Aku masih memandang Teh Desi sampai dia masuk kamarnya.
Akupun kembali ke dalam kamar, dan mencoba untuk tidur.
Tapi pikiranku malah melayang-layang ga karuan.
Fix…runtuh sudah prinsipku untuk tidak pacaran dulu.
Secara sekarang aku punya kekasih alias pacar. Duh…aku merasa bersalah banget pada bapak.
Tapi apa mau dikata, yang nama cinta datang tanpa diundang…
Ya sudah lah… Jalani aja apa yang ada saat ini.
Sampai larut aku belum.juga bisa tidur. Ternyata efek jatuh cinta ganas juga ya?
Maka aku memutuskan untuk berlatih meditasi lagi.
Memcoba meningkatkan kemampuan tenaga dalam yang masih sedikit.
Aku memgambil posisi duduk.bersila. Menarik nafas dan mengeluarkannya secara perlahan dan teratur.
Memusatkan konsentrasi hingga taraf tertinggi yang aku mampu.
Dan tak lama, aku sudah larut dalam meditasi.
Pada tingkat ini, aku sudah tidak mendengar apapun lagi.
Kurasakan energi tenaga dalam yang tersimpan di bawah pusar, hangat…
Kuedarkan ke aeluruh tubuh.hingga beberapa putaran…
Ada sedikit peningkatan tenaga yang kurasakan. Lumayan lah…
Tak terasa, aku tertidur dalam posisi meditasi.
Aku seperti berada dalam sebuah ruang yang sangat luas dan berwarna putih seluruhnya…
Tak tahu dimana ujung dari ruangan itu.
Aku diam saja dalam kebingungan…karena mau kemanapun..yang ada hanya warna putih melulu.
Aku berpikir…kalau aku sembarang bergerak dan berjalan, maka aku akan bingung sendiri.
Lebih baik diam, menunggu apa yang akan terjadi.
Aku memandang ke arah depan… Tak ada sesuatupun di depan sana…hanya putih putih dan putih saja.
Lantas aku melihat satu titik.hitam.kecil di kejauhan. Sepertinya sangat jauh…
Titik itu bertambah besar…dan semakin besar. Sekarang sudah sebesar kepalan tangan.
Wah..berarti titik itu mendekat padaku.
Aku hanya bisa bersiaga saja, menanti kejadian lanjutannya.
Titik itu semakin besar dan semakin dekat… Dalam jarak tertentu, aku bisa melihat bahwa itu adalah sebuah kepala.
Tak tampak ada badannya…hanya kepala.
Setelah semakin dekat, baru aku melihat jelas wajah itu. Wajah seorang wanita cantik dengan tambut panjang tergerai. Umurnya sekitar 35 tahunan. Tapi aku tak melihat badannya.
Semakin dekat, baru aku sadari bahwa wajah wanita itu sangat familiar…
Kepala wanita itu berhenti kira-kira 5 meter dariku.
Wajahnya seperti bercahaya..sehingga agak susah .melihat wajahnya dengan jelas.
Dan baru kusadari bahwa kepala itu bukan tanpa badan. Dia mempunyai tubuh yang dibalut dengan pakaian putih bersih hingga ke mata kaki.
Karena warna ruangan yang aku tak tahu namanya ini.seluruhnya putih dan wanita itu memakai pakaian putih, maka yang terlihat hanya kepalanya saja.
“Apa kabar Bayu Satriaji?” suaranya lembut dan terasa familiar. Tapi suara itu seolah bergaung..hingga sulit mengenali bagaimana suara aslinya.
“Baik…siapakah anda?” tanyaku.
“Bayu, kamu lupa pada Ibu?’
” Ibu….?? Ini beneran ibu?”
“Adakah yang memanggilmu Bayu selain ibu, Nak?”
“Ah…maafkan aku Ibu. Wajahmu terselimuti cahaya, suaramau menggaung, sehingga aku tidak mengenali Ibu!”
“Tidak apa Nak. Sekarang kamu sudah dewasa ya?”
“Hehe…maksud ibu gimana?”
“Kamu sudah punya pacar sekarang! Walaupun usianya lebih tua darimu, tapi Ibu lihat, dia wanita yang baik!”
“Tapi aku jadi mengingkari prinsipku untuk tidak pacaran dulu Bu. Aku merasa bersalah pada bapak yang sudah bersusah payah menguliahkan aku!”
“Jangan merasa bersalah Nak… Itu semua sudah digariskan. Jadi jalani saja semuanya. Jadilah seperti air yang mengalir… Yang bisa mengikuti bentuk segala yang dilewatinya.”
“Iya Ibu… Bagaimana ibu bisa tahu kalau aku punya pacar?”
“Nak..walaupun alam kita audah berbeda, namun ibu selalu mengawasimu dari tempat ibu.”
“Ibu tidak marah aku punya pacar?”
“Tidak… Itu adalah proses yang harus kamu jalani. Itu normal.. Dan jadikan itu sebagai pendorong untuk meningkatkan kuliahmu!”
‘Bu…aku kangen banget sama ibu. Bisakah aku memeluk ibu?”
“Tidak bisa nak, alam kita sudah berbeda. Tapi ingatlah…walau kita terpisahkan…namun ibu akan tetap hidup di sini…!”
Mendadak Ibu sudah sangat dekat denganku dan menunjuk dadaku.
Aku terbangun masih dalam posisi bersila.
“Ibu…!” seruku.
Tapi tak ada lagi sosok Ibu. Aku sudah berada di kamarku lagi.
Apakah tadi itu mimpi atau nyata?
Aku tak tahu. Bagiku itu nyata… Masih kuingat pesan ibu, bahwa beliau tetap hidup di hatiku.
Selamanya….
“Ada apa Nak?” Nyi Among sudah berada di depanku.
Aku sedikit kaget karenanya…
“Aku tadi mimpi bertemu Ibu..Bu!”
“Ibu kandungmu Nak?”.
” iya Bu…!”
“Itu bukan mimpi nak.. Ibumu memang menemuimu. Untuk memberikan nasehat dan mengarahkanmu agar tidak salah jalan. Bukankah ibumu menasehatimu tadi?”
“Iya Bu… !”.
” Nah..jadikanlah itu sebagai pegangan hidupmu…!”
“Baik Bu!”
“Sekarang tidurlah… Masih terlalu larut!”
“Aku mau sholat dulu Bu.. Dan mengirim do’a untuk Ibu!”
Nyi Among hanya mengangguk dan tersenyum.
Aku segera mengambil wudhu dan sholat sunnah 2 raka’at.
Setelah itu mengirim do”a untuk ibu. Tak terasa dua butir air mata mengalir di pipiku. Rasanya kangen banget dengan Ibu.
Semoga Ibu bahagia di alam sana.
Pagi hari, aku dibangunkan oleh suara ketukan di pintu.
Wah…masih mengantuk nih. Tadi habis sholat sunnah, aku menunggu subuh…baru setelah itu tidur. Jadi sekarang masih ngantuk.
Dengan setengah terpejam, aku menghampiri pintu dan membukanya.
Senyum manis Teh Desi dan segelas kopi yang dibawanya segera menghilangkan rasa kantuk yang tadi masih menggelayut.
“Pagi Aji….?”
“Pagi juga Teh…!”
“Kok masih manggil Teh sih?” katanya dengan mulut manyun.
“Trus manggilnya apa dong? Dah biasa manggil Teteh sih…!” jawabku sambil nyengir.
Aku meraih gelas kopi di tangannya.
“Cuci muka dulu sana ah ..!” kata teh Desi.
“Hehe…lupa…!” kataku sambil beranjak menuju kamar mandi.
Cuci muka, gosok gigi.
Saat kembali ke teras kamar, kopi sudah di atas meja. Ada juga sepiring gorengan.
Kapan dia beli gorengan? Kulihat Teh Desi keluar kamar dengan membawa segelas teh.
Kami menikmati pagi bersama.
Kulihat kostan maslh sepi..mungkin belum pada bangun.
“Teh…!” panggilku.
Segera mulutnya jadi manyun. Tapi malah seksi menurutku…
“Desi…..!” kucoba panggilan lain, meskipun agak kaku rasanya.
“Nah..gitu dong…! Kenapa Ji?”
“Kok kost sepi banget sih?”
“Belum pada bangun kayaknya…!”
“Emang cuacanya enak buat tidur nih…!” kataku.
“Ya udah .. Tidur sana.. !” katanya ketus. Mulutnya udah manyun lagi. Lama-lama aku gigit.juga tuh bibir…
“Tapi lebih enak ngopi ditemenin cewe cantik…!” kataku sambil meliriknya.
Seulas senyuman muncul di bibirnya.
Cewe emang aneh… Susah dipahami…
“Btw…gorengannya boleh dimakan?’ tanyaku.
” Silahkan dimakan sayang….!” kata Desi menyodorkan piring berisi gorengan padaku.
Aku mengambil sebuah dan memakannya. Enak banget…lha gratis…
“Enak ga Ji?”
“Enak.lah… Gratis…!” jawabku.
“Habis ini kita jalan-jalan yuk Ji!”
“Mau kemana sih?”
“Ya kemana gitu… Biar ga bosen di kost!”
“Aku ikut aja deh…!” kataku.
“Yey…asik. Jalan-jalan lagi…!” soraknya seperti anak.kecil.
Cinta memang aneh ya… Bisa merubah seseorang dalam waktu singkat..