Aku dikejutkan oleh dering hp yang cumiakkan telinga.
Aku lihat kontak yang menelpon…wah…mbak Dinda nih.
Tumben malem-malem nelpon. Ada apa ya?
“Halo Mbak…assalamu’alaikum…!”
“Wa’alaikum salam Ji… Kamu bisa segera ke sini ga?” suara Mbak Dinda terdengar gugup.
“Emang ada apa mbak? Kok kayaknya panik bener?”
“Cepetan ke sini Ji… Ah… Pergi.. Pergi….!”
Aku segera menutup telepon dan segera mengeluarkan motor. Ada yang ga beres kayaknya di kost Mbak Dinda.
Secepat mungkin aku pacu motorku. Untung jalanan udah sepi…
Jadi aku bisa tancap gas ..
Ga butuh waktu lama, aku sampai di kost mbak Dinda.
Setelah parkir, aku segera berlari menuju kamar mbak Dinda. Banyak orang berkerumun di sana.
Mereka adalah teman-teman kost mbak Dinda. Dan semuanya cewe…
Aku menghampiri mereka dan bertanya ada apa.
“Ini mas… Dinda dari tadi teriak-teriak di kamar, tapi kami tanya ada apa, dia minta tolong dibukain pintu. Katanya ada yang ganggu dia di dalam!” jawab seorang gadis.
“Trus kenapa pintunya masih tertutup?”
Dhuar…dhuar..dhuar… Suara pintu dipukul dari dalam.
“Pergi… Jangan ganggu…. Pergi….! Tolong..siapapun…bukain pintu?” suara mbak Dinda terdengar panik dari dalam kamar.
Aku menghampiri pintu dan mencoba membukanya, tapi gagal.
Kucoba mendobraknya…aku malah mental.
“Ada kekuatan ghaib yang menyelubungi pintu ini!” kata Zulaikha.
“Kamu bisa buka ga?”
“Biar aku coba….!”
Zulaikha segera menghampiri pintu, memegang handelnya, dan memutarnya.
Pintu terbuka dan Mbak Dinda segera lari keluar.
Nafasnya memburu dan kaosnya basah oleh keringat.
Begitu melihatku…dia segera berlari ke arahku dan memelukku sambil menangis.”
“Udah mbak… Udah ga papa.!” kataku sambil mengelus punggungnya.
Tak terdengar jawaban dari Mbak Dinda. Hanya tangannya yang memelukku terlepas dan badannya menjadi lemas.
Aku segera memegang erat tubuhnya agar tidak melorot jatuh ke bawah.
Ternyata mbak Dinda pingsan…mungkib karena shock dengan kejadian yang menimpanya.
Aku minta tolong agar Mbak Dinda dibawa ke salah satu kamar temennya. Temen-temen kost mbak Dinda mengiyakan, dan beramai ramai mereka mengangkat tubuh mbak Dinda dan membawanya ke salah satu kamar di samping kamarnya.
Aku masuk ke kamar Mbak Dinda…
Kulihat ada 3 makhluk sedang bertempur melawan Zulaikha.
Kulihat Zulaikha tenang saja menghadapi mereka bertiga, padahal ketiga makhluk itu berbadan besar dan kekar, tapi Zulaikha dengan tenang menghadapi keroyokan mereka.
Akupun bersiaga penuh…menghimpun energi batin dan digabung dengan tenaga dalam, membentuk perisai yang melindungi tubuhku.
Kupersiapkan ilmu warisan Ki Patih untuk menyerang makhluk itu bilamana perlu.
Dan benar saja…salah satu makhluk itu melesat ke arahku dan menyerangku.
Aku hindari serangannya, namub serangan susulan segera menyusul…
Cepat sekali…pikirku.
Beberapa kali menyerangku, namun gagal mengenaiku, makhluk itu berhenti sejenak.
Baru kulihat jelas sosok makhluk itu. Badannya tinggi besar dan berbulu lebat, dua taring menyembul dari mulutnya. Matanya merah menyala…
Yah…inilah genderuwo.. Makhluk seram dan suka mengganggu wanita.
Aku memandang dari kaki makhluk itu menuju ke atas. Semakin ke atas, aku melihat makhluk itu bertambah tinggi dan tinggi. Sekarang tingginya sampai menyentuh plafon kamar. Busyet…kok jadi tinggi banget?
Makhluk itu memukulkan tangannya ke arahku. Tangannya jadi besar banget. Aku mencoba menghindar, tapi tetap terkena pukulannya.
Aku terlontar menghantam tembok. Duh…lumayan sakit juga.
Untunglah tubuhku terlindungi perisai ghaib, sehingga tidak berakibat fatal.
Aku segera bangun dan mengumpulkan energiku pada telapak tangan, lalu melontarkannya ke arah kepala makhluk itu.
Blarrr…..pukulan itu telak mengenai bahu makhluk itu. Makhluk itu melolong kesakitan… Sebelah tangannya lumpuh.
Tangan yang lain menyerangku kalang kabut, mungkin karena rasa sakit akibat pukulanku. Dengan badannya yang sangat besar, ruang kamar itu terasa sempit. Mau mengelak ke arah manapun rasanya sulit.
Terpaksa aku hadapi keras lawan keras. Sebuah pukulan aku lancarkan, membentur telapak tangannya yang demikian lebar.
BLARRR…. Raungan kesakitan terdengar Cumiakkan telinga. Telapak tangan makhluk itu hancur…
Aku melompat dan menghadiahkan satu pukulan lagi ke arah kepala makhluk itu..dan makhluk itu jatuh terkapar…mati?
Sosok makhluk itu mengecil dan berubah menjadi asap dan menghilang.
Kulihat ke arah Zulaikha… Ternyata dia lagi asik nonton di samping. Kedua musuhnya entah kemana.
“Lah…bukannya bantuin malah nonton. Musuhmu mana?”
“Dah tewas dari tadi… Kamu lama cuman beresin satu aja!”
“Satu aja berat banget kok… Masih untung bisa menang. Heran…kok mereka bisa mengganggu mbak Dinda ya?”
“Mungkin mereka mau mesum sama kakak sepupumu itu… Mereka khan makhluk yang ga bisa liat cewe cakep…!”
“Lha..kok mbak Dinda yang di incar? Temen-temennya khan banyak yang cantik juga!”
“Lha kenapa tadi ga tanya sama mereka?”
“Keburu emosi tadi… Lagian tadi udah langsung diserang… Ga sempet ngobrol lah…hehe!”
Zulaikha cuman mencibirkan mulutnya. Duh..tuh bibir, kalo manusia udah aku hajar pake bibir juga tuh.
Seksi banget deh…..
Aku segera menuju kamar sebelah setelah membereskan kamar Mbak Dinda yang berantakan.
Di kamar itu, mbak Dinda cuman ditemani 2 orang. Yang lain mungkin dah di kamar mereka masing-masing.
Melihatku datang…mbak Dinda segera memelukku dan menangis.
“Ji…aku takut banget Ji.”
“Udah mbak… Udah pergi semua kok… Mbak yang tenang ya…!” kataku.
“Beneran dah pergi Ji?”
“Beneran Mbak… Masa aku bohong sama mbak Dinda? Yuk, sekarang balik ke kamar mbak!”
“Tapi beneran kan…udah pergi?”
“Iya… Percaya deh sama aku!”
“Tapi kamu temenin aku ya?”
“Iya mbak…!”
“Aku balik kamar dulu ya… Makasih udah ditolongin!” kata mbak Dinda pada 2 temannya.
“Iya Din… Dik..tolong kakanya dijagain ya?” kata seorang dari mereka
“Iya mbak…!” sahutku.
Aku memapah mbak Dinda menuju kamarnya. Tubuhnya masih lemas .. Ga heran sih… Mungkin kejadian tadi bikin dia shock dan ketakutan, sehingga tubuhnya sampai lemas begitu.
Sampai di kamar mbak Dinda, aku dudukkan mbak Dinda di ranjang.
Dia masih celingukan kesana kemari.
“Udah nggak ada mbak… Coba mbak rasain auranya deh… Ga ada khan?”
“Iya… Tapi masih ada satu aura di sini. Mereka..mereka…belum pergi semua ya Ji?”
“Itu aura Zulaikha Mbak…! Dia yang bantuin kita tadi!”
“Oh .. Makasih ya Zulaikha… Udah mau nolongin aku?” kata Mbak Dinda.
Zulaikha cuma mengangguk dan tersenyum.
“Zulaikha mengangguk dan tersenyum Mbak!”
“Ah…syukurlah… Tapi aku masih takut Ji. Kamu jangan pulang ke kost dulu ya? Temenin aku di sini!”
“Iya mbak… Sekarang mbak mandi atau ganti baju dulu aja. Tuh, kaosnya basah semua!”
“Ah…iya. Badanku juga lengket semua… Aku mandi dulu ya? Tapi kamu jangan kemana-mana lho!”
“Iya mbak… Aku jagain mbak di sini!”
Mbak Dinda segera masuk ke kamar mandi.
Aku membuat kopi aja sambil nungguin mbak Dinda mandi.
Fyuh…capek banget rasanya bertarung dengan makhluk tadi.
Tak lama, mbak Dinda keluar dari kamar mandi dan hanya berbalut handuk saja. Tubuhnya yang putih tampak menggoda… Sayang, itu kakak sepupuku.
“Duh mbak… Mbok ya pake baju di kamar mandi..!”
“Hehe…lupa bawa ganti tadi!”
“Cepetan ganti baju sana…! Bikin ga fokus aja…!” gerutuku.
“Iya iya. Emang kamu napsu sama kakak sendiri?”
“Lah…cowo ya bakalan napsu liat cewe cuman pake handuk gitu…!”
“Hihihi…aku pikir kamu ga normal…!”
“Udah ah .. Cepetan ganti baju sana!” usirku.
Sambil ketawa, mbak dinda membawa baju ganti, masuk ke kamar mandi lagi.