat mas Aji, dia selalu salah tingkah.gitu!”
“Ah..mungkin karena baru kenal, jadi kikuk!”
“Tapi dia suka tanya-tanya tentang mas Aji, bahkan nanyain udah punya pacar apa belum!”
“Ya..mungkin dia penasaran kali, liat mas yang ganteng ini…hahaha!”
“Halah…diri sendiri kok dipuji…!”
“Lha nungguin dipuji orang, ga ada yang muji, yaudah..dipuji sendiri aja!”
“Ah…mas ada2 aja deh. Mas…kapan kita dolan-dolan nih?”
“Kamu maunya kapan?”
“Sekarang …!!”
Dengan gemas aku memijit hidung Anin.
“Sekarang panas banget Dek… Ntar sore aja, setelah.bapak pulang kerja. Kan udah ga terlalu panas tuh!”
“Janji ya?”
“Insya Allah… Kalo mas lupa, kamu ingetin!”
“Beres deh Mas. Anin ke belakang dulu ya Mas…mau nyuci!”
“Yuk aku bantuin…!”
“Beneran…???”
“Ya iya lah beneran…!”
Ga tega liat Anin kerjain semua sendiri. Sebagai kakak yang baik…ceile….aku bantuin Anin sebisa aku..hehe.