Sambil menunggu hasil kerja Zulaikha, aku bikin kopi dan merokok di teras. Rasa ngantuk dah hilang.karena shock therapy kejedhot pintu..Sambil merokok, aku kompres jidat yang benjol tadi, supaya ga bengkak.
Satu jam l3bih, baru Zulaikha nongol lagi di sampingku.
“Gimana hasilnya?” tanyaku
“Beres…aura negatif sudah aku bersihkan dari tubuhnya!”
“Trus..gimana dia sekarang?”
“Tidur…!”
“Kenapa tadi aku ga.boleh masuk sih?”
“Mau ngapain ikut masuk ha?”
“Mau lihat prosesnya lah.. Buat nambah pengetahuan!”
“Kalo kamu masuk, malah bisa ga konsen kamu!”
“Emang kenapa?”
“Untuk membersihkan aura negatif tadi, aku harus membuka seluruh bajunya hingga telanjang bulat, agar hasilnya maksimal.”
“Wah…tahu gitu tadi aku saja yang ngobatin..hehe”
“Kalau kamu, bukannya ngobatin malah ngerusak…!” jawab Zulaikha.
“Hehe…!” aku cuman nyengir.
“Nah..aku sudah membersihkan aura negatif dari tubuh gadis itu. Kamu harus menepati janjimu!”
“Iya lah… Tapi ngomong-ngomong, kenapa kamu mau ikut aku? Bukannya kamu ga suka sama aku?”
“Awalnya sih iya… Aku sebel disuruh jagain manusia. Apalagi manusia yang ilmunya cetek kayak kamu. Dan juga, kamu laki-laki. Aku ga nyaman kalo deket laki-laki.. Jadi aku sebetulnya males disuruh jagain kamu. Kalau bukan Saloka yang memintaku, jangan harap aku mau!”
“Kok sekarang malah ga mau pergi, kenapa?”
“Ga tahu juga, semakin lama aku sama kamu, kok aku merasa nyaman. Walaupun kamu sering aku jutekin, tapi kamu ga pernah marah atau membenciku. Dan perasaan ingin ikut kamu semakin sering muncul. Ga tahu kenapa…”
“Ya sidah…terserah kamu. Aku ga mengikat kamu. Kalo suatu saat kamu bosan ikut aku…silahkan pergi.. Kamu bebas pokoknya!”
‘Iya.. Terima kasih!”
“Ga perlu terima kasih. Tapi aku cuma minta supaya jutekmu itu dikurangi!”
“Baik .aku akan mencobanya!”
“Nah gitu… Coba senyum dulu… !”
“Buat apa?”
“Udah ..senyum aja semanis mungkin!”
Zulaikha mulai tersenyum..tapi agak kaku.
Tapi lama-lama, keluar juga senyum manisnya.
Wuah…aku sampai bengong ngeliatnya. Zulaikha kalau tersenyum, kelihatan cantiikk banget. Levelnya naik 2 kali lipat.
Aku sampai terpana melihatnya…
“Jangan liatin aku kayak gitu ah.. Malu nih!”
“Eh..iya iya.. Zulaikha, kamu jadi cantik banget kalau senyum. Sangat cantik…!”
“Ah..masa sih?”
“Beneran… Makanya aku sampai bengong liatnya!”
“Makasih… Aku seneng banget dipuji sama kamu!”
“Aku cuma ngomong apa adanya kok!”
Zulaikha tersenyum manis.. Wah, kelamaan lihat senyum Zulaikha, bisa kena diabet nih…hahaha.
Esok paginya, aku bersiap untuk kuliah.
Kuliah semester genap hari perdana.
Teh Desi juga sudah siap.kuliah. Melihatku, dia tersenyum manis.
“Mau berangkat Ji?”
“Iya Teh… Teteh ada kuliah juga?”
“Belum sih.. Cuman lihat jadwal kuliah aja.”
“Oh..gitu ya.. Ya udah Teh, aku berangkat dulu ya?”
“Hati-hati di jalan Ji!”
“Iya Teh… Teteh juga hati-hati ya?”
“Iya…!”
Akupun langsung memacu motor menuju kampus. Sampai di kampus, masih sepi. Hanya ada sedikit mahasiswa yang datang.
Aku melihat jadwal kuliah di papan pengumuman.
Aku lalu mengeluarkan hp dan memotretnya. Daripada ribet nyatet..hehe.
Ternyata hari itu ga ada kuliah.
Mending balik ke kost dulu aja lah..daripada bengong di kampus.
Sampai di kost, ternyata penghuni kost sudah lengkap semua.
Aku menyalami mereka satu persatu.. Tanya kabar dan …ini yang ditunggu… Oleh-oleh dari mereka.
Kami ngobrol kesana kemari hingga aku melihat Teh Desi datang dari Kampus.
Teh Dedi juga menghampiri para penghuni kost dan menyalami mereka.
Setelah basa basi sejenak, Teh Desi balik ke kamarnya.
Saat melewatiku….
“Ji..ke kamar teteh ya? Teteh mau minta tolong!”
“Siap teh…!” sahutku sambil mengikutinya.
“Digandeng istrinya Ji…!” teriak mas Didit.
Aku mengacungkan tinju pada mas Didit. Dia malah ngakak..sementara penghuni kost yang lain cuma ketawa melihat kelakuan kami.
Sesampai di kamar, Teh Desi mengajakku masuk..
Aku duduk di Karpet sambil melihat kamar Teh Desi yang bersih, rapi dan harum.
Teh Desi melepas jaket almamater dan meletakkannya di gantungan.
Sekaang dengan hanya memakai T-shirt putih, dia duduk di hadapanku. Kaos itu tak bisa menyembunyikan kemontokan tubuhnya.
Aku sampai menelan ludah setiap melihat dua gundukan di dadanya.
“Ada apa teh?”
“Gini Ji… Aku semalem kan pergi sama Kevin. Itu, cowo yang menjemputku kemarin!”
“Iya Teh… Terus?”
“Nah, yang aku herankan, aku ga inget gimana aku bisa sampai di kamar dan tidur di kamar. Aku mencoba mengingat-ingat, tapi ingatanku cuma berhasil memgingat saat kami sedang makan. Setelah itu tak ada yang kuingat. Kamu tahu kapam aku pulang ke kost?”
“Tahu Teh…!”
“Gimana ceritanya Ji?”
“Waktu itu aku lagi tiduran di kamar saat mobil cowo itu..siapa tadi.. Kevin ya…masuk ke halaman kost…’
Aku menceritakan semua yang aku lihat, sampai saat mereka berciuman dan grepe-grepe.
Kulihat wajah Teh Desi memerah mendengar ceritaku.
“Jadi Kevin itu sudah menciumku dan meraba dadaku?”
“Mencium iya Teh.. Meraba dada belum..karena selalu ditepis oleh Teh Desi.”
“Ada kejadian itu ya? Aku sama sekali ga inget…!”
“Mungkin karena pengaruh pelet Teh!”
“Emang aku dipelet ya? Tapi masuk akal juga. Aku ga suk sama dia, dan dia sudah berkali-kali nembak aku, tapi aku tolak.
Tapi kok kamu bilang, kami berciuman… Padahal.aku ga suka sama dia.”
“Iya teh .. Aku lihat pandangan teteh itu kosong. Sampai aku lambaikan tangan di depan mata, teteh ga nyadar.”
“Trus…kamu bisa ngilangin pelet itu ga?”
“Temenku udah ngilangin pelet itu dari tubuh Teteh. Teteh sekarang aman…!”
“Syukurlah… Boleh minta nomer hp temenmu? Aku mau ngucapin terima kasih!”
“Dia udah denger kok… Lagian temenku ga punya hp…!”
“Maksudmu dia sudah dwnger?”
“Dia peka banget Teh… Jadi jika ada orang yang ingin mengucapkan terima kasih, doa udah tahu!”jawabku berbohong.
” wah hebat ya dia? Tapi aku takut kalo Kevin memeletku lagi!”
“Ya, teteh mesti waspada. Jangan pernah menerima pemberiannya, jangan pernah makan apa yang dia beri, dan yang paling utama, mendekatkan diri pada Allah SWT.”
“Iya Ji… Teteh akan mencoba. Tapi saat Kevin nyium teteh, apa teteh juga membalasnya?”
“Hehe…iya Teh… ”
“Kok kamu ga ngingetin Teteh?”
“Lah aku pikir, Kevin itu pacar Teteh…ya sudah, aku diemin. Takut ganggu!”
“Dia itu buka pacar teteh.. Dia emang nembak teteh, tapi teteh tolak!”
“Kenapa ditolak Teh? Kan ganteng, dan tajir juga tuh!”
“Namanya ga seneng, ya teteh tolak lah!”
Aku lihat berkali-kali Teh Desi mengelap bibirnya dengan tisu. Ga makan kok ngelap bibir terus. Bersihin make up? Ga juga…wong cuma di bibir.
“Bibirnya kenapa Teh, kok di lap terus?”
“Jijik aku dicium cowo yng ga aku suka dan ga aku sadari.”
“Sudahlah Teh.. Sudah kejadian juga. Bekasnya juga dah ilang waktu teteh mandi tadi!”
“Yah…perasaanku seperti merasa bibirnya masih nempel…bikin jijik aja!”
“Teteh kumur aja pake obat kumur…!” usulku ngawur.
“Huft…kapok aku sekarang. Aku ga bakal mau kalo diajak pergi lagi sama dia!”
Aku bingung mau ngomong apaan.
Aku diam saja mendengarkan Teh Dedi menggerutu sambil masih mengelap bibirnya sekeras mungkin dengan tisu.
Kasihan juga ngelihatnya, tapi aku ga tahu mesti gimana..
Aku cuma diam memandangnya…dan aku kaget saat melihat air matanya mengalir.
Aku bingung mau ngapain… Aku belum pernah berada dalam situasi sperti ini.
‘Teh…jangan nangis dong.. Aku jadi ikut sedih nih!”
Bukannya berhenti, tangisnya malah menjadi. Kalau tadi tanpa isakan..sekarang dia menangis terisak-isak.
Aku memberanikan diri mengelus-elus lengannya.
Teh Desi memandangku, lalu menghambur ke dalam pelukanku.
Aku mengelus rambutnya agar dia tenang.
Perlahan isak tangisnya mulai mereda.
Lima menit kemudian tangisnya berhenti. Kepalanya bergerak..aku melihat ke kepalanya.
Ternyata dia menengadah memandangku.
Pandangan kami bertemu…wajah kami begitu dekat. Hembusan nafasnya terasa meniup wajahku.
Bibirnya bergetar ….membuatku tak mampu menahan diri.
Kukecup bibir merah itu dan teh Desi menyambutnya. Kami berciuman, dan gigi kami kadang saling berbenturan. Maklum, masih pemula… Jadi masih kaku.
Aku melepaskan ciumanku dan mengambil nafas…
Teh Desi menarik kepalaku dan mencium bibirku.
Lagi kami berciuman…lebih lama dan mulai berpengalaman
Dan secara reflek, tanganku menggapai dua gundukan di dada teh Desi…
Dengan lembut meremasnya…
Teh Desi mendesah… Nafasnya memburu. Ciumannya dilepas sebentar, lalu kembali memagut bibirku.
Aku makin terbawa nafsu..